Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search
Journal : Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology)

Toxicity of fentin acetate molluscicide on haematological and growth of Nile tilapia, Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) Aisyah Lukmini; Eddy Supriyono; Tatag Budiardi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 17 No 1 (2017): February 2017
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v17i1.20

Abstract

Fentin acetate (C20H18O2Sn) as pesticide is extensively used for killing golden apple snail (Pomacea sp.) in paddy field. This study was aimed to determine effect of sublethal molluscicide fentin acetate toxicity on the haematological charac-teristics (erythrocyte, hemoglobin, hematocrit, and leucocyte) and growth of juvenile Oreochromis niloticus. This re-search was conducted from May to July 2015 in Environment Laboratory of Aquaculture Department, Bogor Agricul-tural University. The research used twelve glass aquariums of 100x50x50 cm3 filled with 160 L water and put 30 juve-niles per aquarium. Fish were fed at satiation during the treatment and water exchange for every 24 hour. Research design was complete experimental randomized with four treatments and three replications of different fentin acetate concentrations i.e. 0.00; 0.003; 0.008; 0.015 mg L-1 for 21 days. The haematological characteristics and growth of fish were compared with ANOVA. The result indicates that sublethal concentration of 0.003 mg.L-1fentin acetate was significantly (p< 0.05) decrease the haematological characteristics and growth of tilapia. Abstrak Fentin asetat (C20H18O2Sn) digunakan sebagai pestisida di sawah secara intensif untuk mematikan keong mas (Pomacea sp.). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh toksisitas subletal moluskisida fentin asetat terhadap ka-rakteristik hematologi (eritrosit, hemoglobin, hematokrit, dan leukosit) dan pertumbuhan yuwana ikan nila (Oreo-chromis niloticus). Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Lingkungan Departemen Akuakultur, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan 12 akuarium berukuran 100x50x50 cm3. Ikan nila berukuran 8,90±0,13 g dipelihara dengan kepadatan 30 ekor dalam volume air 160 L. Ikan uji diberi pakan secara at satiation serta dilakukan penggantian air setiap 24 jam dengan konsentrasi bahan uji yang sama. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan dengan konsentrasi fentin asetat, yaitu: 0,00 (kontrol); 0,003; 0,008; dan 0,015 mg.L-1 selama 21 hari. Analisis terhadap karakteristik hematologi dan pertumbuhan ikan nila menggunakan anova. Konsentrasi sublethal moluskisida fentin asetat berpengaruh nyata terhadap penurunan karakteristik hematologi dan pertumbuhan ikan nila.
The effect offish density during transportation on hematological parameters, blood pH value and survival rate of juvenile snakeheads Channa striata (Bloch, 1793) Wahyu Wahyu; Eddy Supriyono; Kukuh Nirmala; Enang Harris
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 15 No 2 (2015): June 2015
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v15i2.70

