Articles
Vertical and horizontal room cosmology in traditional house (sa’o) Adat Saga Village, Ende Regency, Flores
Zulkifli H. Achmad;
Antariksa;
Agung Murti Nugroho
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur Vol 1 No 2 (2017): ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur | Januari 2017 ~ Juni 2017
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (752.204 KB)
|
DOI: 10.30822/arteks.v1i2.36
Cosmology is the science related to kemestaan (cosmos) in a concept of the relationship between the human world (micro-cosmos) and of the universe. Space in traditional house Saga has values and khasan interesting architecturally is examined. The influence of Ngga'e on the Du'a belief and traditional home space Saga interesting architecturally is identified. This study uses qualitative methods with an ethnographic approach that is description. The findings of this study is about the cosmology of the space on a traditional home. Cosmological view of space in traditional house Saga is distinguished into three parts namely is lewu, gara as one and mention the position of the human body parts. Cosmological view of space in traditional Indigenous Villages (Sa'o) Saga depicted horizontally with the mother lay. Nature of traditional house Saga is the core of fertility and birth. Being a mother is clearly visible on a carved door (pene ria) enter Sa'o believe carving the breasts of a woman who symbolizes the human life and a transverse under IE peneria koba leke symbolizing the human development. The position of the head of the mother at the lulu (the dugout), second legs on his back is to the fore in the tent (dugout or accepting guests), second hand mereba is at the right and left dhembi space, the womb or humanitarian space are at puse ndawa.
Spatial development of Bajo tribal residence in Wuring Village Maumere City
Ambrosius A. K. S. Gobang;
Antariksa;
Agung Murti Nugroho
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur Vol 2 No 1 (2017): ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur | Juli 2017 ~ Desember 2017
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1075.268 KB)
|
DOI: 10.30822/arteks.v2i1.37
The spatial condition of the Bajo Tribe at Wuring village in Maumere Town is seen in the characteristics to residential community as early village of Muslim civilization and became the center of spreading out Islam in Sikka Regency. The historical background is as a review in exploring the formation’s community dwelling and geographical, social, cultural and economic aspects of the local community. This approach in research using phenomenology method with qualitative descriptive and naturalistic analysis that is describing and interpreting cultural record of Bajo Tribe in the form of description of history, map document, or artefact which in the form of physical resident of Bajo tribe society. The purpose of this study is to examine the spatial development that is formed in the form of spatial system to residential and the aspects underlying the spatial establishment of Bajo Tribe in Wuring village area as an effort to understand the initial condition until the formation of the present kampung hamlet. The result of this research gives general ilustration about occupancy spatial system including space organization, space orientation and space of hierarchy in micro scope of residence in the form of ma'bunda-ma'buli concept. On the other hand, it is also on environmental messo like form of spatial development shelter in the form of grow stage and diaruma stage because of the non-physical aspect underlined spatial formulation of dwellings to the area of Wuring village.
Application of Indoor Landscape with Iresineherbstiihook and Brassicajunceaplants on Tropical House Thermal Environment Performance as Passive Cooling Strategy
Agung Murti Nugroho
ICETIA Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : ICETIA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (418.9 KB)
Living organisms, in this case the plant used as a tool to solve the problem of the microclimate in buildings.This paper aims to investigate the thermal effects to provide reference for plant selection in indoor landscape. Temperature and relative humidity reduction experiments are carried out on two types of plants (iresineherbstiihook and brassicajuncea) in Malang, Indonesia. The methodology was developed and applied using field measurement on indoor and outdoor. In increasing thermal environment, its impact, higher levels of vertical garden gap (distance from house facade) produced the indoor air temperature reduction. Further, several modifications were found to produce a potential building cooling load reduction of up to 5°C by the use iresineherbstiihook (bayam merah). In fact, the optimum improvement of both outdoor and indoor environment was influenced by two major vertical garden factors, namely, larger vertical garden gap and type of vegetable plant. Thus, it is suggested that appropriate guidelines, influencing implementation of these improvements could be implemented in order to increase thermal environment in hot humid climate.
Pemanfaatan Ruang Punden Pada Tradisi Nyadranan Desa Klepek Kabupaten Kediri
Muhammad Andi Finaldi Nur Tantyo;
Lisa Dwi Wulandari;
Agung Murti Nugroho
RUAS Vol 20, No 1 (2022)
Publisher : RUAS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21776/ub.ruas.2022.020.01.4
Local wisdom of Klepek village involves a sacred space called punden. The implementation of the tradition with punden as a sacred space is an embodiment of the inner responsibility and gratitude of the community to the ancestors who built the village. Traditional activities involving punden consist of the nyadranan tradition, barikan, preparation for celebrations and thanksgiving after harvest. The focus of this research is on the nyadranan tradition. This study uses a qualitative method. Data from the object of observation was studied descriptively. The belief of the people of Klepek Village who believe punden as a sacred place results in the use of space. With the use of space for sacred activities, it can also be seen the factors that form it, namely: activity, purpose, time and actors involved. The interaction of these factors with the space used shows the meaning of space.
