p-Index From 2020 - 2025
11.885
P-Index
This Author published in this journals
All Journal E-Journal of Linguistics Jurnal Pendidikan dan Pengajaran PRASI: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya Lingua Scientia Journal Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humaniora (JPPSH) Jurnal IKA Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris Jurnal Pendidikan Indonesia Jurnal Kajian Bali Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurnal Pendidikan Bahasa Jurnal Pendidikan Matematika Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris Jurnal Arbitrer EXPOSURE JOURNAL Ngayah: Majalah Aplikasi IPTEKS IDEAS: Journal on English Language Teaching and Learning, Linguistics and Literature Linguistic, English Education and Art (LEEA) Journal k@ta Esteem Journal of English Study Programme International Journal of Language and Literature WIDYA LAKSANA Journal of Education Technology MABASAN ACITYA Journal of Teaching & Education JALL (Journal of Applied Linguistics and Literacy) Journal of English Language and Culture E-Link Journal Journal of English Teaching and Applied Linguistics (JETAL) Lexeme : Journal of Linguistics and Applied Linguistics Interference: Journal of Language, Literature, and Linguistics The Art of Teaching English as a Foreign Language (TATEFL) Journal of English Language and Education Journal of Educational Study Jurnal Penelitan Mahasiswa Indonesia Jurnal Impresi Indonesia Linguistic, English Education and Art (LEEA) Journal Jurnal Locus Penelitian dan Pengabdian Indonesian Journal Of Educational Research and Review Edu Society: Jurnal Pendidikan, Ilmu Sosial dan Pengabdian Kepada Masyarakat Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Room of Civil Society Development IJLHE: International Journal of Language, Humanities, and Education Pubmedia Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris Journal of Linguistic and Literature Studies (JOLLES) Room of Civil Social Development
Claim Missing Document
Check
Articles

Affixation of Balinese Language in Julah Dialect: A Descriptive Study ., Ni Luh Putu Wida a; ., Dr. I Gede Budasi,M.Ed,Dip.App.Lin; ., Dewa Ayu Eka Agustini, S.Pd., M.S.
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 4, No 1 (2016): May
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v4i1.8080

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan awalan dan akhiran infleksi dan awalan dan akhiran derivasi dari Dialek Julah di desa Julah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Tiga contoh informan dari Dialek Julah dipilih berdasarkan kriteria yang ditentukan. Data dikumpulkan berdasarkan tiga teknik, yaitu: observasi, teknik perekaman, dan teknik wawancara (mendengarkan dan mencatat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua jenis awalan di Dialek Julah yang termasuk derivasi, awalan {mә-}, dan {ŋ-}. Ada sembilan jenis awalan di Dialek Julah yang termasuk infleksi, awalan {mә-}, {n-}, {ŋ-}, {ñ-}, {m-}, {Λ-}, {kΛ}, {pΛ-}, {pә}. Ada tiga jenis akhiran di Dialek Julah yang termasuk derivasi, akhiran {-Λŋ}, {-In}, {Λ-}. Ada dua jenis akhiran di Dialek Julah yang termasuk infleksi, akhiran {-ē}, dan {- nē}. Awalan dan akhiran di Dialek Julah yang termasuk derivasi adalah awalan {mә-} dan{m-}dan akhiran {-Λŋ} dan {-In}. Awalan dan akhiran di Dialek Julah yang temasuk infleksi adalah awalan {n-}, {ŋ-},{-ñ}, {m-}{-Λ}, {-kΛ}, {m-}, {pΛ-} dan {pә-}dan akhiran {ē-}, dan{-nē}. Fungsi dari morfem di pembentukan kata dari awalan dan akhiran yang termasuk derivasi memiliki fungsi untuk mengubah kelas kata dan mengubah makna kata dari kata benda menjadi kata kerja dan dapat memiliki arti melakukan kegiatan. Awalan dan akhiran yang merupakan infleksi memiliki fungsi untuk mengubah kalimat dari pasif menjadi aktif, karena tidak mengubah makna dan kelas kata. Kata Kunci : awalan dan akhiran derivasi, awalan dan akhiran infleksi, dialek Julah The study aimed at describing inflectional prefixes and suffixes and derivational prefixes and suffixes of Julah Dialect in Julah village. This research is a descriptive qualitative research. Three informants sample of Julah Dialect were chosen based on a set of criteria. The data were collected based on three techniques, namely: observation, recording technique, and interview (listening and noting) technique. The results of the study show that there are 2 derivational prefixes; prefix {mә-} and {ŋ-}. There are 8 inflectional prefixes; prefix: {n-}, {ŋ-}, {ñ-}, {m-}, {Λ-}, {kΛ}, {pΛ-}, {pә-}. There are 3 derivational suffixes; suffix {-Λŋ}, {-In}, {Λ-}. There are 2 kinds of inflectional suffixes; suffix {-ē}, and {- nē}. Prefixes and suffixes which belong to derivation morphemes: prefix {mә-}, {m-} and {kɅ-} and suffix {-Λŋ} and {-In}. Prefixes and suffixes which belong to inflection: prefix {n-}, {ŋ-},{-ñ}, {m-}{-Λ}, {-kΛ}, {m-}, {pΛ-} and {pә-} and suffix {ē-}, and {-nē}. The function of these morphemes serve in word forming are the prefixes and suffixes that belongs to derivational morphemes has a function to changes the class and the meaning of a word from noun to become verb and also have a meaning to do an activity. Meanwhile the prefixes and suffixes that belong to inflectional morphemes has a function to change the passive phrase into active phrase, because it does not change the meaning and class of the word.keyword : derivational prefixes and suffixes, inflectional prefixes and suffixes, Julah dialect
AN ANALYSIS OF DERIVATIONAL AND INFLECTIONAL PROCESSES IN THE SIDATAPA DIALECT OF BALINESE: A DESCRIPTIVE STUDY ., I Putu Rika Adi Putra; ., Prof. Dr.I Ketut Seken,MA; ., Dr. I Gede Budasi,M.Ed,Dip.App.Lin