Abstract

This research aimed to determine the density of juvenile snakeheads Channa striata during 24 hours transportation, which results in the highest survival rate, the lowest water quality changes, and the best physiological responses. Physiological responses are used as indicators of fish stress, consist of changes in blood pH value and changes in hematological profile. Research conducted at the laboratory scale with a completely randomized design, with the treatments in the form the density of fish during transport. The test fish used was juvenile of snakehead with an average weight of 2.5 g fish-1. The transport density that used was 30, 45, 60, and 75 fish bags-1. Every treatment has three replicates in the form of transportation bags. The result showed that treatment of a 30 fish bags-1 gave the best results with a survival rate of 98 % after transportation and this value was significantly different compared with other treatments (p<0,05). The changes in water quality also showed the lowest changes with ammonia level 0,031 mgNH3 L-1 and CO2 level 24 mgCO2 L-1 at the end of transportation. Physiological response at 0 hour after transportation also showed that treatment of a 30 fish bags-1 suffered lowest stress with blood pH value 7,59, total red blood cell 2,94 x 106 cel mm-3, total white blood cell 1,95 x 105 sel mm-3, hemoglobin 10,3 gr%, and hematocrit 25,8 %. These values considered as closest normal fish than other treatments. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kepadatan benih ikan gabus selama pengangkutan 24 jam yang menghasil-kan tingkat kelangsungan hidup tertinggi, perubahan kualitas air terendah, dan respons fisiologis terbaik. Respons fisio-logis digunakan sebagai indikator stres yang dialami ikan, terdiri atas perubahan nilai pH darah dan perubahan gambar-an darah. Penelitian dilakukan pada skala laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan be-rupa kepadatan ikan selama pengangkutan. Ikan uji yang digunakan adalah ikan gabus dengan bobot rata-rata 2,5 g per ekor. Kepadatan ikan selama pengangkutan yang digunakan yaitu 30, 45, 60, dan 75 ekor per kantong. Setiap perlakuan dilakukan tiga kali ulangan berupa kantong pengangkutan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan 30 ekor per kantong memberikan hasil terbaik. Nilai tingkat kelangsungan hidup yang dapat dicapai pada akhir pengangkutan sebe-sar 98% dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (p<0,05). Perubahan kualitas air selama pengangkutan juga menunjukkan perubahan terendah, dengan konsentrasi amoniak sebesar 0,031 mgNH3 L"1 dan konsentrasi CO2 sebesar 24 mg CO2 L-1 pada akhir pengangkutan. Pengamatan respons fisiologis pada jam ke-0 pascapengangkutan juga menun-jukkan bahwa perlakuan 30 ekor per kantong mengalami stres paling rendah, dilihat dari nilai pH darah sebesar 7,59; total sel darah merah sebesar 2,94 x 106 sel mm-3, total sel darah putih sebesar 1,95 x 105 sel mm-3, kadar hemoglobin sebesar 10,3 g%, dan nilai hematokrit sebesar 25,8%. Nilai tersebut merupakan nilai yang paling mendekati ikan normal dibandingkan perlakuan lainnya.
Toksisitas moluskisida niklosamida terhadap pertumbuhan dan kondisi histopatologi juwana ikan mas (Cyprinus carpio) [Toxicity of molluscicide niclosamide on growth and histopathology condition of juvenile common carp (Cyprinus carpio] Eddy Supriyono; Yosmaniar Yosmaniar; Kukuh Nirmala; Sukenda Sukenda
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 13 No 1 (2013): Juni 2013
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v13i1.113

Abstract

Niclosamide (2', 5- dichloro-'4 nitrosalicylanilide) as pesticide is extensively used for eliminating golden apple snail (Pomacea sp.) in paddy field. This study aimed to determine effect of sublethal molluscicide niclosamide toxicity on the growth and histopathology condition of juvenile common carp (Cyprinus carpio). This research was conducted at Research Station for Environment and Toxicology, BPPBAT Bogor. The research used sixteen glass aquariums of 70 cm x 50 cm x 60 cm in size with 40 L water volume, equipped with aeration system and stocked with 20 juveniles per each aquarium. Fish were fed to apparent satiation during the treatment and water exchange for every 48 hours. Research design was completely experimental randomized with four treatments and four replications of different niclosamide concentrations i.e. 0.00; 0.01; 0.03; 0.05 mg L"1 for 12 weeks. Specific growth rate was measured and tissue samples (gill, liver, kidney) were collected at fourth; eighth and twelve weeks of exposure time. The growth rate of fish was compare with ANOVA and histopathology of target organ was compare with descriptive analysis. The result indicate that sublethal concentration of 0.03 mg.L-1 niclosamide was significantly (p< 0.05) decrease the specific growth rate; whereas, concentration of 0.01 mg.L-1 niclosamide was induce hyperplasia, hemorrhage and necrosis in the gill, liver and kidney of fish. Abstrak Niklosamida (2', 5- dichloro-'4 nitrosalicylanilide) digunakan sebagai pestisida di sawah secara intensif untuk membu-nuh keong mas (Pomacea sp.). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh toksisitas subletal moluskisida niklosamida terhadap pertumbuhan dan kondisi histopatologi (insang, hati dan ginjal) juwana ikan mas (Cyprinus carpio). Penelitian dilakukan di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budi Daya dan Toksikologi Cibalagung, Balai Penelitian dan Pengembangan Budi Daya Air Tawar Bogor. Perlakuan yang digunakan adalah konsentrasi niklosamida, yaitu: 0,00 (kontrol); 0,01; 0,03; dan 0,05 mg.L"1. Penelitian ini menggunakan 16 akuarium berukuran 70 x 50 x 60 cm3. Ikan mas berukuran 2,5-3,0 gram dipelihara dengan kepadatan 20 ekor dalam volume air 40 L. Ikan uji diberi pakan secara at satiation serta dilakukan penggantian air setiap 48 jam dengan konsentrasi bahan uji yang sama. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Peubah yang diukur adalah pertumbuhan dan kondisi his-topatologi. Lama penelitian 12 minggu. Analisis terhadap pertumbuhan menggunakan anova dan kondisi histopatologi secara deskriptif. Konsentrasi subletal moluskisida niklosamida berpengaruh nyata terhadap penurunan pertumbuhan terjadi mulai pada konsentrasi 0,03 mg.L-1 dan mengakibatkan kerusakan pada insang, hati dan ginjal yaitu hiperplasia, hemoragi dan nekrosis pada konsentrasi 0,01 mg.L-1.
Efektivitas pemberian zeolit, arang aktif, dan minyak cengkeh terhadap hormon kortisol dan gambaran darah benih ikan patin Pangasionodon hyppophthalmus pada pengangkutan dengan kepadatan tinggi [Effectivity of utilization of zeolite, activated charcoal, and clove oil to cortisol hormone on the high density transportation system of juvenile of Pangasionodon hyppophthalmus] Eddy Supriyono; Ruspindo Syahputra; M. Faisol Riza Ghozali; Dinamella Wahjuningrum; Kukuh Nirmala; Anang Hari Kristanto
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 11 No 1 (2011): Juni 2011
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v11i1.157

