p-Index From 2020 - 2025
11.885
P-Index
This Author published in this journals
All Journal E-Journal of Linguistics Jurnal Pendidikan dan Pengajaran PRASI: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya Lingua Scientia Journal Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humaniora (JPPSH) Jurnal IKA Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris Jurnal Pendidikan Indonesia Jurnal Kajian Bali Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurnal Pendidikan Bahasa Jurnal Pendidikan Matematika Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris Jurnal Arbitrer EXPOSURE JOURNAL Ngayah: Majalah Aplikasi IPTEKS IDEAS: Journal on English Language Teaching and Learning, Linguistics and Literature Linguistic, English Education and Art (LEEA) Journal k@ta Esteem Journal of English Study Programme International Journal of Language and Literature WIDYA LAKSANA Journal of Education Technology MABASAN ACITYA Journal of Teaching & Education JALL (Journal of Applied Linguistics and Literacy) Journal of English Language and Culture E-Link Journal Journal of English Teaching and Applied Linguistics (JETAL) Lexeme : Journal of Linguistics and Applied Linguistics Interference: Journal of Language, Literature, and Linguistics The Art of Teaching English as a Foreign Language (TATEFL) Journal of English Language and Education Journal of Educational Study Jurnal Penelitan Mahasiswa Indonesia Jurnal Impresi Indonesia Linguistic, English Education and Art (LEEA) Journal Jurnal Locus Penelitian dan Pengabdian Indonesian Journal Of Educational Research and Review Edu Society: Jurnal Pendidikan, Ilmu Sosial dan Pengabdian Kepada Masyarakat Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Room of Civil Society Development IJLHE: International Journal of Language, Humanities, and Education Pubmedia Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris Journal of Linguistic and Literature Studies (JOLLES) Room of Civil Social Development
Claim Missing Document
Check
Articles

INFLECTIONAL AND DERIVATIONAL MORPHEMES OF PELAGA DIALECT: A DESCRIPTIVE QUALITATIVE STUDY ., I Wayan Adi Wiweka; ., Dr. I Gede Budasi,M.Ed,Dip.App.Lin; ., Dewa Ayu Eka Agustini, S.Pd., M.S.
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 1, No 1 (2013): May
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v1i1.3376

Abstract

Penelitian ini ada sebuah penelitian deskiptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan prefik dan suffik dari dialect Pelaga yang tergolong inflectional dan derivational. Dua narasumber sampel dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tiga tehnik, yaitu: tehnik observasi, merekam dan wawancara (mendengarkan dan mencatat). Hasilnya dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada empat jenis prefik ditemukan pada dialek Pelaga. Prefik tersebut ialah: [si-], [pa-], [ma-], [n-] dan [ka-]. Selain itu juga terdapat enam jenis sufik yaitu: [-in], [-ne], [-ang], [-an], [-a] dan [-n]. Selanjutnya ada empat jenis prefik yang tergolong kedalam jenis prefik derivational yaitu: [si-], [ma-], [n-] dan [ka-]. Terdapat dua jenis sufik yang tergolong kedalam jenis sufik derivational yaitu: [-in] dan [-ang]. Sementara itu, prefik yang tergolong jenis inflectional ialah: [ma-], [n-], dan [pa-] an sufik inflectional adalah [-in], [-ne], [-ang], [-an], [-a] dan [-n].Kata Kunci : morfem derivational, morfem inflectional, dialek Pelaga This research is a descriptive qualitative research which aimed at describing the prefixes and suffixes in Pelaga Dialect (PD) which belong to derivational and inflectional. Two informants sample of PD were chosen based on a set of criteria. The data were collected based on three techniques, namely: observation, recording technique, and interview (listening and noting) technique. The results of the study showed that there were four types of prefix found in Pelaga dialect. Those prefixes are: [si-], [pa-], [ma-], [n-] and [ka-]. Also there were six types of suffixes found existing in Pelaga dialect. Those suffixes are: [-in], [-ne], [-ang], [-an], [-a] and [-n]. Moreover there are four prefixes belong to derivational prefix, they are: [si-], [ma-], [n-] and [ka-] and There were two kind of suffixes found in PD that is classified as derivational suffix, they are: [-in] and [-ang]. Meanwhile inflectional prefix are [ma-], [n-], and [pa-] and inflectional suffix are [-in], [-ne], [-ang], [-an], [-a] and [-n]keyword : drivational morpheme, inflectional morpheme, Pelaga Dialect (PD)
AFFIXATION OF GALUNGAN DIALECT: A DESCRIPTIVE STUDY ., Ngurah Agung Riski Restuaji; ., Dr. I Gede Budasi,M.Ed,Dip.App.Lin; ., I Putu Ngurah Wage M, S.Pd.
