Program pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di SMK Darul Muttaqien, Lombok Timur, dengan fokus pada edukasi kesetaraan gender dan pencegahan pernikahan usia anak. Permasalahan utama meliputi tingginya angka putus sekolah akibat pernikahan dini, rendahnya kesadaran orang tua, serta keterbatasan kapasitas guru dalam melakukan pencegahan. Metode pelaksanaan mencakup baseline survey untuk memetakan kondisi awal, penyusunan modul edukasi, pelatihan guru, workshop siswa, post-test untuk mengukur perubahan pengetahuan, pembentukan peer educator, hingga kampanye sekolah dengan slogan “Remaja Sehat, Pesantren Kuat”. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan rata-rata lebih dari 30% pada pengetahuan guru terkait isu gender, hak remaja, dan strategi komunikasi pencegahan. Sementara itu, pengetahuan siswa meningkat rata-rata sebesar 33%, terutama pada aspek keterampilan mengambil keputusan untuk menunda pernikahan dan merancang masa depan pendidikan. Pembentukan santri pelopor menjadi strategi keberlanjutan agar edukasi sebaya terus berjalan di lingkungan pesantren. Secara teoretis, program ini memperkuat bukti bahwa intervensi pendidikan berbasis komunitas yang mengintegrasikan perspektif gender, nilai keagamaan, dan pendekatan vokasional efektif meningkatkan kesadaran kritis remaja dan pendidik. Secara praktis, model ini mudah direplikasi di pesantren lain karena memadukan pelatihan, pendampingan, dan peer learning dalam satu rangkaian intervensi. Program ini menunjukkan potensi signifikan dalam menekan praktik pernikahan usia anak di Indonesia melalui pendekatan pendidikan yang kontekstual dan berkelanjutan. Gender Equality Education and the Prevention of Child Marriage in Islamic Boarding Schools Abstract This community service program was conducted at SMK Darul Muttaqien, East Lombok, focusing on gender equality education and the prevention of child marriage. The main challenges identified included a high school dropout rate due to early marriage, low parental awareness, and limited teacher capacity in prevention efforts. The implementation method included a baseline survey to map the initial conditions, development of an education module, teacher training, a student workshop, a post-test to measure knowledge change, formation of peer educators, and a school campaign with the slogan “Healthy Youth, Strong Pesantren (Islamic Boarding School).” The results showed an average increase of more than 30% in teachers’ knowledge regarding gender issues, adolescent rights, and prevention communication strategies. Meanwhile, students' knowledge increased by an average of 33%, particularly in the aspect of decision-making skills to postpone marriage and plan their educational future. The formation of santri pelopor (pioneer students) serves as a sustainability strategy to ensure peer education continues within the pesantren environment. Theoretically, this program reinforces the evidence that community-based educational interventions which integrate gender perspectives, religious values, and a vocational approach are effective in increasing the critical awareness of adolescents and educators. Practically, this model is easily replicable in other pesantren because it combines training, mentoring, and peer learning in one intervention series. The program demonstrates significant potential in curbing the practice of child marriage in Indonesia through a contextual and sustainable educational approach.