Abstract

This study was aimed to determine the effect of combination of zeolite, activated charcoal and clove oil for maintaining water quality in the transport medium of the fish, so as to minimize the stress level which can be known through determination of cortisole hormone level and blood characteriestic of the fish and also to minimize mortality rate of the fish . The study was conducted with a completely randomized design. The fish used was juvenile iridescent shark catfish with an average weight of 2 g / fish. Dose zeolite, activated charcoal and salt were used that B (20 g zeolite + 10 g activated carbon), C (20 g zeolite + 10 g activated charcoal + 3 ppm clove oil), D (20 g zeolite + 10 g activated charcoal + 6 ppm clove oil), E (20g zeolite + 10 g activated charcoal + 9 ppm clove oil), F (20 g zeolite + 10 g activated charcoal + 12 ppm clove oil), and A(without zeolite, activated charcoal and oil cloves). The results showed the combination of 20 g zeolite + 10 g activated charcoal + 9 ppm clove oil in the sealed-transporatation system for 72 hours gave the best results, by reaching of the lowest levels of NH3 0.0389±0.004 mgl-1, CO2 50.42 mgl-1, highest survivale rate of 83.11% and had lower stress levels that presented by hormone cortisol level and blood characteristics as close to the normal fish. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh pemberian zeolit, arang aktif dan minyak cengkeh dalam memper-tahankan kualitas air media pada pengangkutan ikan berkepadatan tinggi , sehingga dapat meminimalisasi tingkat stres yang dapat diketahui dari tingkat konsentrasi hormon kortisol dan gambaran darah ikan dan dapat meminimalisasi ting-kat kematian ikan. Penelitian dilakukan pada skala laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap. Ikan yang diguna-kan yaitu ikan patin dengan bobot rata-rata 2 g/ekor. Dosis zeolit, arang aktif dan garam yang digunakan yaitu B (20 g zeolit + 10 g arang aktif), C (20 g zeolit + 10 g arang aktif + 3 ppm minyak cengkeh), D (20 g zeolit + 10 g arang aktif + 6 ppm minyak cengkeh), E (20 g zeolit + 10 g arang aktif + 9 ppm minyak cengkeh), F (20 g zeolit + 10 g arang aktif + 12 ppm minyak cengkeh), dan A (tanpa zeolit, arang aktif dan minyak cengkeh). Hasil penelitian menunjukkan pem-berian 20 g zeolit + 10 g arang aktif + 9 ppm minyak cengkeh dalam pengepakan sistem tertutup selama 72 jam mem-berikan hasil terbaik, yaitu, kadar NH3 terendah mencapai 0,0389±0,004 mgl-1, CO2 50,42 mgl-1, SR tertinggi sebesar 83,11% dan memiliki tingkat stres yang lebih rendah baik dilihat dari konsentrasi hormon kortisol terendah dan gambaran darah mendekati ikan normal.
The effectiveness of LED light spectrum exposure on growth and color performance of orange clownfish, Amphiprion percula (Lacèpède, 1802) juvenile Ris Dewi Novita; Kukuh Nirmala; Eddy Supriyono; Idil Ardi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 1 (2019): February 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i1.410