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 4, No 1 (2016): May
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v4i1.8111

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan awalan dan akhiran di Dialek Bahasa Bali Sidetapa yang mengalami derivasi dan infleksi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Terdapat tiga informan utama dan tiga informan sekunder dalam penelitian ini. Data dikumpulkan berdasarkan empat teknik: teknik observasi, elisitasi, rekaman dan pencatatan. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data: daftar kata, alat perekam digital, kamera dan daftar pertanyaan. Ada tiga proses dalam menganalisa data: reduksi data, penggambaran data dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa ada tiga jenis awalan: {me-}, {N-}, dan {pe-}, dan dua jenis akhiran: {-ng} dan {-e}, yang mengalami proses derivasi pada Dialek Bahasa Bali Sidetapa. Terdapat tiga jenis awalan: {me-}, {N-} dan {a-} dan lima jenis akhiran: {-ng}, {-ne}, {-e}, {-in} dan {-an}, yang mengalami infleksi dalam Dialek Bahasa Bali Sidetapa. Terdapat beberapa fungsi grammar awalan dan akhiran seperti: imbuhan untuk membentuk kata kerja (imperatif), untuk membentuk kata nominal (artikel definitif), untuk membentuk kata bilangan, pembentuk kata kerja aktif, pembentuk kata kerja pasif, dan imbuhan untuk membentuk kata sifat (komparatif).Kata Kunci : proses derivasional, proses infleksional, Dialek Bahasa Bali Sidetapa The study aimed at describing the kinds of prefixes and suffixes in Sidetapa dialect of Balinese that undergo derivation and inflection process. This research was a descriptive qualitative research. There were three main informants and three secondary informants in this research. The data were collected based on four techniques, namely: observation, elicitation, recording, and note taking technique. The data were collected by using some instruments: words list, digital recorder, camera, and questions list. There were three processes in analyzing the data: data reduction, data display, and conclusion drawing. The results of the study show that there are three kinds of prefix: {me-}, {pe-} and {N-}, and two kinds of suffix: {-e} and {-ng}, which undergo derivational process in Sidetapa dialect of Balinese. There are three kinds of prefix: {me-}, {N-} and {a-} , and five kinds of suffix: {-ng}, {-ne}, {-e}, {-in} dan {-an}, which undergo inflectional process in the dialect. There are several grammatical functions of prefixes and suffixes in the dialect such as: affix forming verbal (imperative), affix forming nominal (definite article), affix forming numeral, activizer, passivizer, and affix forming adjective (comparative).keyword : derivational process, inflectional process, Sidetapa Dialect of Balinese
The Morphological Processes of Balinese Dialect By Villagers of Tajen: A Descriptive Study ., Ni Putu Wahyuni Sri Rahayu Cahyani; ., Prof. Dr.I Nyoman Adi Jaya Putra, M.A.; ., Dr. I Gede Budasi, M.Ed.
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.033 KB) | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.13330

Abstract

Penelitian ini bertujuan menjelaskan proses morpologi Dialek Bahasa Bali yang digunakan di Desa Tajen Tabanan. Penelitian ini berbentuk penelitian kualitatif. Data dibagi menjadi tiga domain bahasa, yaitu domain keluarga, domain persahabatan, dan domain lingkungan. Data dikumpulkan berdasarkan metode observasi dan metode wawancara (mendengar dan mencatat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua macam proses prefiksasi dan sufiksasi. Prefiksasi adalah proses yang mengalami tambahan awalan. Awalannya adalah {a -}, {ke-}, {me}, dan {N-}. Sementara sufiksasi adalah proses yang mengalami tambahan akhiran. Akhirannya adalah {-e}, {-an}, {-ang}, {-in}, dan {-n}. Prefiks dan sufiks yang melewati proses derifatif, yaitu: prefik {a-}, {me-}, {N-}: dan sufiks {-an}, {-ang}, dan {-in}. Prefiks dan sufiks yang melewati proses inflektif, yaitu: prefiks {a-}, {me-}, {N-}: dan sufiks {-e}, {-an}, {-in}, {-n}.Terpisah dari ini, ada juga proses morpologi dalam bentuk kata ulang dan kata majemukKata Kunci : prefiks dan sufiks, proses derivatif dan inflektif, kata ulang, kata majemuk This study aimed at describing morphological processes of Balinese Dialect in Tajen village Tabanan. This study was a descriptive qualitative research. The data were divided into three language domains, namely: family domain, friendship domain, and neighborhood domain. The data were collected based on three techniques, namely: observing, recording, and interviewing (listening and noting) .The results of the study show that there are two kinds prefixation and suffixation. Prefixation is a process which undergoes an additional prefixes.The prefixes are {a-},{ke-}, {me-}, and {N-}. Meanwhile suffixation is a process which undergoes additional suffixes. The suffixes are {-e}, {-an}, {-ang}, {-in}, and {-n}. The prefixes and suffixes that undergo derivation process include: prefix {ke-}, {me-}, and {N-}; and suffix {-an}, {-ang}, {-in}. The prefixes and suffixes that undergo inflection process include: prefix {a-}, {me-}, {N-}; and suffix {-e}, {-an}, {-in}, {-n}. Apart from this, there are also morphological processes in the form of reduplicative words ‘kata ulang’ and compound words ‘kata majemuk.keyword : prefixes and suffixes, derivational and inflectional processes, reduplicatives, compound word
The Phonological Changes from Gelgel Dialect to Tampekan Dialect: A Descriptive Qualitative Study ., Kadek Puspa Ariantini; ., Drs. I Wayan Suarnajaya,MA., Ph.D.; ., Dr. I Gede Budasi, M.Ed.
