Claim Missing Document
Check
Articles

Perubahan Viabilitas Pollen dan Anatomi Stomata pada Dua Mutan Tomat, iaa9-3 dan iaa9-5, akibat Cekaman Suhu Tinggi Fitrianti Widya Lestari; Erni Suminar; Anne Nuraini; Hiroshi Ezura; Syariful Mubarok
Agrikultura Vol 31, No 1 (2020): April, 2020
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.823 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v31i1.25768

Abstract

Cekaman suhu tinggi (heat stress) merupakan salah satu cekaman abiotik utama yang membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat. Heat stress menyebabkan kegagalan perkembangan serbuk sari dan rendahnya viabilitas polen. Heat stress juga menyebabkan perubahan anatomi salah satunya stomata pada daun. Pada penelitian ini diuji dua tanaman tomat mutan iaa9-3 dan iaa9-5, serta WT-MT sebagai kontrol dengan dua kondisi suhu yang berbeda. Mutan iaa9-3 dan iaa9-5 merupakan tanaman tomat kultivar Micro-Tom yang mengalami mutasi genetik pada gen spesifik IAA9 yang berperan sebagai regulator respons auksin negatif. Tanaman diberi perlakuan suhu maskimum 30-35 oC dan 40-45 oC selama 3 jam setiap harinya. Hasil menunjukkan mutasi gen IAA9  pada mutan iaa9-3 dan iaa9-5 mampu meningkatkan jumlah polen viabel, polen semiviabel, serta menurunkan jumlah polen mati dibandingkan WT-MT baik pada suhu 30-35 oC maupun suhu 40-45 oC. Perbandingan jumlah polen viabel dan polen semiviabel pada mutan iaa9-3, mutan iaa9-5 dan WT-MT  pada suhu 40-45 oC lebih sedikit dibandingkan pada suhu 30-35 oC, sedangkan jumlah polen mati lebih banyak. Mutan iaa9-5 dan iaa9-3 memiliki jumlah stomata daun (abaxial) yang lebih banyak dibandingkan dengan WT-MT  baik pada suhu 30-35 oC maupun 40-45 oC. Jumlah stomata mutan iaa9-3 dan iaa9-5 serta WT-MT pada suhu 30-35 oC lebih banyak dibandingkan jumlah stomata mutan iaa9-3 dan iaa9-5 serta WT-MT pada suhu 40-45 oC. Cekaman suhu tinggi menyebabkan penurunan jumlah stomata.
Percepatan Penyediaan Benih Sumber Kedelai Unggul Secara In Vitro Erni Suminar; Sumadi Sumadi; Syariful Mubarok; Toto Sunarto; Nita Suswati Endah Rini
Agrikultura Vol 28, No 3 (2017): Desember, 2017
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.554 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v28i3.15744

Abstract

ABSTRACTIn vitro method to fasten availability high quality soybean seedsSoybean is an important crop as a source of food and its demand has increased every year. Several new varieties of soybean have been generated, but the number is still limited. Furthermore, the infestation of pests and infection of diseases have also limited the new soybean varieties production as it increase the risk of growth failure. Therefore, methods to fasten the availability of high quality of soybean seeds need to be developed. One of which can be done through in vitro culture method. The objective of this study was to obtain the best type and the best concentration of cytokinin for the growth of soybean explants in vitro. The experiment was conducted in Seed Technology and Tissue Technology Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. The experimental design used was Completely Randomized Design with 13 treatments and four replications. The basic media used were Murashige and Skoog (MS) + Vitamin B5 with addition of BAP (1.0 mg/l, 1.5 mg/l, and 2.0 mg/l), Kinetin (0.5 mg/l, 1.0 mg/l, and 1.5 mg/l), TDZ (0.01 mg/l, 0.1 mg/l, and 1.0 mg/l), and coconut water (10%, 15%, and 20%). The result showed that cytokinin types and concentrations gave different effect to soybean explant growth. The best treatment was demonstrated by BAP at the concentration of 1.5 mg/l as shown by the highest percentage of leaves and the number of shoots. However, it did not affect the percentage of buds produced by explant and the percentage of callus produced by explant.Keyword : BAP, Kinetin, TDZ, Coconut water, Soybean.AbstrakKedelai merupakan komoditas yang memegang peranan penting. Permintaan akan kedelai meningkat setiap tahunnya. Varietas kedelai baru yang bersifat unggul sudah banyak dihasilkan, namun jumlahnya masih terbatas. Tingginya serangan hama dan penyakit saat perbanyakkan benih di lapangan menyebabkan tingginya resiko kegagalan dalam pertumbuhan varietas baru tersebut. Sehingga perlu dilakukan percepatan penyediaan benih sumber varietas unggul di laboratorium secara in vitro. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jenis dan konsentrasi sitokinin yang terbaik untuk pertumbuhan eksplan kedelai in vitro. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan tiga belas perlakuan dan empat ulangan. Media dasar yang digunakan adalah Murashige dan Skoog (MS) + Vitamin B5 dengan penambahan BAP (1,0 mg/l; 1,5 mg/l; 2,0 mg/l), Kinetin (0,5 mg/l; 1,0 mg/l; 1,5 mg/l), TDZ (0,01 mg/l; 0,1 mg/l; 1,0 mg/l), dan air kelapa (10%; 15%; 20%). Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian jenis dan konsentrasi sitokinin memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan eksplan. Perlakuan terbaik diperoleh pada BAP dengankonsentrasi 1,5 mg/l yang ditunjukkan dengan tingginya persentase jumlah daun dan tunas yang terbentuk. Akan tetapi, penambahan sitokinin tersebut tidak memberikan pengaruh terhadap persentase eksplan dalam membentuk tunas dan persentase eksplan dalam membentuk kalus.Kata Kunci : BAP, Kinetin, TDZ, Air Kelapa, Kedelai
Induksi Kalus pada Eksplan Daun Muda Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) Klon Baru Kamajaya dengan Kombinasi Zat Pengatur Tumbuh 2,4-D dan Kinetin Secara In Vitro Agung Rahmadi; Noladhi Wicaksana; Bambang Nurhadi; Erni Suminar; Siti Rakhmah Tenrisui Pakki; Syariful Mubarok
Agrikultura Vol 31, No 3 (2020): Desember, 2020
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v31i3.29388