PENGARUH FAKTOR KEBUTUHAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA RUANG RUMAH INDUSTRI KUE PIA WARUREJO PASURUAN
Benny Karunia Wardana;
Lisa Dwi Wulandari;
Agung Murti Nugroho
Pawon: Jurnal Arsitektur Vol 3 No 02 (2019): PAWON : Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (587.971 KB)
|
DOI: 10.36040/pawon.v3i02.885
Era globalisasi yang semakin berkembang pesat, tingkat pertumbuhan dalam perekonomian yang terus meningkat tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang didapat. Penduduk menengah kebawah akan kesulitan dalam mencari pekerjaan. Untuk itu para penduduk menengah ke bawah membangun sebuah industri di dalam rumahnya untuk menyambung kehidupan. Rumah industri merupakan sebuah rumah yang berbeda dari rumah pada umumnya karena pada rumah industri memiliki dua fungsi yakni sebagai tempat tinggal dan sebagai area industri. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan adalah teori milik Hermanto, 2008 terkait ruang yang terfokus pada aspek bentuk ruang dan ukuran ruang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fenomenologi. Tahapannya adalah menganalisis bentuk ruang (perubahan ruang dan fungsi ruang)dan ukuran ruang dengan menggunakan analisis deskriptif (antar studi terpilih) dan analisis komparatif (kajian jurnal terdahulu). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dinamika ruang yang terjadi pada rumah industri yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Hasilnya adalah ada 3 jenis faktor ekonomi yang ada disana yakni, faktor ekonomi biasa, faktor ekonomi menengah dan faktor ekonomi tinggi. Faktor ekonomi biasa mempengaruhi sedikit ruang, faktor ekonomi menengah mempengaruhi sebagian beberapa ruang (setengah) dalam rumah sedangkan faktor ekonomi yang tinggi mempengaruhi semua pola ruang di dalam rumah.
PROSES PERUBAHAN RUANG SOSIOANTROPOLOGI ARSITEKTUR DI KAWASAN PONDOK PESANTREN BUNGKUK SINGOSARI
Mohammad Amarullah;
Agung Murti Nugroho;
Jenny Ernawati
Pawon: Jurnal Arsitektur Vol 2 No 01 (2018): PAWON : Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.36040/pawon.v2i01.2641
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis proses perubahan ruang sosioantropologi arsitektur dikawasan Pondok Pesantren Bungkuk Singosari Malang. Metode yang digunakan yaitu kualitatif analisis deskriptif berdasarkan 12 alur proses perubahan ruang dengan strategi pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perubahan ruang sosioantropologi arsitektur di Kawasan Pondok Pesantren Bungkuk dipengaruhi oleh tradisi keislaman NU yang mampu membentuk karakter masyarakat yang sarat dengan kearifan lokal dalam hubungan sosial dengan lingkungannya.
Pengaruh Desain Pasif Terhadap Kinerja Lingkungan Termal Pada Arsitektur Vernakular Gorontalo. Studi Kasus: Rumah Budel
Nadya Farahmeita Taufiq;
Agung Murti Nugroho
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 10, No 2 (2022)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Kota Gorontalo dengan iklim yang relatif panas memiliki arsitektur vernakular yang disebut Rumah Budel. Arsitektur vernakular dipercaya mampu memberikan kenyamanan termal bagi penghuninya karena mengadaptasi kondisi iklim setempat. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami pengaruh elemen desain pasif bangunan terhadap lingkungan termal pada Rumah Budel dengan metode analisis visual, pengukuran lapangan, dan komparasi hasil. Hasil dari kinerja lingkungan termal bangunan sudah baik dengan penurunan suhu udara di dalam bangunan yang bernilai positif, namun masih terdapat suhu yang melebihi batas nyaman. Elemen desain pasif yang sesuai terhadap kinerja lingkungan termal yakni: orientasi bangunan, teritisan yang lebar, peninggian lantai, material dinding dengan konduktivitas rendah dan berwarna cerah, serta bukaan yang memenuhi parameter. Sedangkan elemen yang kurang sesuai yaitu: atap dengan volume kecil, menggunakan material penutup atap dengan konduktivitas tinggi dan warna atap gelap, serta tata lingkungan yang tidak memiliki vegetasi peneduh.