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 1, No 1 (2013): May
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v1i1.5453

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis prefix (awalan), suffix (akhiran) dan circumstance (awalan-akhiran), bagaimana imbuhan (affix) membentuk kata-kata dan jenis makna imbuhan (affix) apa yang terjadi pada Dialek Galungan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Dua sampel informan dari penutur Dialek Galungan dipilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan dua teknik, yaitu: observasi dan teknik wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat prefix (awalan), tiga suffix (akhiran), dan tiga circumstance (awalan-akhiran) pada Dialek Galungan. Adapun jenis awalannya (prefix) adalah {N-}, {ma-}, {pa-}, dan {ka-}. Jenis Akhiran (suffix) meliputi {-in}, {-ang}, dan {-ne}. Jenis awalan-akhiran (circumstance) yang terdapat pada dialek galungan adalah {N-in}, {N-ang}, dan {ma-an}. Prefix (awalan), suffix (akhiran), dan circumstance (awalan-akhiran) memiliki 21 jumlah makna. Adapaun diantaranya adalah: prefix (awalan) {N-} memiliki dua makna, {ma-} memiliki empat makna, {pa-} memiliki tiga makna, dan {ka-} memiliki dua makna. Suffix (akhiran): {-in} memiliki satu makna, {-ang} memiliki satu makna, dan {-ne} memiliki dua makna. Circumstance (awalan-akhiran): {N-in} memiliki tiga makna, {N-ang} memiliki satu makna, dan {ma-an} memiliki dua makna. Pada bab diskusi, juga dijelaskan tentang proses derivation (imbuhan yang mengubah kelas kata) dan inflection (imbuhan yang tidak mengubah kelas kata) serta proses morphophonemic dari Imbuhan (Affix).Kata Kunci : Dialek Galungan, imbuhan (affix), awalan (prefix), akhiran (suffix), awalan-akhiran (circumstance), derivation, inflection dan proses morphophonemic This study aimed at describing kinds of prefixes, suffixes and circumstances, how affixes construct the words and what kinds of affixation meaning occur in Galungan Dialect. This research is a descriptive qualitative research. Two informant samples of Galungan Dialect were chosen based on set criteria. The data were collected based on two techniques, namely: observation and interview technique. The results of the study show that there are four prefixes, three suffixes, and three circumstances existed in Galungan Dialect. The prefixes are {N-}, {ma-}, {pa-}, and {ka-}. The suffixes are {-in}, {-ang}, and {-ne}. The circumstance are {N-in}, {N-ang} and {ma-an}. Prefixes, suffixes, and circumstance have total 21 meanings. Prefixes: {N-} have two meanings, {ma-} have four meanings, {pa-} have three meanings, and {ka-} have two meanings. Suffixes: {-in} has one meaning, {-ang} has one meaning and {-ne} have two meanings. Circumstances: {N-in} have three meanings, {N-ang} has one meanings and {ma-an} have two meanings. On the discussion also talk about derivational and inflectional and also morphophonemic process of the affixes. keyword : Galungan dialect, Affixation, prefixes, suffixes, circumstances, derivational, inflectional, and Morphophonemic Process.
A COMPARATIVE STUDY OF AMERICAN AND BALINESE SWEARWORDS ., Km Triyunita Yani; ., Dr. I Gede Budasi, M.Ed.; ., Dr. Dewa Putu Ramendra, S.Pd., M.Pd.
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 5, No 2 (2017): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.159 KB) | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.13612

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan bahasa kasar, Amerika dan Bali. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mana dilaksanakan melalui studi pustaka, observasi, dan metode introspektif. Subyek penelitian ini adalah orang Bali asli dan film Amerika. Hasil dari penelitian ini menunjukkan persamaan bahasa kasar Amerika dan Bali dilihat dari bentuk, referensi, dan fungsinya. Terdapat tiga bentuk dari bahasa kasar: (1) dalam bentuk kata, yang mana juga terbagi menjadi dua: monomorfemik {Bahasa Bali (pirate, pletan, dll), Bahasa Amerika (dick, pussy, cock, dll)} dan polimorfemik {Bahasa Bali (matan, polone, dll.), Amerika(fucker, fucking, dll.)}, (2) dalam bentuk frasa {Bahasa Bali (ndas teli, lengeh buah dll.), Amerika (fucking crazy, shut up, dll.)}, (3) dalam bentuk klausa {Bahasa Bali(lengeh ti cai, gebuh bungut nannie, dll.), Amerika (what the hell it is, fuck your mouth, dll.)}. Referensi dari bahasa kasar mengacu kepada: (1)agama, (2)jenis kelamin, (3)kotoran, (4)hewan, (5)latar belakang personal, (6) penyakit kejiwaan, dan (7) aktifitas sex. Fungsi dari bahasa kasar tersebut adalah : (1) untuk menarik perhatian, (2) untuk menyampaikan kekesalan/stress, (3) untuk memprovokasi, (4) untuk membentuk identitas interpersonal, (5) integrative, (6) agresif, (7) regresif, dan (8) penekanan. Perbedaanya dari bahasa kasar Amerika dan bahasa Kasar Bali sangat jelas terlihat, bahasa kasar Bali hanya digunakan oleh orang Bali, begitu juga sebaliknya. Kata Kunci : bahasa kasar, bentuk, fungsi, referensi This study aimed in comparing swearwords, Balinese with American. The design of this research was a descriptive research, observing, and introspective method. The subjects of this study were original Balinese and American movie. The results of the study show that the similarities of the Balinese and American swearwords can be seen by their forms, references, and functions. There are three forms of swearwords: (1) in the form of word, which also are subdivided into two: monomorphemic {Balinese (pirate ‘ancestor’, pletan ‘male genital’ etc.), American (dick, pussy, cock, etc)}, and polymorphemic {Balinese (matan ‘eyes’, polone ‘brain’, etc.), American (fucker, fucking, etc.)}, (2) in the form of phrases {Balinese (ndas teli ‘female genital’, lengeh buah ‘so crazy’, etc.), American (fucking crazy, shut up, etc.)}, (3) in the form of clauses {Balinese (lengeh ti cai ‘ you are so crazy’, gebuh bungut nanine ‘you are a liar’, etc.), American (what the hell it is, fuck your mouth, etc.)}. The references of the swearwords were related to: (1) religion, (2) sex, (3) excrement, (4) animals, (5) personal background, (6) mental illness, (7) sex activity. The functions of those swearwords were: (1) to draw attention, (2) to provide catharsis, (3) to provoke, (4) to create interpersonal identity, (5) integrative, (6) aggressive, (7) regressive, and (8) emphasis. The differences of the American and Balinese swearwords are clearly seen; Balinese swearwords are only used by Balinese, vice versa.keyword : swearwords, forms, functions, references
The Linguistic Evidences That Unite Batur and Pelaga Dialect: A Comparative Study ., I Gede Wahyu W.p; ., Dr. I Gede Budasi,M.Ed,Dip.App.Lin; ., I Putu Indra Kusuma, S.Pd., M.Pd.