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 4, No 2 (2017):
Publisher : Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.258 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perubahan bahasa dari dialek Gelgel ke dialek Tampekan. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kualitatif. Peneliatian ini mengambil tempat di desa Gelgel, kecamatan Klungkung, kabupaten Klungkung dan di desa Tampekan, kecamatan Banjar, kabupaten Buleleng. Ada tiga informan yang dipilih ditiap desa. Satu orang sebagai informan yang utama, dua orang lainnya sebagai informan yang membantu. Data dianalisis berdasarkan teori tipe perubahan bahasa yang disarankan oleh Crowley (1992), Keraf (1996), and Fruehwald (2013). Data diperoleh berdasarkan daftar kata Swadesh dan daftar kata Nothofer. Hasil dari data analisis menunjukan bahwa ada 8 kata yang mengalami aphaeresis (menghilangnya fonem di depan kata), 10 kata yang mengalami syncope (menghilangnya fonem di tengah kata), 2 kata yang mengalami apocope (menghilangnya fonem diakhir kata), 7 kata yang mengalami haplology (menghilangnya suku kata dalam sebuah kata), 7 kata yang mengalami epenthesis (penambahan fonem di depan kata), 2 kata yang mengalami prosthesis (penambahan ditengah kata), 4 kata yang mengalami paragoge (penambahan fonem di akhir kata), 6 kata yang mengalami assimilation (sebuah fonem yang mengubah fonem lainnya dan terdengan mirip), and 7 kata yang mengalami dissimilation (perubahan fonem yang tidak mirip dari sebelumnya).Kata Kunci : fonologi, perubahan bunyi, dan dialek. This study aimed at describing the phonological changes from Gelgel dialect to Tampekan dialect. This study is a descriptive qualitative study. It took place in Gelgel village, Klungkung district, Klungkung regency and Tampekan village, Banjar district, Buleleng regency. There were three informants selected in each dialect. One person was appointed as main informant, and the other two were determined as the supporting informants. The data were analyzed based on the theory of types of phonological changes suggested by Crowley (1992), Keraf (1996), and Fruehwald (2013).The data were collected based on two wordlists, namely Swadesh and Nothofer. The result of data analysis showed that there are 8 words which undergoing aphaeresis (loss of the phoneme in the beginning of the word), 10 words which undergoing syncope (loss of the phoneme in the middle of word), 2 words which undergoing apocope (loss of the phoneme in the final of the word), 7 words which undergoing haplology (loss of syllable in the word), 7 words which undergoing epenthesis (addition in the middle word position), 2 words which undergoing prosthesis (addition in the initial word position), 4 words which undergoing paragoge (addition in the final word position), 6 words which undergoing assimilation (one phoneme changes another phoneme to be more similar), and 9 words which undergoing dissimilation (a sound change to be unlike the sound before it).keyword : Keywords: Phonology, Phonological Changes, Dialect
The Comparison of Culture Shock between Dutch and Danish Tourists during Their Staying in Singaraja ., I Gusti Bagus Widi Darmadi; ., Dr. I Gede Budasi, M.Ed.; ., Nyoman Karina Wedhanti, S.Pd., M.Pd.