Abstract

Orange clownfish is one of the most desired marine ornamental fish by global market due to the orange color on it. The obstacles of the clownfish farming is the changes of the orange color on clownfish. Manipulation of the light spectrum exposure may affect the amount of chromatophore, that can change the color of clownfish become brighter. The present study was aimed at determining an appropriate spectrum of LED light toward growth and color quality of Amphiprion percula juvenile farming. The study was conducted in five treatments with three replication. The treatment consists of four types of LED light with different wavelengths i.e., white (P), red (M), green (H) and blue (B) with 12 hours and control. Clownfish with an average body weight of 0.91±0.19 g and length of 3.28±0.24 cm were used in this study. The result after 60 days showed that the blue LED light give the best glucose levels of 40.00±2.65 mg dL-1, malondialdehyde levels of 9.30±0.29 nmol mL-1, specific growth rate of 1.71±0.05% and feed efficiency of 78.23±1.97%. The best color quality parameters on blue LED light treatment with the Toca color finder (TCF) score reach the orange color on the dorsal, caudal and anal, RGB ratio on the color of the dorsal, caudal and anal each of 64.59±1.00%, 68.12±0.74% and 72.56±0.20% as well as the number of chromatophore each of 346±10 cells/ 0.1 mm-2. The spectrum blue LED light was able to result the growth and quality of best color for clownfish Amphiprion percula juvenile. Abstrak Ikan badut Amphiprion percula merupakan ikan hias air laut yang diminati pasar global ikan hias karena memiliki daya tarik tersendiri pada warna jingga yang dimilikinya. Ikan badut hasil budi daya memiliki kualitas warna jingga yang cenderung memudar. Penggunaan manipulasi spektrum cahaya dalam sistem budi daya dapat memengaruhi perubahan jumlah kromatofor yang dapat meningkatkan warna ikan menjadi terang. Tujuan penelitian ini adalah menentukan spektrum cahaya lampu LED yang tepat terhadap pertumbuhan dan kualitas warna yuwana ikan badut. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pada lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas empat jenis spektrum cahaya lampu LED dengan panjang gelombang berbeda yakni putih (P), merah (M), hijau (H) dan biru (B) dengan lama penyinaran 12 jam dan kontrol. Rerata panjang total awal ikan uji adalah 3,28±0,24 cm dan bobot 0,91±0,19 g. Hasil penelitian selama 60 hari pemeliharaan menunjukkan bahwa parameter respons fisiologis dan pertumbuhan terbaik adalah pada perlakuan lampu LED biru dengan kadar glukosa sebesar 40,00±2,65 mg dL-1, kadar malondialdehyde (MDA) sebesar 9,30±0,29 nmol mL-1, laju pertumbuhan spesifik (LPS) sebesar 1,71±0,05% dan efisiensi pakan (EP) sebesar 78,23±1,97%. Parameter kualitas warna terbaik pada perlakuan lampu LED biru dengan skor dalam Toca color finder (TCF) mencapai warna jingga pada bagian dorsal, caudal dan anal, red,green and blue (RGB) ratio pada warna bagian dorsal, caudal dan anal masing-masing sebesar 64,59±1,00%, 68,12±0,74%, dan 72,56±0,20% serta jumlah kromatofor sebesar 346±10 sel/ 0,1 mm-2. Spektrum cahaya lampu LED biru menghasilkan pertumbuhan dan kualitas warna terbaik pada yuwana ikan badut Amphiprion percula.
Evaluation of monosodium glutamate suplementation on physiological response, growth performance, and feed utilization in North African catfish Clarias gariepinus (Burchell, 1822) Agustinus Ngaddi; Dedi Jusadi; Wasjan Wasjan; Eddy Supriyono
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 3 (2019): October 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i3.500