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 3, No 3 (2016):
Publisher : Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan persamaan fonologi dan leksikal antara Dialek Batur dan Dialek Pelaga. Tiga narasumber dari kedua dialek dipilih berdasarkan kriteria yang sudah di tentukan. Penelitian ini menggunakan metode komparatif. Penelitian ini membandingkan dua dialek: Dialek Batur dan Dialek Pelaga. Data yang diperoleh dalam bentuk leksikon diidentifikasi menggunakan daftar kata Swadesh, Budasi, dan Hole. Data diperoleh menggunakan teknik mencatat, mendengarkan dan juga merekam pembicaraanya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada 51 fonem yang sama dari kedua dialek. Fonem tersebut diantaranya adalah: 1) enam vokal: /ʌ/, /i/, /u/, /e/, /ɔ/, and /ə/; 2) sembilan diftong: /ʌi/, /iʌ/, /ʌu/, /uʌ/, /ʌə/, /ʌe/, /ʌɔ/, /iu/, and /ɔʌ/; 3) empat gemenite: , /ʌʌ/, /II/, /ʊʊ/, and /ɔɔ/; 4) sembilan belas konsonan: /p/, /b/, /t/, /d/, /k/, /g/, /ʔ/, /s/, / tʃ/, / dʒ/, /l/, /h/, /m/, /n/, /ñ/, /ŋ/, /r/, /w/, and /y/; 5) tiga belas gugusan konsonan: /tl/, /ml/, /mp/, /mb/, /nt/, /nd/, /ŋk/, /ŋs/, /ŋtʃ/ /kl/ /bl/ /pl/, and /kr/. Dari ke tiga daftar kata di temukan bahwa 1029 kata diantaranya memiliki cara penulisan yang sama persis dan 265 di antaranya ditemukan kemiripan diantara Batur dan Pelaga Dialek.Kata Kunci : fonologi, vokal, rangkap, diftong, konsonan, kosa kata, metode komparatif, Dialek Batur, Dialek Pelaga. This research aimed at describing the phonological and lexical similarities between Batur Dialect and Pelaga Dialect. Three informants from those dialects were selected based on a set of criteria. This research applied comparative method. This study compared two dialect: Batur Dialect and Pelaga Dialect. The obtained data in the form of lexicon identified using Swadesh Wordlist, Budasi Wordlist, and Hole Wordlist. Data were collected through noting, listening and recording techniques. The results of this research show that there are 51 same phonemes in both dialects. Those phonemes are: 1) six vowels: /ʌ/, /i/, /u/, /e/, /ɔ/, and /ə/; 2) nine diphthong: /ʌi/, /iʌ/, /ʌu/, /uʌ/, /ʌə/, /ʌe/, /ʌɔ/, /iu/, and /ɔʌ/; 3) four geminate: , /ʌʌ/, /II/, /ʊʊ/, and /ɔɔ/; 4) nineteen consonants: /p/, /b/, /t/, /d/, /k/, /g/, /ʔ/, /s/, / tʃ/, / dʒ/, /l/, /h/, /m/, /n/, /ñ/, /ŋ/, /r/, /w/, and /y/; 5) thirteen consonants cluster: /tl/, /ml/, /mp/, /mb/, /nt/, /nd/, /ŋk/, /ŋs/, /ŋtʃ/ /kl/ /bl/ /pl/, and /kr/. From the three wordlist there are 1029 words which were exactly the same and 265 similar words found from Batur and Pelaga Dialect.keyword : phonology, vowels, geminate, diphthong, consonants, lexicon, comparative method, Batur Dialect, Pelaga Dialect.
LINGUISTIC FEATURES THAT UNITE AND DIFFERENTIATE DENBANTAS DIALECT AND BANYUASRI DIALECT ., I Gede Bagus Wisnu Bayu Temaja; ., Dr. I Gede Budasi,M.Ed,Dip.App.Lin; ., Dewa Ayu Eka Agustini, S.Pd., M.S.
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 1, No 1 (2013): May
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v1i1.6992

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan fitur linguistik yang menyatukan dan membedakan Dialek Denbantas (DD) dan Banyuasri Dialek (BD) secara fonologis dan leksikal. Subjek dari penelitian ini adalah penutur DD dan BD. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian secara kualitatif. Data dikumpulkan menggunakan daftar kata Swadesh dan Nothofer dengan cara observasi, wawancara, mendengarkan, dicatat, dan direkam. Data itu kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa DD dan BD memiliki persamaan dan perbedaan secara fonologis dan leksikal. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa terdapat 44 fonem yang menyatukan DD dan BD secara fonologis. Fonem-fonem tersebut adalah: 6 vokal: /ʌ/, /I/, /ʊ/, /ɛ/, /∂/, and /ɔ/; 7 diftong: /ʌʊ/, /Iʌ/, /Iʊ/, /ʌɔ/, /ʌ∂/, /ʊʌ/, and /ʌɛ/; 19 konsonan: /b/, /c/, /d/, /g/, /h/, /ʔ/, /j/, /k/, /l/, /m/, /n/, /p/, /r/, /s/, /t/, /w/, /y/, /ñ/, and /ŋ/; dan 12 kluster: /mb/, /nd/, /sg/, /ŋg/, /jl/, /nj/, /ŋk/, /kr/, /mp/, /ms/, /nt/, and /rn/. Di sisi lain, ditemukan 16 fonem yang membedakan DD dan BD secara fonologis. Fonem tersebut adalah: 6 diftong: /∂ʊ/ dan /Iɔ/ ditemukan di DD, namun tidak terdapat di BD, sedangkan diftong /ʌI/, /I∂/, /ɔʌ/, and /ʊ∂/ hanya ditemukan di BD; 10 kluster: /rb/, /nc/, /tg/, /gr/, /gl/, dan /kp/ ditemukan di DD, namun tidak ditemukan di BD, sedangkan diftong /pl/, /gl/, /ŋl/, and /rs/ hanya ditemukan di BD; tetapi tidak ditemukan vokal dan konsonan yang berbeda di antara kedua dialek. Berdasarkan dua macam daftar kata yang digunakan yang terdiri dari 658 leksikon, 457 leksikon