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 5, No 2 (2017): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.101 KB) | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.13389

Abstract

Penelitian ini bertujuan menganalisis perbandingan gegar budaya yang dialami turis Belanda dan turis Denmark selama tinggal di Singaraja. Penelitian ini menganalisis gegar budaya terkait dengan komunikasi lisan dan tidak lisan. Data dianalisis berdasarkan teori dari Pederson (1995). Penelitian ini mengacu pada peneilitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah tiga turis Belanda dan tiga turis Denmark. Peneliti mengumpulkan data dengan teknik wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam komunikasi lisan, ada lima persamaan gegar budaya dialami turis Belanda dan Denmark yaitu menyapa, perkenalan, pertanyaan pribadi, merekomendasikan, dan membuat janji. Dalam komunikasi tidak langsung yaitu tersenyum, kontak mata, interaksi sentuhan, jarak, bersendawa, dan gerak-gerik kepala. Perbedaan keduanya adalah turis Belanda mengalami enam gegar budaya, diantaranya mengingatkan, berterima kasih, menawarkan, meminta maaf, mengundang, dan bersiul. Sementara turis Denmark mengalami lima gegar budaya dalam menyarankan, menghakimi, melarang, menolak, dan memotong pembicaraan. Dalam komunikasi tidak lisan, turis Belanda mengalami lima gegar budaya, diantaranya dengan dua tangan menyapa, menggeretakkan jari tangan, tersenyum, makan dengan tangan, dan mengedipkan mata. Sedangkan, turis Denmark mengalami tujuh gegar budaya, yaitu melambai, penguatan, bersalaman, mencangkupkan tangan, memeluk, dan penggunaan tangan kiri kanan. Untuk mengatasi gegar budaya, mereka menayakan informasi kepada pemandu atau orang local, meniru, dan menyesuaikan diri sesuai aturan yang ada di Bali. Masalah dari turis Belanda dan Denmark adalah meniru budaya baru. Kata Kunci : gegar budaya, komunikasi lisan, komunikasi tidak lisan This descriptive qualitative study aimed at analyzing the comparison of culture shock experienced by Dutch and Danish tourists during staying in Singaraja. This study analyzed the culture shock which is related to verbal and non-verbal communications. The data were analyzed based on Pederson’s theory (1995). The subjects of this study were three Dutch and Danish tourists. The data were collected based on semi structure and unstructured interview. The result of this study shows that in verbal communication, there are five similarities of culture shock experienced by Dutch and Danish tourists, namely: greeting, introducing, asking personally, recommending, and making appointment. In non-verbal communication, there are five similarities of culture shock phenomena, namely: smiling, eye contact, touch interaction, space, belch, and head movement. However, Dutch tourists experienced six culture shock, namely: reminding, thanking, offering, apologizing, inviting, and whistling, while Danish tourists experienced five culture shock, namely: suggesting, judging, prohibiting, refusing, and interrupting. In non-verbal communication, Dutch tourists experienced five culture shock, namely: two hands greeting, snapping fingers, smiling, use hand in eating, and winking. Danish tourists experienced seven culture shock, namely: waving hands, thumb reinforcement, smiling, shaking hand, covering hands, hugging, and the right and left hand. To overcome the culture shock phenomena, they conducted something as follows: asking information to their tour guide or local people, imitating the local people’s habits, and organizing themselves based on the rule in Bali. Dutch and Danish tourists’ problems were in copying the communications of new culture. keyword : Culture shock, differences, similarities.
An Analysis of Balinese Swear Words Used in Sawan Village, Buleleng Regency ., I Gede Soni Restiadi; ., Dr. I Gede Budasi, M.Ed.; ., Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A.
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.12227

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan bahasa kasar di Desa Sawan, Kabupaten Buleleng. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kwalitatif, yang dimana dilaksanakan dengan cara mengobservasi, merekam suara, and mewawancarai narasumber. Narasumber yang digunakan adalah 10 masyarakat Desa Sawan, Buleleng Regency. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa bahasa kasar yang digunakan di Desa Sawan, Kabupaten Buleleng mempunyai bentuk, referensi, dan fungsi masing-masing. Ada tiga bentuk dari bahasa kasar: (1) bentuk kata yang dimana dibagi menjadi dua bagian: monomofemik (contoh: pirate ‘ancestor’) dan polymorfemik (contoh: matan ‘eyes’). (2) bentuk frasa yang dimana dibagi menjadi tiga bagian: frasa kata benda (contoh: jeleme cicing ‘human dog’), frasa kata sifat (contoh: jaruh gati ‘very wicked), frasa kata sifat (contoh: mekatukan gen ‘always having sex’). (3) bentuk klausa (contoh: naskleng iba ‘you are bastard’). Referensi dari bahasa kasar dibagi berdasarkan (a) agama, (b) bagian tubuh, (c) kotoran badan, (d) binatang, (e) aktivitas, (f) latar belakang pribadi, (g) keadaan jiwa, (h) makhluk halus, (i) kekerabatan. Berdasarkan fungsinya: (a) untuk menarik perhatian, (b) untuk mengurangi rasa susah, (c) untuk memprovokasi, (d) untuk membuat identitas perorangan, (e) integratif, (f) agresif, (g) pemungutan, (h) perhatian Kata Kunci : bentuk, fungsi, referensi, bahasa kasar This study aimed at analyzing swear words used in Sawan Village, Buleleng Regency. This study used a descriptive qualitative research, which was conducted by observing, audio recording, and interviewing the informants. The informants were 10 people from Sawan Village, Buleleng Regency. The results of the study showed that the swear words used in Sawan Village, Buleleng Regency have their forms, references, and functions. There are three forms of swear words: (1) in the form of words which are divided into two types: monomorphemic (i.e. pirate ‘ancestor’) and polymorphemic (i.e. matan ‘eyes’). (2) in the form of phrases which are divided into three types: noun phrases (i.e. jeleme cicing ‘human dog’), adjective phrases (i.e. jaruh gati ‘very wicked), and verb phrases (i.e. mekatukan gen ‘always having sex’). (3) in the form of clauses (i.e. naskleng iba ‘you are bastard’). The references of swear words are related to (a) religion, (b) body function, (c) excrement, (d) animal terms, (e) activity (f) personal background, (g) mental illness, (h) devils, and (i) kinship. The function of swear words are (a) to draw attention, (b) to provide catharsis, (c) to provoke, (d) to create interpersonal identity, (e) integrative, (f) aggressive, (g) regressive, and (h) emphasis.keyword : forms, functions, references, swear words