Abstract

A triplicate experiment was conducted to evaluate the supplementation of monosodium glutamate into the diet on physiological responses, growth performances, and feed efficiency of north African catfish Clarias gariepinus cul-tured in high ammonia environment. A hundred fish with an initial body weight of 11.9±0.3 g was rearing for 60 days without any water exchange in nine plastic tanks (1x1x1 m3) at experimental pond of Department of Aquaculture, Bogor Agricultural University. During rearing period, fish were fed on the diet supplemented with 0%, 0.87%, or 1.74 % of monosodium glutamate, two times a day at satiation. Result shows that the supplementation of monoso-dium glutamate in feed stimulates change in fish physiological responses such as lower Alanin Transaminase mono-sodium glutamate enzyme activity, lower blood ammonia, and higher intestinal glutamine. Feeding using monoso-dium glutamate-supplemented feed at three different doses results in the same growth rate. However, the highest feed efficiency of North African catfish was recorded in the treatment of feed supplemented with 0.87% monosodium glutamate. Thus, it can be inferred that the usage of monosodium glutamate may improve physiological response and feed efficiency but does not affect fish growth rate. Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi pemberian pakan yang ditambah monosodium glutamat terhadap respon fisiologis, kinerja pertumbuhan, dan pemanfaatan pakan oleh ikan lele Clarias gariepinus yang dipelihara dalam media yang mengandung amonia tinggi. Ikan uji sebanyak 100 ekor, bobot rata-rata 11,9±0,3 g, masing-masing dipelihara di dalam sembilan tangki plastik (1×1×1 m3) di kolam percobaan Departemen Budidaya Perairan Institut Pertanian Bogor selama 60 hari. Selama masa pemeliharaan, ikan diberi pakan yang ditambah mo-nosodium glutamat masing-masing sebanyak 0%; 0,87%; dan 1,74%. Setiap perlakuan pemberian monosodium glutamat dilakukan pengulangan tiga kali. Pakan diberikan dua kali sehari secara at satiation. Selama masa budi daya tidak dilakukan pergantian air seperti yang dilakukan pembudidaya di kawasan yang sulit air. Hasil penelitian menun-jukkan bahwa penambahan monosodium glutamat di pakan menyebabkan terjadinya perubahan respons fisiologis ikan, yaitu penurunan nilai aktivitas enzim alanin transaminase dan kandungan amonia darah, serta peningkatan ka-dar glutamin usus. Pemberian pakan yang ditambah monosodium glutamat pada tiga dosis yang berbeda menghasil-kan kinerja pertumbuhan yang sama. Namun, pemberian pakan yang ditambah monosodium glutamat 0,87% meng-hasilkan nilai efisiensi pakan paling tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaaan monosodium glutamat dapat memperbaiki respon fisiologis dan pemanfaatan pakan, namun tidak meningkatkan kinerja pertum-buhan ikan.
Performance evaluation of micro bubble generator on physiological response of Nile tilapia Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) farmed at different densities in recirculating aquaculture system Sri Wahyuni Firman; Kukuh Nirmala; Eddy Supriyono; Nurul Taufiqu Taufiqu Rochman
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 3 (2019): October 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i3.504

Abstract

Micro-bubble generator is a device to maintain water quality by producing micron-sized bubbles. This study aims to evaluate the application of micro-bubble generator in different density on production performance and physiological response of nile tilapia reared in recirculating system. An experiment was designated by performing 3 densities, namely 15 , 30, and 45 individuals 60 L-1 with 3 replications. Every single unit of experiment applies a 34×42×41 cm3 maintenance container. The length size of fish used in this study was 7.44±2.89 cm and body weight of 10,96 ± 0,53 g. Fish were reared for 42 days in recirculation water system and fed ad satiation. The results of the evaluation of the physiological response showed that fish kept at density up to 45 60 L-1 did not show any changes, indicating that fish was in stress condition. The best production performance was in treatment A (15 individuals 60 L-1) with a specific growth rate of 1.87 ± 0.15% and a feed conversion ratio of 0.95 ± 0.08. Abstrak Pembangkit gelembung mikro merupakan suatu alat yang dapat menghasilkan gelembung udara berukuran mikro. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan pembangkit gelembung mikro pada kepadatan yang berbeda terhadap performa produksi dan respons fisiologis ikan nila yang dipelihara dalam sistem resirkulasi. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental dengan tiga perlakuan kepadatan yaitu 15 ekor, 30 ekor dan 45 ekor 60 L-1 yang diulang sebanyak tiga kali. Wadah pemeliharaan berukuran 34×42×41 cm3. Ukuran ikan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki panjang 7,44±2,89 cm, serta bobot 10,96±0,53 g. Aplikasi pembangkit gelembung mikro dibe-rikan pada awal hingga akhir pemeliharaan selama 42 hari dengan sistem resirkulasi dan ikan diberi pakan secara ad satiation. Hasil evaluasi terhadap respons fisiologis menunjukkan bahwa ikan yang dipelihara hingga kepadatan 45 ekor 60 L-1 tidak menunjukkan adanya perubahan yang mengindikasikan ikan mengalami stress. Performa produksi terbaik adalah pada perlakuan A (15 ekor 60 L-1) dengan laju pertumbuhan spesifik 1,87±0,15% dan nisbah konversi pakan 0,95±0,08.
Production performance and physiology response of Anguilla bicolor bicolor rearing with a wet, damp and dry system Eko Harianto; Eddy Supriyono; Tatag Budiardi; Ridwan Affandi; Yani Hadiroseyani
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 20 No 2 (2020): June 2020
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v20i2.519