ditemukan sebagai penyatu DD dan BD secara leksikal. Leksikon tersebut diklasifikasikan menjadi: 371 leksikon yang sama dan 86 leksikon yang serupa. Di sisi lain, 158 leksikon ditemukan sebagai bukti yang membedakan DD dan BD secara leksikal.Kata Kunci : fitur linguistik, fitur fonologis, fitur leksikal, dialek The study aimed at finding out the linguistic features that unite and differentiate Denbantas Dialect (DD) and Banyuasri Dialect (BD) in terms of phonological and lexical features. The subjects of this study were the speakers of those dialects. This research employed qualitative design. The data of the study were collected based on Swadesh and Nothofer Wordlists using observation, interview, listening, note-taking, and recording techniques. The obtained data were transcribed and analyzed descriptively. The results of the study show that DD and BD actually have similarities and differences in term of phonological and lexical features. The results of the study show that there are 44 phonemes that unite DD and BD in term of phonological features. Those phonemes include 6 vowels: /ʌ/, /I/, /ʊ/, /ɛ/, /∂/, and /ɔ/; 7 diphthongs: /ʌʊ/, /Iʌ/, /Iʊ/, /ʌɔ/, /ʌ∂/, /ʊʌ/, and /ʌɛ/; 19 consonants: /b/, /c/, /d/, /g/, /h/, /ʔ/, /j/, /k/, /l/, /m/, /n/, /p/, /r/, /s/, /t/, /w/, /y/, /ñ/, and /ŋ/; and 12 consonant clusters: /mb/, /nd/, /sg/, /ŋg/, /jl/, /nj/, /ŋk/, /kr/, /mp/, /ms/, /nt/, and /rn/. Meanwhile, there are 16 phonemes that differentiate DD and BD in term of phonological features. Those phonemes include: 6 diphthongs: /∂ʊ/ and /Iɔ/ are found in DD, but in BD the phonemes do not exist, while diphthongs /ʌI/, /I∂/, /ɔʌ/, and /ʊ∂/ are only found in BD; 10 consonant clusters: /rb/, /nc/, /tg/, /gr/, /gl/, and /kp/ are only found in DD, while diphthongs /pl/, /gl/, /ŋl/, and /rs/ are found in BD only; but there are no different vowels and consonants found in both dialects. From the two wordlists which contain 658 lexicons, 457 lexicons are found uniting DD and BD in term of lexical features. Those lexicons can be classified into: 371 exactly the same forms of lexicons and 86 similar form of lexicons. On the other hand, 158 lexicons are found as the evidence that differentiate DD and BD in term of lexical features.keyword : linguistic features, phonological features, lexical features, dialect
THE PHONOLOGICAL SYSTEM OF TAMBAKAN DIALECT: A DESCRIPTIVE QUALITATIVE STUDY ., I Wayan Wiranata; ., Dr. I Gede Budasi,M.Ed,Dip.App.Lin; ., Drs. Asril Marjohan,MA
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 1, No 1 (2013): May
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v1i1.3418

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan jumlah fonem dari Dialek Tambakan (DT). Penelitian sinkronis ini dirancang dengan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Tiga sampel informan dari DT dipilih berdasarkan seperangkat kriteria. Data dikumpulkan berdasarkan empat daftar kata: Swadesh, Budasi dan Daftar Kata Holle. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DT memiliki 48 fonem, yaitu: 6 vokal; /ʌ/, /i/, /u/, /e/, /o/, dan /∂/. 11 Diftong; /ʌi/, /iʌ/, /ʌu/, /uʌ/, /u∂/, /ʌ∂/, /ʌe/, /ʌɔ/, /ui/, /i∂/, dan /iu/, 3 vokal rangkap; /ʌʌ/, /II/, and /uu/, 19 konsonan; /p/, /b/, /t/, /d/, /k/, /g/,/ʔ/,/s/, /c/,/j/, /l/, /r/, /h/, /m/, /n/, /ñ/, / ŋ/, /w/, dan /y/, dan 9 kelompok konsonan; /kl/, /bl/, /ml/, /pl/, /sl/, /kr/, /pr/, /tr/dan /br/. Tidak semua fonem menyebar di yiga posisi (awal, tengah, dan akhir kata). Kata Kunci : penelitian kualitatif deskriptif, sistem fonologi, dialek tambakan, fonem, vokal, diftong, konsonan dan konsonan kelompok. The study aimed at describing the number of phonemes of Tambakan Dialect (TD). This synchronic study was designed by using a descriptive qualitative research. Three informant samples of TD were chosen based on a set of criteria. The data was collected based on four word lists: Swadesh’s, Budasi’s and Holle’s Word Lists. The obtained data were analyzed descriptively. The result of the study shows that TD has 48 phonemes, namely: 6 vowels; /ʌ/, /i/, /u/, /e/, /o/, and /∂/. 11 Dipthongs; /ʌi/, /iʌ/, /ʌu/, /uʌ/, /u∂/, /ʌ∂/, /ʌe/, /ʌɔ/, /ui/, /i∂/, and /iu/, 3 geminate vowels; /ʌʌ/, /II/, and /uu/, 19 Consonants; /p/, /b/, /t/, /d/, /k/, /g/,/ʔ/,/s/, /c/,/j/, /l/, /r/, /h/, /m/, /n/, /ñ/, / ŋ/, /w/, and /y/, and 9 Consonant clusters; /kl/, /bl/, /ml/, /pl/, /sl/, /kr/, /pr/, /tr/and /br/. Not all of phonemes distribute in three positions (initial, middle, and final position). keyword : descriptive qualitative study, the phonological system, tambakan dialect, phonemes, vowel, diphthong, consonant cluster and consonant.