Abstract

Perbanyakan durian klon baru Kamajaya secara vegetatif dapat dilakukan dengan teknik kultur jaringan sebagai teknik modern untuk konservasi plasma nutfah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kombinasi 2,4-D dan Kinetin terhadap pembentukan kalus pada daun durian Kamajaya. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Sumedang. Percobaan dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dua faktor yang diamati dan metode analisis deskriptif. Faktor pertama zat pengatur tumbuh 2,4-D terdiri dari konsentrasi yang berbeda yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5 ppm. Faktor kedua terdiri dari 3 konsentrasi Kinetin yang berbeda yaitu 0,0, 0,5 dan 1 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 ppm 2,4-D,  3 ppm 2,4-D, 4 ppm 2,4-D, 2 ppm 2,4-D + 0,5 ppm kinetin menghasilkan eksplan daun muda durian melengkung dan tulang daun membengkak dan pada perlakuan 5 ppm 2,4-D, 2 ppm 2,4-D + 1 ppm kinetin,  5 ppm 2,4-D 5 ppm + 1  ppm kinetin menghasilkan eksplan daun muda durian menggulung dan membentuk kalus.
Kandungan Prolin, Klorofil, dan Hasil Tanaman Tomat Mutan IAA9 pada Kondisi Cekaman Suhu Tinggi Erni Suminar; Syariful Mubarok; Anne Nuraini; Hiroshi Ezura; Fitri Widya Fitriatin
Agrikultura Vol 31, No 3 (2020): Desember, 2020
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v31i3.30924

Abstract

Cekaman suhu tinggi dapat menyebabkan perubahan pada kandungan prolin, klorofil tanaman tomat sehingga mempengaruhi produksi buah tomat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kandungan klorofil dan prolin sebagai respon fisiologi tanaman tomat mutan iaa9-3 dan iaa9-5, serta WT-MT terhadap kondisi cekaman suhu tinggi yaitu berkisar  40-45oC. Perlakuan terdiri dari tiga genotipe tomat asal introduksi dan masing-masing terdiri dari  12 unit tanaman, sedangkan analisis data hasil pengamatan menggunakan analisis Student’s T-Test. Pada penelitian ini digunakan dua mutan tomat iaa9  yaitu mutan iaa9-3 dan iaa9-5 serta WT-MT sebagai kontrol yang diberi perlakuan kondisi cekaman suhu tinggi suhu berkisar 40-45 oC dimana rata-rata suhu maksimum 42,84 oC, sedangkan rata-rata suhu minimum yaitu 22.57 oC dan rata-rata kelembaban maksimum yaitu  82,84 % sedangkan rata-rata kelembaban minimum yaitu 61,57 %. Hasilnya menunjukkan bahwa pada mutan iaa9-5 memiliki kandungan prolin yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan WT-MT dan iaa9-3, sedangkan kandungan klorofil mutan iaa9-5 dan iaa9-3 lebih tinggi daripada WT-MT. Jumlah dan bobot buah pada mutan iaa9-5 lebih tinggi daripada mutan iaa9-3, sedangkan pada WT-MT mengalami kegagalan membentuk buah.
Pengaruh Pemberian Mutagen Sinar Gamma Pada Kultur Kalus Nenas In Vitro Erni Suminar; Agus Purwito; , Sobir
Zuriat Vol 20, No 2 (2009)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v20i2.6637