THE QUALITATIVE EVIDENCES THAT DIFFERENTIATE PELAGA AND TAMBAKAN DIALECTS: A CONTRASTIVE STUDY ., Putu Bagus Mahardika; ., Dr. I Gede Budasi,M.Ed,Dip.App.Lin; ., Drs. Asril Marjohan,MA
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v1i1.3358

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membedakan sistem fonologi antara dialek Pelaga (PD) dan Tambakan (TD) dan pengaruhnya terhadap pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Subjek dari penelitian ini adalah dialek Pelaga dan Tambakan. Penelitian ini merupakan jenis dari penelitian konstrastif. Sistem fonologi dari kedua dialek dipaparkan pertamanya. Data dipaparkan menggunakan 3 jenis wordlist (Swadesh, Budasi, dan Holle) yang dikumpulkan menggunakan teknik perekaman dan pencatatan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan dari kedua dialek. Dalam hal fonem, PD memiliki 55 dan TD memiliki 48. Sementara itu, distribusi dari vokal kedua dialek menunjukkan perbedaan, walaupun jumlah keduanya sama. PD dan TD memiliki jumlah diftong yang sama, yakni 9. Dari 19 konsonan kedua dialek, kebanyakan memiliki distribusi yang lengkap. Namun, konsonan /ʔ/ dalam PD muncul di posisi tengah dan akhir, sementara dalam TD hanya muncul di posisi akhir. Dalam hal gugus konsonan, PD memiliki 17 dan TD hanya 11. Dalam pengaruhnya terhadap pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing, fonem bahasa Inggris /ӕ/, /ɒ/, /ɜ/, /ɑ/, /ɑI/, /ɑʊ/, /f/, /v/, /ɵ/, /ð/, /z/, /ʃ/, /ʤ/ dan semua triftong menjadi kendala dalam pengucapannya oleh orang-orang Pelaga dan Tambakan.Kata Kunci : bukti-bukti kualitatif, dialek Pelaga, dialek Tambajan, penelitian kontrastif The study aimed at contrasting the phonological systems of Pelaga Dialect (PD) and Tambakan Dialect (TD) and its implication to learning English as a foreign language. The subjects of this study were Pelaga and Tambakan dialects. This study was a contrastive research. The phonological systems of both dialects were firstly described. The obtained data in the form of wordlists (Swadesh, Budasi, and Holle) were collected through recording and listening and noting techniques. The result of the study shows that PD and TD have differences. In terms of phonemes, it was found that PD had 55 phonemes and TD had 48 phonemes. In term of vowel, the distribution of the vowels is different, although they have the same number of it. PD has 9 diphthongs and TD also has 9 diphthongs. From the 19 consonants of both dialects, most of the consonant have complete distribution. There is only the distribution of consonant /ʔ/ that differentiates both dialects in which in PD consonant /ʔ/ appears in the middle and final position, while in TD it appears in the final position only. In term of consonant cluster, PD has 17 consonant clusters and TD only has 11 consonant clusters. On the implication to learning English as a foreign language, English phonemes /ӕ/, /ɒ/, /ɜ/, /ɑ/, /ɑI/, /ɑʊ/, /f/, /v/, /ɵ/, /ð/, /z/, /ʃ/, /ʤ/ and all of the English triphthong are difficult to be pronounced by people in Pelaga and Tambakan.keyword : qualitative evidences, Pelaga dialect, Tambakan dialect, contrastive study
AN ANALYSIS OF THE PHONOLOGICAL AND LEXICAL CHANGES FROM TIGAWASA DIALECT TO DENCARIK DIALECT: A DESCRIPTIVE STUDY ., I Komang Bramawan; ., Dr. I Gede Budasi, M.Ed.; ., G.A.P. Suprianti, S.Pd., M.Pd.
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.12232

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan fonologis dan leksikal dialek Tigawasa ke Dencarik. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan 3 informan dari masing masing dialek, yang dibagi atas satu orang ditunjuk sebagai informan utama, sedangkan 2 orang ditunjuk sebagai informan pendamping Data diperoleh dengan mengunakan 4 teknik, yaitu: peneliti, observasi, rekaman, dan daftar kata Swadesh dan Nothofer. Dialek di desa Tigawasa dan Dencarik unik karena situasi dan kondisi desa tersebut. Hasil menunjukkan bahwa 4 kata apocope, 4 kata syncope, 10 suku kata (haplology), 3 kata epenthesis, 3 kata prothesis, 3 kata paragoge, dan 48 kata termasuk kategori perubahan bunyi abnormal. Perubahan leksikal yang terdapat dari dialek Tigawasa ke dialek Dencarik dapat dikategorikan sebagai berikut: 10 kata termasuk penyalinan leksikal, 10 kata termasuk kata yang sudah punah, 4 kata yang di kompres, dan 4 kata yang dicampur.Kata Kunci : dialek, perubahan fonologi, perubahan leksikal This study aimed at describing the phonological and lexical changes from Tigawasa to Dencarik dialect. This research was a descriptive qualitative research. In this study, there were three informants selected for each dialect, One person was appointed as the main informant, where as two others were appointed as the secondary informants. The obtained data were collected by using these techniques, namely: the researcher, observation, recording, and Swadesh’s and Nothofer’s wordlist. The results of the data analysis show that there were four words which were categorized as deletion in the final word position (apocope), four words as deletion in the middle word position (syncope), ten words were as deletion of syllable in the word (haplology), three words as addition in the middle word position (epenthesis), three words were as addition in the initial word position (prothesis), three words were as addition in the final word position (paragoge), forty eight words as abnormal sound change. The lexical changes which occur from Tigawasa dialect to Dencarik dialect were categorized as follows: ten words were categorized as lexical copying, ten words were as lost words, four words were as compressions (initials) and four words were as blends.keyword : dialect, phonological changes, lexical changes
Affixation of Depaha dialect ., Ngurah Putra Bayu Krisna; ., Dr. I Gede Budasi, M.Ed.; ., Kadek Sintya Dewi, S.Pd., M.Pd.