An analysis of jargon used by waiters and waitresses in food and beverage at Krisna Beach Street Singaraja. ., Putu Sutarma; ., Dr. I Gede Budasi, M.Ed.; ., Drs. I Wayan Suarnajaya,MA., Ph.D.
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 5, No 2 (2017): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.12404

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menggambarkan jenis jargon, makna dan fungsi jargon yang digunakan oleh para pelayan dan pramusaji di Jalan Pantai Krisna Singaraja. Dalam menganalisa jargon, teori ini didukung oleh teori Allan & Burridge (2006), Chaer & Agustina (2010) dan Yule (2006). Analisis ini menggunakan metode kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pelayan laki-laki dan pelayan wanita di departemen makanan dan minuman di Krisna Beach Street Singaraja. Teknik pengumpulan data adalah observasi, dokumentasi dan wawancara. Ditemukan jenis jargon yang digunakan oleh pelayan dan pramusaji, seperti singkatan 6 (26%), pinjaman 5 (21%) dan kata 17 (73%). Ditemukan bahwa artinya 28 jargon digunakan oleh para pelayan dan pramusaji di Krisna Beach Street. Dalam fungsi jargon, teori ini didukung oleh teori Allan & Burridge (2006) dan Ivess (1999) menemukan dua jargon fungsi yang digunakan oleh pelayan dan pelayan, (1) jargon sebagai bahasa yang efisien dan efektif dalam komunikasi dan (2) Jargon sebagai Identifikasi kelompokKata Kunci : jargon, food and beverage department , waiters and waitresses dan Krisna Beach Street This study aimed at analyzing and describing the types of jargon, meaning and function of jargon used by the waiters and waitresses in Krisna Beach Street Singaraja. In analyzing jargon, it was supported by theories from Allan & Burridge (2006), Chaer & Agustina ( 2010) and Yule (2006). This analysis used qualitative method. The subjects of this study were waiters and waitresses of the food and beverage department at Krisna Beach Street Singaraja. The technique of data collection was observation, documentation and interview. It was found types of jargon used by waiters and waitresses, such as abbreviation 6 (26 %) , borrowing 5 (21 %) and word 17 (73 % ). It was found that meaning 28 jargons used by the waiters and waitresses in Krisna Beach Street. In function of jargon, it was supported by theories from Allan & Burridge ( 2006) and Ivess( 1999) it found two functions jargons used by waiters and waitresses, (1) jargon as efficient and effective language in communication and ( 2) Jargon as group identification. keyword : jargon, food and beverage department , waiters and waitresses dan Krisna Beach Street
CULTURE SHOCK EXPERIENCED BY DUTCH TOURISTS IN KALIBUKBUK VILLAGE ., Gede Ari Suyasna Putra; ., Dr. I Gede Budasi, M.Ed.; ., Dewa Ayu Eka Agustini, S.Pd., M.S.
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 5, No 2 (2017): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.12053

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti fenonema gegar budaya yang dialami oleh turis Belanda dan bagaimana cara mereka mengatasi gegar budaya mereka di Desa Kalibukbuk. Peneliti membatasi pada penelitian gegar budaya yang berhubungan dengan komunikasi lisan dan komunikasi tidak lisan. Penelitian sekarang ini adalah sebuah studi kasus dengan desain penelitian kualitatif. Subjek dari penelitian ini adalah tiga turis Belanda yang tinggal di Desa Kalibukbuk, Kabupaten Buleleng, Bali. Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan wawancara yang terstruktur dan tidak struktur dari tiga turis Belanda di Desa Kalibukbuk. Instrumen utama dari penelitian ini adalah peneliti sendiri, pedoman wawancara, perekam suara dan catatan. Teori dari Pederson yang digunakan didalam menganalisis data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada sepuluh fenomena gegar budaya didalam komunikasi lisan dan sepuluh didalam komunikasi tidak lisan. Dari semua gegar budaya, sebagian besar turis Belanda mengalami gegar budaya tentang transportasi. Selain itu, ada empat cara dari turis Belanda untuk mengatasi gegar budaya seperti meminta orang lokal untuk menjelaskan, mencoba untuk melakukan hal yang sama, berpikir solusi dengan cara mereka dan menghormati perbedaan budaya. Data dari observasi dan wawancara menyatakan masalah dari turis Belanda didalam meniru budaya baru di Desa Kalibukbuk, Kabupaten Buleleng, Bali. Kata Kunci : gegar budaya, komunikasi tidak lisan, komunikasi lisan This study aimed at investigating the culture shock phenomena experienced by Dutch tourists and how the way they overcome their culture shock in Kalibukbuk village. The researcher limited on investigating the culture shock that related with verbal communication and non-verbal communication. This present study was a case study with qualitative research design. The subjects of this research were three Dutch tourists who stay in Kalibukbuk village, Buleleng regency, Bali. The researcher collected the data based on semi structure interview and semi unstructured interview from three Dutch tourists in Kalibukbuk village. The main instrument of this study was the researcher itself, interview guide, voice recorder and note. Pederson’s theory that used in analyzes the data. The result of this research shows that there were ten culture shock phenomena in verbal communication and ten in non-verbal communication. From all the culture shock, the most Dutch tourists experienced culture shock about transportation. Moreover, there were four ways of Dutch tourists to overcome the culture shock such as asked the local people to explain, tried to do the same thing, thought the solution their own and respect the difference culture. The data from observation and interview reveals the Dutch tourists’ problems in copying the new culture in Kalibukbuk village, Buleleng regency, Bali. keyword : culture shock, non-verbal communication, verbal communication
Affixation System In Penglipuran Dialect: A Descriptive Study of Derivational and Inflectional Processes ., I Wayan Wikajaya; ., Dr. I Gede Budasi,M.Ed,Dip.App.Lin; ., Drs. I Wayan Suarnajaya,MA., Ph.D.