Abstract

Aquaculture is is often constrained by the availability of water, both in quality and quantity. The aim of this study was to determine the optimum maintenance system of elver (Anguilla bicolor bicolor) on a wet, moist and dry system through production performance studies and physiological responses. The research was conducted from August to September 2018 at the Production Technic and Management of Aquaculture Laboratory, Department of Aquaculture, IPB University. A completely randomized design with 5 treatments and 3 replications was used in this study, namely treatment with high water wet system 0% of body height (A), high water wet system 50% of body height (B), high water wet system 100% of body height (C), moist system (D), and dry system (E). The body weight of elver was 18.80 ± 0.62 g which derived from fish cultivator in Bogor, West Java. Fish was fed 3 times per day at satiation with commercial feed which a protein content of 50%. Results showed that treatment C was the best result with survival rate of 100%, the specific growth rate of 0.45% day -1, the absolute growth rate of 0.07 g day 1 and feed conversion ratio of 6.57. The analysis of variance showed that the treatments showed the significant effect (P <0.05). The blood glucose value closest to the eel condition before treatment was found in the treatment C. Abstrak Budi daya ikan sering terkendala terhadap ketersediaan air, baik kualitas maupun kuantitasnya. Ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) merupakan spesies ikan yang dalam sistem pemeliharaannya membutuhkan volume air yang banyak. Tujuan penelitian ini adalah menentukan sistem pemeliharaan terbaik elver ikan sidat (A. bicolor bicolor) pada sistem basah, lembap, dan kering melalui kajian kinerja produksi dan respons fisiologis. Penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai September 2018 di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap 5 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu perlakuan sistem basah tinggi air 0% dari tinggi badan (A), sistem basah tinggi air 50% dari tinggi badan (B), sistem basah tinggi air 100% dari tinggi badan (C), sistem lembap (D), dan sistem kering (E). Ikan yang digunakan adalah elver ikan sidat berukuran 18,80±0,62g yang berasal dari pembudidaya di Bogor Jawa Barat. Pakan yang digunakan adalah pakan komersial dengan kadar protein 50% yang diberikan secara at satiation 3 kali per hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan C memberikan hasil terbaik dengan nilai sintasan 100%, laju per-tumbuhan spesifik 0,45 % hari-1, laju pertumbuhan mutlak 0,07 g hari-1 dan rasio konversi pakan sebesar 6,57. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05). Nilai glukosa darah pada perlakuan C merupakan nilai yang paling mendekati dengan kondisi ikan sidat sebelum perlakuan.
The color quality of Sumatra barb Puntigrus tetrazona (Bleeker, 1855) in different light spectrum exposure Wijianto Wijianto; Kukuh Nirmala; Yuni Puji Hastuti; Eddy Supriyono
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 20 No 3 (2020): October 2020
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v20i3.534

Abstract

The color quality of Sumatra barb that cultivated by the farmers are not as good as the fish that collected from the wild. One of the causes is the unsuitable environment for maintaining and breeding Sumatran barb. This research aims to compare color quality of Sumatra barb Puntigrus tetrazona by exposure the different light spectrums on maintenance media. The experiment was completely randomize design with six treatments and three replications consisted of K (control), R (room light), M (red light spectrum), H (green light spectrum), B (blue light spectrum) and P (white light spectrum). The method used to measure Sumatra barb color quality using Photoshop CS 5 software and chromatophore cell calculations. The results of color quality analysis after 28 showed that the (M) treatment had the highest percentage of color quality was 48.81 ± 1.57% for orange color and 32.26 ± 0.07% for black color. The highest number of chromatophore cells was in M treatment with 147 ± 3.7 cells mm-². The red light spectrum (M) treatment showed the best physiological response and improvement of color quality and the glucose level was 23.00 ± 1.00 mg dL−1. The best color quality of the Sumatra barb is produced by exposure to the red light spectrum (M). Abstrak Ikan sumatra hasil budi daya petani belum mencapai kualitas warna yang cukup baik dibandingkan hasil tangkapan di alam. Salah satu penyebabnya adalah lingkungan pemeliharaan serta penangkaran ikan sumatra yang tidak sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas warna ikan sumatra Puntigrus tetrazona dengan paparan spek-trum cahaya berbeda pada media pemeliharaan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas enam perlakuan dan tiga ulangan yaitu kontrol (K), cahaya ruang (R), spektrum cahaya merah (M), spek-trum cahaya putih (P), spektrum cahaya biru (B), dan spektrum cahaya hijau (H). Metode yang digunakan untuk mengukur kualitas warna ikan sumatra yaitu perangkat lunak Photoshop CS 5 dan perhitungan sel kromatofora. Hasil analisis kualitas warna setelah 28 hari menggunakan perangkat lunak Photoshop CS5 menunjukkan perlakuan spek-trum cahaya merah (M) memiliki kualitas warna terbaik dengan persentase sebesar 48,81±1,57% untuk warna jingga dan 32,26±0,07% untuk warna hitam. Jumlah sel kromatofora tertinggi yaitu pada perlakuan spektrum cahaya merah (M) yaitu sebesar 147,3±3,7 sel mm-2. Spektrum cahaya merah (M) menunjukkan respons fisiologis dan peningkatan kualitas warna yang terbaik. Kadar glukosa pada perlakuan spektrum cahaya merah (M) yaitu sebesar 23,00±1,00 mg dL-1. Kualitas warna ikan sumatra Puntigrus tetrazona terbaik dihasilkan oleh paparan spektrum cahaya merah (M).
Color quality, behavioral response, and blood glucose levels of guppies Poecilia reticulata (Peters, 1859) with the addition of Indian almond leaves (Terminalia catappa) in fish containers Izhar Amirul Haq; Kukuh Nirmala; Yuni Puji Hastuti; Eddy Supriyono
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 22 No 1 (2022): February 2022
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v22i1.581