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 5, No 2 (2017): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.213 KB) | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.15111

Abstract

This study aimed at 1) describing inflectional and derivational prefixes and suffixes 2) determining prefixes and suffixes which belong to inflectional morpheme and 3) determining prefixes and suffixes which belong to derivational morpheme . This research was a descriptive qualitative research. The informant sample were chosen based on set criteria and one of the important criteria was the informant must belonged to the original people of Depaha village. The data were collected based on three instruments, namely: researcher as the main instruments, tape recorder and word list. The results of the study show that there are no prefix and three suffixes in Depaha dialect. The suffixes are {-nine}, {-an}and {-nane}. All suffixes were not change the part of speech which means all suffixes belonged to derivational morpheme. There was no indication of prefixes because some words Depaha dialect were influenced by another language. Kata Kunci : Depaha dialect, Affixation, Prefixes, Suffixes, Morpheme This study aimed at 1) describing inflectional and derivational prefixes and suffixes 2) determining prefixes and suffixes which belong to inflectional morpheme and 3) determining prefixes and suffixes which belong to derivational morpheme . This research was a descriptive qualitative research. The informant sample were chosen based on set criteria and one of the important criteria was the informant must belonged to the original people of Depaha village. The data were collected based on three instruments, namely: researcher as the main instruments, tape recorder and word list. The results of the study show that there are no prefix and three suffixes in Depaha dialect. The suffixes are {-nine}, {-an}and {-nane}. All suffixes were not change the part of speech which means all suffixes belonged to derivational morpheme. There was no indication of prefixes because some words Depaha dialect were influenced by another language. keyword : Depaha dialect, Affixation, Prefixes, Suffixes, Morpheme
THE EFFECT OF SCRIPTED SONGS TECHNIQUE ON ENGLISH COMPETENCE OF THE FOURTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOLS IN SUB-DISTRICT SEMERU MELAYA IN ACADEMIC YEAR 2013/2014 ., Ni Putu Deanitha Rizki Awalia; ., Dra.Ni Made Ratminingsih, MA; ., Dr. I Gede Budasi,M.Ed,Dip.App.Lin
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol 1, No 1 (2013): May
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v1i1.3860

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan lagu kreasi terhadap kemampuan bahasa Inggris siswa kelas IV di Sekolah Dasar. Adapun populasi dalam penelitian eksperimental ini adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar di Gugus Semeru, Kecamatan Melaya. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Berdasarkan teknik tersebut, kelas kelas IV SD N 4 Melaya berada di kelas eksperimental dan siswa kelas IV SD N 2 Melaya berada di kelas kontrol dengan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 58 orang. Setelah penerapan metode, post-test diberikan kepada masing-masing grup. Data kemudian dianalisis dengan deskriptif dan inferensial statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Nilai rata-rata kelompok eksperimen adalah 72.08, sedangkan kelompok kontrol mendapat 61.16. Selain itu, uji t skor post-test kedua kelompok menunjukkan nilai thitung 5.505 dengan nilai ttabel 2.003. Ini membuktikan bahwa bahwa lagu kreasi memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan Bahasa Inggris siswa.Kata Kunci : Kompetensi Bahasa Inggris, lagu kreasi Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan lagu kreasi terhadap kemampuan Bahasa Inggris siswa kelas IV di Sekolah Dasar. Adapun populasi dalam penelitian yang menggunakan rancangan posttest only control group ini adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar di Gugus Semeru, Kecamatan Melaya. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Berdasarkan teknik tersebut, kelas IV SD N 4 Melaya berada di kelas eksperimental dan siswa kelas IV SD N 2 Melaya berada di kelas kontrol dengan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 58 orang. Setelah penerapan metode, posttest diberikan kepada masing-masing grup. Data kemudian dianalisis dengan deskriptif dan inferensial statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimental lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Nilai rata-rata kelompok eksperimental adalah 72.08, sedangkan kelompok kontrol mendapat 61.16. Selain itu, uji t skor posttest kedua kelompok menunjukkan nilai thitung 4.505 dengan nilai ttabel 2.003. Ini membuktikan bahwa bahwa lagu kreasi memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan Bahasa Inggris siswa.keyword : English competence, scripted songs
Co-Authors ., Anak Agung Inten Sakanti ., Anak Agung Inten Sakanti ., Anak Agung Istri Yurika Kanya Paramita D ., Anak Agung Istri Yurika Kanya Paramita D ., Desak Made Mira Diahningsih ., Desak Made Mira Diahningsih ., DIAH CYNTHIA PUTRI ., Gede Agus Lesmana Putra ., Gede Agus Lesmana Putra ., Gede Ari Suyasna Putra ., Gede Ari Suyasna Putra ., Gede Dharma Arya Wicaksana ., Gede Dharma Arya Wicaksana ., I DEWA MADE BAGUS KASUMAJAYA ., I G A N Alitia k ., I G A N Alitia k ., I GEDE ARIS PRATAMA PUTRA ., I Gede Shasy Bagus ., I Gede Shasy Bagus ., I Gede Soni Restiadi ., I Gede Soni Restiadi ., I Gede Wahyu W.p ., I Gede Wahyu W.p ., I GUSTI AYU AGUNG MIRAH MEYLIANA ., I Gusti Bagus Widi Darmadi ., I Gusti Bagus Widi Darmadi ., I Kadek Gunarsa ., I Kadek Gunarsa ., I Kadek Sudarma ., I Ketut Satria Adiguna ., I Ketut Seken ., I Komang Bramawan ., I Komang Bramawan ., I Made Dedi Kurniawan ., I Nym Dedy Rahland Krisna Hari ., I Nyoman Surya Manggala ., I Putu Adhi Wirayasa ., I PUTU AGUS ENDRA SUSANTA ., I Putu Hendra Adi Sutika ., I Putu Hendra Adi Sutika ., I Putu Rika Adi Putra ., I Putu Rika Adi Putra ., I Putu Suamba Wijaya ., I Wayan Bagastana ., Iga Putu Ardaba Kory ., Iga Putu Ardaba Kory ., Intania Harismayanti ., Intania Harismayanti ., Kadek Puspa Ariantini ., Kadek Puspa Ariantini ., Kadek Toni Sumartawan ., Kadek Vera Mia Asitari ., Kadek Vera Mia Asitari ., Km Triyunita Yani ., Km Triyunita Yani ., Komang Evayanti ., Komang Evayanti ., Komang Tia Dwi Pradipta ., KOMANG TRY WAHYUNI DEWI ., LUH GEDE TRISNAWATI ., Luh Putu Dewi Ariani ., Luh Putu Dewi Ariani ., Luh Widiyaswary ., Made Ady Pradana Wiyasa ., Made Intan Kusuma Dewi ., Made Intan Kusuma Dewi ., Made Wikrama ., Made Wikrama ., MADE WINNY PARAMITHA ., Md Arini Purnamasari ., Md Arini Purnamasari ., Ngurah Putra Bayu Krisna ., Ngurah Putra Bayu Krisna ., Ni Kadek Meina Andriani ., Ni Kadek Meina Andriani ., Ni Kadek Sudiartini ., Ni Kadek Sudiartini ., NI LUH MIA ADNYANI ., Ni Luh Putu Wida a ., Ni Luh Putu Wida a ., Ni Made Eni Parwati ., Ni Made Sariningsih ., Ni Made Sariningsih ., NI MADE SRI ARTINI ., Ni Nym. Ayu Padmitri ., Ni Putu Anggie Orchidiani ., Ni Putu Anggie Orchidiani ., Ni Putu Sri Erawati ., Ni Putu Sri Erawati ., Ni Putu Sri Merta Utami ., Ni Putu Sri Merta Utami ., Ni Putu Stefi Anjani Darmarini ., Ni Putu Stefi Anjani Darmarini ., Ni Putu Wahyuni Sri Rahayu Cahyani ., Ni Putu Wahyuni Sri Rahayu Cahyani ., Nyoman Erlina ., Nyoman Erlina ., Pande Nyoman Ita Wulandari ., Pande Nyoman Ita Wulandari ., PROF. DR. I NYM. ADI JAYA PUTRA, M.A. ., Putu Eka Dambayana S., S.Pd., M.Pd. ., Putu Eka Dambayana S., S.Pd., M.Pd. ., Putu Eka Jaya Famugi ., Putu Eka Jaya Famugi ., Putu Mas Juliatmadi ., Putu Mas Juliatmadi ., Putu Pipin Septiari ., Putu Rika Pramayani ., Putu Rika Pramayani ., Putu Sri Ayu Padmi ., Putu Sutarma ., Putu Sutarma ., RISMA DIYAN SAPUTRI ., Servasius. Tawurutubun ., Servasius. Tawurutubun A.A. Putu Putra Adnyani, Ni Luh Putu Sri Adnyayanti, Ni Luh Putu Era Agus Yogi Pranata ., Agus Yogi Pranata Anak Agung Istri Mas Diah Utari Dewi Andi Nursyafeizah Anita Sofia Veronia Ariantari, Pande Kadek Dea Aridana, I Komang Japar Aron Meko Mbete Aron Meko Mbete Aryasuari, Putu Tanniya Pradnyan Batan, I Gede Bhuwana, I Putu Abdi Budiantari Putu Yuli Cantika, Kadek Meisani Dinda Dewa Ayu Eka Agustini Dewa Komang Tantra Dewa Putu Ramendra Dewi, Feby Febriyanti Dewi, Ni