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan awalan dan akhiran dari Dialek Penglipuran yang memiliki proses derivasi dan infleksi. Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan tiga teknik yaitu teknik observasi, teknik rekaman, dan teknik wawancara (mendengarkan dan mencatat). Tiga narasumber dari Penglipuran dipilih sesuai dengan kriteria. Kriterianya yaitu narasumber yang cerdas, mempunyai kompetensi dalam berbicara, mempunyai pengetahuan yang cukup tentang topik tersebut, narasumber adalah pembicara asli dari Desa Penglipuran, sabar, perhatian yang tinggi, dan mempunyai cukup waktu untuk diwawancarai, tidak memiliki gangguan pada organ bicara, memiliki pendengar yang baik dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan, percaya diri dan bangga bahasa dan budayanya. Hasil penilitian menunjukan bahwa ada enam jenis awalan dalam Dialek Penglipuran yaitu {mə-}, {m-}, {n-}, {ŋ-}, {ñ-}, and {ə-} dan ada tiga jenis akhiran dalam Dialek Penglipuran yaitu {-Λŋ}, {-In} and, {-ɔ}. Awalan dan akhiran dalam Dialek Penglipuran yang termasuk dalam proses derivasi yaitu awalan {mə-} and {m-} dan akhiran {-Λŋ} and {-Ιn}. Awalan dan akhiran di Dialek Penglipuran yang termasuk dalam proses infleksi yaitu awalan {n-}, {ŋ-}, {ñ-}, {m-}, and {ə-} dan akhiran {-ɔ}, {-Λŋ}, dan {-In}.Kata Kunci : imbuhan, dialek penglipuran, proses derivasi dan infleksi This study aimed at describing the prefixes and suffixes in Penglipuran Dialect which belong to derivation and inflection. This research was a descriptive qualitative research. The data were collected using three techniques, namely observation, recording technique, and interview (listening and noting) technique. Three informants sample from Penglipuran were chosen based on criteria. The criteria were the informants are smart, have comunicative competence, have enough knowledge about the topic, the informants are the native speaker of the Penglipuran village, patient, high-attention, and have enough time to be interviewed, not having disturbances related to speech organs, a good listener and able to answer the questions, and confident and proud of their language and culture. The results of the study showed that there were six kinds of prefixes in Penglipuran Dialect were prefix {mə-}, {m-}, {n-}, {ŋ-}, {ñ-}, and {ə-} and there were three kinds of suffixes in Penglipuran Dialect were {-Λŋ}, {-In} and, {-ɔ}. Prefixes and suffixes in Penglipuran Dialect which belong to derivation were prefix {mə-} and {m-} and suffix {-Λŋ} and {-Ιn}. Prefixes and suffixes in Penglipuran Dialek which belong to inflection were prefix {n-}, {ŋ-}, {ñ-}, {m-}, and {ə-} and suffix {-ɔ}, {-Λŋ}, and {-In}.keyword : affixation, penglipuran dialect, derivational and inflectional processes
THE ANALYSIS OF AFFIXATION IN BALINESE TIYINGTALI DIALECT: DERIVATIONAL AND INFLECTIONAL MORPHEME ., Ni Putu Anggie Orchidiani; ., Dr. I Gede Budasi, M.Ed.; ., I Putu Indra Kusuma, S.Pd., M.Pd.
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 5, No 2 (2017): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.071 KB) | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.14959

Abstract

Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan awalan dan akhiran pada dialek Tiyingtali BTD) yang termasuk derivasi dan infleksi. Dua narasumber dari BTD dipilih berdasarkan ruang lingkup: keluarga, kekerabatan, dan tetangga. Data dikumpulkan berdasarkan dua teknik, yaitu: observasi dan wawancara. Beberapa instrument yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu: peneliti sendiri, Daftar kosakata swadesh and nothofer daftar kata. Ada tiga proses dalam menganalisa data, yaitu: data reduction, data display and drawing conclusion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua jenis awalan pada BTD. Awalan itu adalah: {mә-}and {n-} dan ada tiga jenis akhiran yang ditemukan dalam dialek Tiyingtali . Akhiran itu adalah : {­ᴧŋ}, {­mә}, and {­nә}. Selain itu, ada dua awalan yang mengalami derivasi yaitu {mә-} and {n-} dan ada dua macam akhiran ditemukan pada dialek Tiyingtali yang diklasifikasikan sebagai akhiran derivatif. Akhiran itu adalah : {­ᴧŋ} and {­In}. Sementara itu, awalan yang mengalami infleksi adalah {n-} dan akhiran yang mengalami infleksi adalah {­ᴧŋ}{­In}{­nә}Kata Kunci : morfem derivasi, morfem