Pengaruh Selubung Bangunan Terhadap Kinerja Lingkungan Termal pada Model Bangunan Vernakular Tengger Sukapura
Arrifku Hoirul Fazza;
Agung Murti Nugroho
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 10, No 2 (2022)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Wilayah dataran tinggi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang memiliki iklimtropis lembab dengan suhu udara yang relatif dingin sepanjang tahun merupakanmasalah utama dalam kinerja lingkungan termal pemukiman setempat. Perubahangaya arsitektur di setiap daerah mulai berkembang dari yang awalnya menggunakanmaterial kayu hingga saat ini banyak menggunakan material bata ringan. Merancangbangunan di iklim tropis lembap cendenrung dingin konsep orientasi bangunan,bukaan ventilasi alami, atap atau naungan terhadap matahari dan hujan, materialbangunan, serta pondasi yang ditinggikan menjadi pertimbangan. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kinerja lingkungan termal padamodel bangunan vernakular menggunakan evaluasi visual dan teknik pengukuranlapangan. Metode yang digunakan dalam evaluasi visual yaitu denganmendeskripsikan objek penelitian sehingga mendapat data yang aktual, sertamenggunakan metode kuantitatif untuk mengolah data hasil pengukuran lapangan.Hasil menunjukan bahwa mengoptimalkan desain pasif dengan hasil pengukuranlingkungan termal di lapangan berbanding lurus. Kata kunci: tropis lembab, dingin, bangunan vernakular, lingkungan termal
Pemanfaatan Ruang Punden Pada Tradisi Nyadranan Desa Klepek Kabupaten Kediri
Muhammad Andi Finaldi Nur Tantyo;
Lisa Dwi Wulandari;
Agung Murti Nugroho
RUAS Vol. 20 No. 1 (2022)
Publisher : Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21776/ub.ruas.2022.020.01.4
Local wisdom of Klepek village involves a sacred space called punden. The implementation of the tradition with punden as a sacred space is an embodiment of the inner responsibility and gratitude of the community to the ancestors who built the village. Traditional activities involving punden consist of the nyadranan tradition, barikan, preparation for celebrations and thanksgiving after harvest. The focus of this research is on the nyadranan tradition. This study uses a qualitative method. Data from the object of observation was studied descriptively. The belief of the people of Klepek Village who believe punden as a sacred place results in the use of space. With the use of space for sacred activities, it can also be seen the factors that form it, namely: activity, purpose, time and actors involved. The interaction of these factors with the space used shows the meaning of space.
Perancangan Hunian Vertikal Berkonsep Biofilik di Permukiman Kampung Kota DKI Jakarta
Shiddiq, Muhammad Rafi';
Nugroho, Agung Murti
Jurnal Mahasiswa Departemen Arsitektur Vol. 12 No. 2 (2024): Jurnal Mahasiswa Arsitektur
Publisher : Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Pertumbuhan penduduk adalah hal yang sering terjadi pada kota besar dengan perkembangan ekonomi yang besar, seperti yang terjadi di DKI Jakarta. Pertumbuhan yang cepat dapat menyebabkan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk ini akan mengakibatkan penurunan kualitas hidup serta kekurangan lahan hunian, terutama pada kaum marjinal yang berada didaerah kampung kota. Hal ini akan memperburuk kenyamanan dan kesehatan dari masyarakat yang tinggal di kota tersebut. Keterbatasan lahan tinggal dan lingkungan yang buruk tadi dapat dipecahkan dengan perancangan hunian vertikal yang dapat menyediakan keadaan lingkungan yang sehat serta alami. Tematik desain biofilik memiliki konsep yang dapat menyediakan keadaan lingkungan yang membuat pengguna bangunannya berada didalam keadaan rileks dan terhindar dari stress, sehingga sejalan dengan tujuan dibangunnya hunian vertikal. Perancangan hunian vertikal ini ditujukan untuk menghasilkan bangunan hunian berkonsep biofilik sebagai sarana tempat tinggal dan peningkatan kualitas hidup didaerah pemukiman kampung kota. Perancangan dilakukan dengan pendekatan pragmatisme berupa simulasi predictive modelling yang mempertimbangkan banyak aspek mikro dan makro untuk menentukan kriteria desain yang ada pada bangunan. Hasil dari desain tersebut berupa bangunan hunian vertikal berkonsep biofilik dengan fokus pada aspek penghawaan, pencahayaan, koneksi dengan alam serta penggunaan material alami.