Abstract

Guppies are ornamental fish that have economic value and can be cultivated. One of the problems in guppies cultivation is the poor quality of body color. The solution to this problem is to improve the environmental quality in guppy aquaculture. This study evaluates changes in color quality, behavioral response, and blood glucose levels of guppies using water immersion of Indian almond leaves on rearing media. Study was carried out using a completely randomized design consisting of five treatments. The rearing media was filled water with a total volume of 10 L from each treatment with different concentrations, namely, Control treatment (100% freshwater), A (75% freshwater + 25% Indian almond leaf water), B (50% freshwater + 50% Indian almond leaf), C (25% freshwater + 75% Indian almond leaf) and D (100% Indian almond leaf). Each treatment observed several test parameters such as color quality percentage, survival rate, chromatophores cells number, behavior, glucose levels, and the water physical-chemical parameters. Guppies' behavioral responses, in general, experienced an increasing change in each treatment for seven days. The highest color quality percentage by treatment D was 73.93±2.29%, and the highest glucose level was by the control treatment, which was 24.11±0.41 mg dL-1. The results of variance analysis showed that the water immersion of Indian almond leaves was significantly different on color quality, behavioral response, and blood glucose levels through Duncan's test (p<0.05). Abstrak Ikan guppy termasuk ikan hias yang memiliki nilai ekonomis dan dapat dibudidayakan. Salah satu masalah dalam budidaya ikan guppy yaitu kualitas warna tubuhnya yang tidak bagus. Upaya yang dapat dilakukan yaitu memperbaiki lingkungan budidaya ikan guppy. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi perubahan kualitas warna, respons tingkah laku, dan kadar glukosa ikan guppy menggunakan rendaman air daun ketapang pada media pemeliharaan. Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri atas lima perlakuan. Media pemeliharaan diisi air dengan total volume 10 L dari setiap perlakuan dengan konsentrasi yang berbeda yaitu, perlakuan Kontrol (100% air tawar), A (75% air tawar + 25% air daun ketapang), B (50% air tawar + 50% air daun ketapang), C (25% air tawar + 75% air daun ketapang) dan D (100% air daun ketapang). Setiap perlakuan diamati beberapa parameter uji seperti persentase kualitas warna, tingkat sintasan, jumlah sel kromatofora, tingkah laku, kadar glukosa, dan parameter fisik kimiawi perairan. Respons tingkah laku ikan guppy secara umum mengalami perubahan yang meningkat dalam setiap perlakuan selama tujuh hari. Persentase kualitas warna tertinggi pada perlakuan D yaitu sebesar 73,93±2,29% dan nilai kadar glukosa tertinggi pada perlakuan Kontrol yaitu 24,11±0,41 mg dL-1. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rendaman air daun ketapang berbeda nyata terhadap kualitas warna, respons tingkah laku dan kadar glukosa darah melalui uji Duncan (p0,05).