infleksional, Tiyingtali Dialek (TD) This descriptive qualitative research aimed at describing the prefixes and suffixes in Balinese Tiyingtali Dialect which belong to derivational and inflectional morphemes. Two informants sample of BTD were chosen based on a set of criteria. The data were collected based on two techniques, namely: observation and interview (listening and noting). The results of the study showed that there were six types of prefix found in Tiyingtali dialect. Those prefixes are: {mә-} and {n-}. Also there were three types of suffixes found existing in Tiyingtali dialect. Those suffixes are: {-ᴧŋ}, {-In}, and {-nә}. Moreover, there are two prefixes belong to derivational prefix, they are: {mә-} and {n-}. There were two kinds of suffixes found in TD that classified as derivational suffix. They are: {-ᴧŋ} and {-In}. Meanwhile, inflectional prefixes are {n-} and inflectional suffixes are {ᴧŋ-}, {In-}, {nә-}.keyword : derivational morpheme, inflectional morpheme, Tiyingtali Dialect (TD)
Co-Authors ., Anak Agung Inten Sakanti ., Anak Agung Inten Sakanti ., Anak Agung Istri Yurika Kanya Paramita D ., Anak Agung Istri Yurika Kanya Paramita D ., Desak Made Mira Diahningsih ., Desak Made Mira Diahningsih ., DIAH CYNTHIA PUTRI ., Gede Agus Lesmana Putra ., Gede Agus Lesmana Putra ., Gede Ari Suyasna Putra ., Gede Ari Suyasna Putra ., Gede Dharma Arya Wicaksana ., Gede Dharma Arya Wicaksana ., I DEWA MADE BAGUS KASUMAJAYA ., I G A N Alitia k ., I G A N Alitia k ., I GEDE ARIS PRATAMA PUTRA ., I Gede Shasy Bagus ., I Gede Shasy Bagus ., I Gede Soni Restiadi ., I Gede Soni Restiadi ., I Gede Wahyu W.p ., I Gede Wahyu W.p ., I GUSTI AYU AGUNG MIRAH MEYLIANA ., I Gusti Bagus Widi Darmadi ., I Gusti Bagus Widi Darmadi ., I Kadek Gunarsa ., I Kadek Gunarsa ., I Kadek Sudarma ., I Ketut Satria Adiguna ., I Ketut Seken ., I Komang Bramawan ., I Komang Bramawan ., I Made Dedi Kurniawan ., I Nym Dedy Rahland Krisna Hari ., I Nyoman Surya Manggala ., I Putu Adhi Wirayasa ., I PUTU AGUS ENDRA SUSANTA ., I Putu Hendra Adi Sutika ., I Putu Hendra Adi Sutika ., I Putu Rika Adi Putra ., I Putu Rika Adi Putra ., I Putu Suamba Wijaya ., I Wayan Bagastana ., Iga Putu Ardaba Kory ., Iga Putu Ardaba Kory ., Intania Harismayanti ., Intania Harismayanti ., Kadek Puspa Ariantini ., Kadek Puspa Ariantini ., Kadek Toni Sumartawan ., Kadek Vera Mia Asitari ., Kadek Vera Mia Asitari ., Km Triyunita Yani ., Km Triyunita Yani ., Komang Evayanti ., Komang Evayanti ., Komang Tia Dwi Pradipta ., KOMANG TRY WAHYUNI DEWI ., LUH GEDE TRISNAWATI ., Luh Putu Dewi Ariani ., Luh Putu Dewi Ariani ., Luh Widiyaswary ., Made Ady Pradana Wiyasa ., Made Intan Kusuma Dewi ., Made Intan Kusuma Dewi ., Made Wikrama ., Made Wikrama ., MADE WINNY PARAMITHA ., Md Arini Purnamasari ., Md Arini Purnamasari ., Ngurah Putra Bayu Krisna ., Ngurah Putra Bayu Krisna ., Ni Kadek Meina Andriani ., Ni Kadek Meina Andriani ., Ni Kadek Sudiartini ., Ni Kadek Sudiartini ., NI LUH MIA ADNYANI ., Ni Luh Putu Wida a ., Ni Luh Putu Wida a ., Ni Made Eni Parwati ., Ni Made Sariningsih ., Ni Made Sariningsih ., NI MADE SRI ARTINI ., Ni Nym. Ayu Padmitri ., Ni Putu Anggie Orchidiani ., Ni Putu Anggie Orchidiani ., Ni Putu Sri Erawati ., Ni Putu Sri Erawati ., Ni Putu Sri Merta Utami ., Ni Putu Sri Merta Utami ., Ni Putu Stefi Anjani Darmarini ., Ni Putu Stefi Anjani Darmarini ., Ni Putu Wahyuni Sri Rahayu Cahyani ., Ni Putu Wahyuni Sri Rahayu Cahyani ., Nyoman Erlina ., Nyoman Erlina ., Pande Nyoman Ita Wulandari ., Pande Nyoman Ita Wulandari ., PROF. DR. I NYM. ADI JAYA PUTRA, M.A. ., Putu Eka Dambayana S., S.Pd., M.Pd. ., Putu Eka Dambayana S., S.Pd., M.Pd. ., Putu Eka Jaya Famugi ., Putu Eka Jaya Famugi ., Putu Mas Juliatmadi ., Putu Mas Juliatmadi ., Putu Pipin Septiari ., Putu Rika Pramayani ., Putu Rika Pramayani ., Putu Sri Ayu Padmi ., Putu Sutarma ., Putu Sutarma ., RISMA DIYAN SAPUTRI ., Servasius. Tawurutubun ., Servasius. Tawurutubun A.A. Putu Putra Adnyani, Ni Luh Putu Sri Adnyayanti, Ni Luh Putu Era Agus Yogi Pranata ., Agus Yogi Pranata Anak Agung Istri Mas Diah Utari Dewi Andi Nursyafeizah Anita Sofia Veronia Ariantari, Pande Kadek Dea Aridana, I Komang Japar Aron Meko Mbete Aron Meko Mbete Aryasuari, Putu Tanniya Pradnyan Batan, I Gede Bhuwana, I Putu Abdi Budiantari Putu