Putu Desy Krisna Dharmasanti, Ni Made Utari Drs. Asril Marjohan,MA . Drs.Gede Batan,MA . Eka Grana Aristyana Dewi Fitriani Lestari G.A.P. Suprianti GD Hoki Artha Tama Wijaya Gede Bagus Kresnantara Gede Mahendrayana Gusanto, Athanasia Gusti Ayu Putu Linda Riani Gusti Made, Jyotika Gusti Ngurah Rai Dwijantara . Hayuni, Nyoman Tri I Dewa Gede Budi Utama I Gede Bagus Wisnu Bayu Temaja I Gede Batan I Gede Erlan Cahaya Unggawan . I Gede Febry Wira Pratama I Gede Putu Adhitya Prayoga . I Gede Sumerjaya ., I Gede Sumerjaya I Gusti Bagus Wiksuana I Gusti Putu Satria Wibawa I Ketut Mantra I Ketut Mantra . I Ketut Trika Adi Ana I Ketut Trika Adi Ana I Komang Japar Aridana I Made Adi Widarta Kusuma I Made Pasek Suwarbawa ., I Made Pasek Suwarbawa I Nyoman Adi Jaya Putra I NYOMAN SUPARWA I Putu Anjas Widya k ., I Putu Anjas Widya k I PUTU BAYOE MAHA PUTRA . I Putu Edi Sutrisna . I Putu Gede Satriya Wibawa I Putu Indra Kusuma I PUTU MARIANA . I Putu Ngurah Wage Myartawan I PUTU SUYOGA DHARMA . I PUTU YOGA LAKSANA . I Putu Yoga Purandina I Wayan Adi Wiweka . I Wayan Agus Anggayana I Wayan Eri Kurnia ., I Wayan Eri Kurnia I WAYAN PUTRAWAN . I Wayan Sandiyasa . I Wayan Suarnajaya I Wayan Swandana I Wayan Wikajaya ., I Wayan Wikajaya I Wayan Wira Praditya I Wayan Wiranata . Ida Ayu Iran Adhiti IDA AYU MADE ISTRI UTAMI . IGA Pt Novita Sari Paragae Kadek Adyatna Wedananta Kadek Dwi Candra Oktariana Kadek Dwi Maharani ., Kadek Dwi Maharani Kadek Sari Wahyuni ., Kadek Sari Wahyuni Kadek Sintya Dewi Kadek Sonia Piscayanti Kadek Suardika Kd Astri Nirwitta Wijayanti Ketut Ayu Swati Pramitha Yuliandari Ketut Puspa Dewi Ketut Sintya Dewi KOMANG MELIAWATI . Luh Diah Surya Adnyani Luh Eka Susanti Luh Parmawati Luh Putu Artini Luh Siantari M.A. ., PROF. DR. I KETUT SEKEN, M.A. Made Arniati ., Made Arniati Made Hery Santosa Made Jane Purnama ., Made Jane Purnama Made Sri Satyawati MADE SUCI SUANDARI . Made Wahyu Mahendra . Mahayoni, Ni Putu Sukma Mahendrayana, I Gede Manik Puspita, Ni Nyoman Mantra, I Ketut Maria Yuliana Geofany Mella Resita Widhiastari Nafiis, Nahla Annisa Ainun Natih, Made Sarasvati Wirapuspa Ngurah Agung Riski Restuaji ., Ngurah Agung Riski Restuaji Ni Kadek Ita Tristiani Ni Kadek Suartini . Ni Komang Arie Suwastini Ni Luh Aristyawati Ni Luh Putu Era Adnyayanti Ni Made Ayu Sulatri Okta Pratiwi Ni Made Ayuni Wulandari ., Ni Made Ayuni Wulandari Ni Made Dhanawaty Ni Made Rai Wisudariani Ni Made Ratmingsih Ni Made Ratminingsih Ni Made Suniyasih NI MADE YUNIARI . Ni Nyoman Manik Puspita Ni Nyoman Padmadewi Ni Putu Astiti Pratiwi Ni Putu Deanitha Rizki Awalia . Ni Putu Desi Wulandari Ni Putu Dianita Safitri Ni Putu Puriasih Ni Putu Sintia Dewi Kusuma Wardani Ni Wayan Monik Rismadewi Nyoman Karina Wedanthi Nyoman Karina Wedhanti Okta Pratiwi, Ni Made Ayu Sulatri Pande Agus Putu Dharma Putra Panensia, Feraliensis Mangifera Paragae, IGA Pt Novita Sari Paramarta, I Made Suta Petrus I Wayan Brahmadyantara . Pradnyani, Pande Eka Putri Prayoga, Gusti Km Arysuta Pridayani, Kadek Prof. Dr. A. A. I. Ngurah Marhaeni,MA . Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi,MA . Prof. Dr.I Ketut Seken,MA . Putu Adi Krisna Juniarta Putu Ayu Kinanti Praditha Putu Bagus Mahardika . Putu Diandra Dama Suri Putu Dinia Suryandani Putu Edi Kusuma ., Putu Edi Kusuma Putu Eka Dambayana Putu Eka Dambayana Putu Eka Dambayana S Putu Eka Dambayana Suputra Putu Hendra Kusuma . Putu Kerti Nitiasih Putu Kerti Nitiasih Putu Niken Praweda Yanti Putu Pande Novita Sari Putu Reynald Ridana Pratama PUTU TIKA VIRGINIYA ., PUTU TIKA VIRGINIYA Putu Wulandari Tristananda . Rahayu, Made Sri Ratmingsih, Ni Made S.Pd. I Putu Ngurah Wage M . Salsabila, Unik Hanifah Sang Ayu Made Diah Utami Putri Sang Ayu Putu Sriasih Sari, Nyoman Arina Putri Seken I Ketut Seniasih, Ni Kadek Mira Sri Pithamahayoni . Suardika, Kadek Sugiantari, Putu Ayu Dinda Suka, Eva Suniyasih, Ni Made Sutrini, Ayu Nyoman UNDIKSHA . Utamayana, I Wayan Yoga Utari Dewi, Anak Agung Istri Mas Diah Wawan Marhanjono Mustamar Wicaksana, GDA Widarta Kusuma, I Made Adi Widya Suputra I Gede Wiguna, Ida Bagus Andika Wikajaya, I Wayan Wulandari, Putu Ratih Yogiantari, Ni Putu Egik Yuliantari, I Gusti Ayu Winda