Co-Authors . Sukenda . Sulistiono Adang Saputra Adang Saputra Adianto, Asep Agustinus Ngaddi Ahmad Ghufron Mustofa Ahmad Maksum Aisyah Lukmini Alexander Burhani Marda, Alexander Burhani Ali Djamhuri Amin Pamungkas Anang Hari Kristanto Ani Widiyati Ani Widiyati Anwar, Rifky Alwafi Any Widiyati Ardyen Saputra, Ardyen Arif Faisal Siburian Aris Darmansah Aris Darmansah Asep Rachmat Pratama Bambang Gunadi Bambang Gunadi Bambang Gunadi Bambang Priyo Utomo Berlianti . Budiyanti Cecep Kusmana Chrisliana, Chrisliana Dadang Shaffruddin Dadang Shafruddin Dadang Shafruddin Dadang Shafrudin Daniel Djokosetianto Daniel Djokosetianto Daniel Djokosetiyanto Darmawan, Ahmad Rumi DEDI JUSADI Dedi Pardiansyah Dewi Puspaningsih Diana Sriwisuda Putri Diana Sriwisuda Putri, Diana Sriwisuda Diki, Diki Dinamella Wahjuningrum Dinar Tri Soelistyowati Dini Wulandari Dody Sihono Donny Prariska Ee Ling, Yong Eka Rosyida Eko Harianto, Eko Enang H. Surawidjaja Enang Haris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Surawidjaja Ernik Yuliana Eva Prasetiyono Failu, Ismail Faturochman, Ilman Fauziah Azmi Ferdinand Hukama Taqwa Fina Lestari Guttifera Hamim Hamim Hamzah, Aris Sando Hanif Azhara, Muhammad Harton Arfah Hendriana, Andri Humairani, Humairani I Wayan Nurjaya Idil Ardi Ima Kusumanti Iman Rusmana Iman Sari Lubis, Vina Imron Imron, Imron Ing Mokoginta Intan Wulandari Irzal Effendi Izhar Amirul Haq I’ana Rahma Salisa Jariyah, I’it Rohmatul Julie Ekasari Kukuh Adiyana Kukuh Adiyana Kukuh Adiyana Kukuh Adiyana Kukuh Adiyana Kukuh Adiyana, Kukuh Kukuh Nirmala Kukuh Nirmala Lesmana, Dudi Lies Setijaningsih Lila Antara, Kadek Lilik Sulistyowati Lina Warlina Listyarini, Sri Liubana, Debora Victoria Lolita Thesiana Lolita Thesiana M. Faisol Riza Ghozali M. Toelihere M. Yusuf Arifin M. Zairin Junior Maman Tocharman Mariam, Susanti Mariska Putri Nur Hidayah Mas Tri Djoko Sunarno Melati, Aulia Firda Mia Setiawati Moh. Burhanuddin Mahmud Muh. Saleh Nurdin Muhamad Dzikri Muhamad Yamin Muhamad Yamin MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI Muhammad Fauzan Isma Muhammad Nabil Muhammad Saifuddin Muhammad Zairin Jr. Muhammad Zairin Jr. Mulyasari Mulyasari MUNTI YUHANA MURIE DWIYANITI1 N Hutomo N. Potalangi Nana Ganda Neltje Nobertine Palinggi Neltje Nobertine Palinggi Nur Fauziyah Nur Hasanah Nuradzani, Daffa Nurul Taufiqu Rochman Nurul Taufiqu Taufiqu Rochman O.D. Subakti Hasan Obed Lepa Saba Kulla Odang Carman Permatasari, Sheny Petrus Rani Pong-Masak Prama, Ega Aditya Pras, Eva Prasetiyono Pratama, Asep Rachmat Puji Hastuti, Yuni Rahma Vida Anandasari, Rahma Vida Rasul Raudhatus Sa'adah Revfvi Al Ghaney Rizal Riandini Riandini Riani Rahmawati Richard Latuny Ridwan Affandi RIDWAN AFFANDI Rifqah Pratiwi Rio Yusufi Subhan Rirojoyo, Gerald P P Ris Dewi Novita Rizki Eka Puteri Rohman Rohman Ruspindo Syahputra S. Hastuti Sabilu, Kadir Sabilu, Murni Santi Febrianti Santosa Koesoemadinata Saputra, Henry Kasmanhadi Selly Ratna Sari Septya, Saka Tirta Setijaningsih, Lies Sihananto, Bambang Siska Mellisa Solly Aryza Sophia N. M. Fendjalang Sri Nuryati Sri Wahyuni Firman Sugeng Budiharsono Sugeng H. Suseno Suhaiba Djai Sukenda . Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sulistiono Supriani Suri Purnama Febri Susanti Mariam Suseno, Sugeng Hari Sutrisno Sutrisno Tatag Budiardi Teuku Fadlon Haser Thomas Nugroho Titin Kurniasih Tri Heru Prihadi Usman Usman Usman Usman Usman Usman Wa Iba, Wa Iba Wahyu Pamungkas Wahyu Wahyu Wasjan Wasjan WIDANARNI WIDANARNI Widiyati, Any Wijianto Wijianto Wildan Nurussalam Wirantari, Ayu Puspa Wisriati Lasima Y. Hadiroseyani Yosmaniar Yosmaniar Yosmaniar Yosmaniar Yosmaniar Yosmaniar Yoyo Wiramiharja Yuni Puji Hastuti Yuni Puji Hastuti Yuni Puji Hastuti