Yuli Cantika, Kadek Meisani Dinda Dewa Ayu Eka Agustini Dewa Komang Tantra Dewa Putu Ramendra Dewi, Feby Febriyanti Dewi, Ni Putu Desy Krisna Dharmasanti, Ni Made Utari Drs. Asril Marjohan,MA . Drs.Gede Batan,MA . Eka Grana Aristyana Dewi Fitriani Lestari G.A.P. Suprianti GD Hoki Artha Tama Wijaya Gede Bagus Kresnantara Gede Mahendrayana Gusanto, Athanasia Gusti Ayu Putu Linda Riani Gusti Made, Jyotika Gusti Ngurah Rai Dwijantara . Hayuni, Nyoman Tri I Dewa Gede Budi Utama I Gede Bagus Wisnu Bayu Temaja I Gede Batan I Gede Erlan Cahaya Unggawan . I Gede Febry Wira Pratama I Gede Putu Adhitya Prayoga . I Gede Sumerjaya ., I Gede Sumerjaya I Gusti Bagus Wiksuana I Gusti Putu Satria Wibawa I Ketut Mantra I Ketut Mantra . I Ketut Trika Adi Ana I Ketut Trika Adi Ana I Komang Japar Aridana I Made Adi Widarta Kusuma I Made Pasek Suwarbawa ., I Made Pasek Suwarbawa I Nyoman Adi Jaya Putra I NYOMAN SUPARWA I Putu Anjas Widya k ., I Putu Anjas Widya k I PUTU BAYOE MAHA PUTRA . I Putu Edi Sutrisna . I Putu Gede Satriya Wibawa I Putu Indra Kusuma I PUTU MARIANA . I Putu Ngurah Wage Myartawan I PUTU SUYOGA DHARMA . I PUTU YOGA LAKSANA . I Putu Yoga Purandina I Wayan Adi Wiweka . I Wayan Agus Anggayana I Wayan Eri Kurnia ., I Wayan Eri Kurnia I WAYAN PUTRAWAN . I Wayan Sandiyasa . I Wayan Suarnajaya I Wayan Swandana I Wayan Wikajaya ., I Wayan Wikajaya I Wayan Wira Praditya I Wayan Wiranata . Ida Ayu Iran Adhiti IDA AYU MADE ISTRI UTAMI . IGA Pt Novita Sari Paragae Kadek Adyatna Wedananta Kadek Dwi Candra Oktariana Kadek Dwi Maharani ., Kadek Dwi Maharani Kadek Sari Wahyuni ., Kadek Sari Wahyuni Kadek Sintya Dewi Kadek Sonia Piscayanti Kadek Suardika Kd Astri Nirwitta Wijayanti Ketut Ayu Swati Pramitha Yuliandari Ketut Puspa Dewi Ketut Sintya Dewi KOMANG MELIAWATI . Luh Diah Surya Adnyani Luh Eka Susanti Luh Parmawati Luh Putu Artini Luh Siantari M.A. ., PROF. DR. I KETUT SEKEN, M.A. Made Arniati ., Made Arniati Made Hery Santosa Made Jane Purnama ., Made Jane Purnama Made Sri Satyawati MADE SUCI SUANDARI . Made Wahyu Mahendra . Mahayoni, Ni Putu Sukma Mahendrayana, I Gede Manik Puspita, Ni Nyoman Mantra, I Ketut Maria Yuliana Geofany Mella Resita Widhiastari Nafiis, Nahla Annisa Ainun Natih, Made Sarasvati Wirapuspa Ngurah Agung Riski Restuaji ., Ngurah Agung Riski Restuaji Ni Kadek Ita Tristiani Ni Kadek Suartini . Ni Komang Arie Suwastini Ni Luh Aristyawati Ni Luh Putu Era Adnyayanti Ni Made Ayu Sulatri Okta Pratiwi Ni Made Ayuni Wulandari ., Ni Made Ayuni Wulandari Ni Made Dhanawaty Ni Made Rai Wisudariani Ni Made Ratmingsih Ni Made Ratminingsih Ni Made Suniyasih NI MADE YUNIARI . Ni Nyoman Manik Puspita Ni Nyoman Padmadewi Ni Putu Astiti Pratiwi Ni Putu Deanitha Rizki Awalia . Ni Putu Desi Wulandari Ni Putu Dianita Safitri Ni Putu Puriasih Ni Putu Sintia Dewi Kusuma Wardani Ni Wayan Monik Rismadewi Nyoman Karina Wedanthi Nyoman Karina Wedhanti Okta Pratiwi, Ni Made Ayu Sulatri Pande Agus Putu Dharma Putra Panensia, Feraliensis Mangifera Paragae, IGA Pt Novita Sari Paramarta, I Made Suta Petrus I Wayan Brahmadyantara . Pradnyani, Pande Eka Putri Prayoga, Gusti Km Arysuta Pridayani, Kadek Prof. Dr. A. A. I. Ngurah Marhaeni,MA . Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi,MA . Prof. Dr.I Ketut Seken,MA . Putu Adi Krisna Juniarta Putu Ayu Kinanti Praditha Putu Bagus Mahardika . Putu Diandra Dama Suri Putu Dinia Suryandani Putu Edi Kusuma ., Putu Edi Kusuma Putu Eka Dambayana Putu Eka Dambayana Putu Eka Dambayana S Putu Eka Dambayana Suputra Putu Hendra Kusuma . Putu Kerti Nitiasih Putu Kerti Nitiasih Putu Niken Praweda Yanti Putu Pande Novita Sari Putu Reynald Ridana Pratama PUTU TIKA VIRGINIYA ., PUTU TIKA VIRGINIYA Putu Wulandari Tristananda . Rahayu, Made Sri Ratmingsih, Ni Made S.Pd. I Putu Ngurah Wage M . Salsabila, Unik Hanifah Sang Ayu Made Diah Utami Putri Sang Ayu Putu Sriasih Sari, Nyoman Arina Putri Seken I Ketut Seniasih, Ni Kadek Mira Sri Pithamahayoni . Suardika, Kadek Sugiantari, Putu Ayu Dinda Suka, Eva Suniyasih, Ni Made Sutrini, Ayu Nyoman UNDIKSHA . Utamayana, I Wayan Yoga Utari Dewi, Anak Agung Istri Mas Diah Wawan Marhanjono Mustamar Wicaksana, GDA Widarta Kusuma, I Made Adi Widya Suputra I Gede Wiguna, Ida Bagus Andika Wikajaya, I Wayan Wulandari, Putu Ratih Yogiantari, Ni Putu Egik Yuliantari, I Gusti Ayu Winda