Abstract

Penelitian bertujuan untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman nenas (Ananas comosus (L.) Merr.) melalui iradiasi sinar gamma pada kalus setelah beberapa kali subkultur. Media induksi kalus menggunakan media dasar MS dengan penambahan 1 mg L-1 benzylaminopurine (BAP) dan 0.05 mg L-1 2,4- dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D), selanjutnya diregenerasikan dalam media MS yang mengandung 1.5 mg L-1 kinetin dan 0.5 mg L-1 NAA. Kalus diradiasi dengan sinar gamma pada dosis 0, 15, 25 and 35 Gy. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 40 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma mempengaruhi pertumbuhan dan regenerasi kalus. Dosis sinar gamma 15 Gy dapat mendorong terjadinya keragaman pada pertumbuhan dan penampilan fenotipik diantara regeneran.
Pengujian berbagai eksplan kentang (Solanum tuberosum L.) dengan penggunaan konsentrasi BAP dan NAA yang berbeda Fitri Widya Lestari; Erni Suminar; Syariful Mubarok
Jurnal Agro Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/1348

Abstract

Rendahnya produksi kentang di Indonesia disebabkan oleh ketersediaan benih kentang bermutu hasil dari metode konvensional yang kurang memadai. Metode kultur jaringan mampu menghasilkan bibit bermutu dan bebas virus, dalam jumlah banyak serta waktu yang singkat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi 6-benzylaminopurine (BAP) dan Naphthalene Acetic Acid (NAA) terbaik pada berbagai eksplan untuk pertumbuhan tunas meriklon kentang (Solanum tuberosum L.) Kultivar Atlantik secara in vitro. Percobaan dilaksanakan pada November 2016 sampai Februari 2017 di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan sebagai rancangan percobaan yang terdiri dari dua unit percobaan terpisah yaitu unit eksplan meristem interkalar dan meristem apikal, masing-masing delapan perlakuan dan empat ulangan. Media Murashige and Skoog (MS) digunakan sebagai media dasar dengan penambahan BAP (0,0 mg L-1; 1 mg L-1; 1,5 mg L-1; 2 mg L-1) dan NAA (0,0 mg L-1; 0,5 mg L-1). Hasil menunjukkan konsentrasi BAP 1 mg L-1 merupakan perlakuan yang paling baik dalam menghasilkan jumlah tunas, cabang, daun dan buku pada eksplan meristem interkalar. Pada eksplan meristem apikal, penambahan BAP dan NAA belum mampu meningkatkan pertumbuhan eksplan. Meristem interkalar yang diberi auksin dan sitokinin berpotensi menjadi bahan alternatif eksplan meriklon kentang selain meristem apikal. The production of potato in Indonesia is low due to the limited number of high quality potato seeds produced from the conventional methods. The tissue culture methods can be used to produce high quality and virus-free seeds in more reliable number in a short time. Randomized Completely Design (RCD) was used as the experimental design consisted of two separate trial units namely intercalary meristem and apical meristem explants units with eight treatments and four replications of each. Murashige and Skoog (MS) was used as the base media added with BAP i.e. 0.0 mg L-1; 1 mg L-1; 1.5 mg L-1; 2 mg L-1 and NAA 0.0 mg L-1 and 0.5 mg L-1. Results showed that concentration of BAP 1 mg L-1 generated the best results on the number of shoots, branches, leaves and nodes on meristem intercalary explant. Meanwhile on apical meristem explant, the addition of BAP and NAA had not yet improved the explant growth. Intercalary meristem added with auxin and cytokinin is potential as alternative of mericlone explants material of potato besides the apical meristem.
Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Meristem Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Kultivar Katumi Secara In Vitro Lamro Purba; Erni Suminar; Denny Sobardini; Wieny Rizky; Syariful Mubarok
Jurnal Agro Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/1344

Abstract

This study aimed for knowing and obtaining the best concentration of kinetin and NAA interaction effects in influencing the shoot induction, knowing how the plant growth regulators in induction mediastill affect the shoot additionin the MS0media and also knowing the largest number of roots in rooting media for shallot by in vitro. The experiment was conducted at Laboratory of Tissue Culture Seed Technology, Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, during January 2011 until May 2011. This experiment divided in 3 stages, namely shoot induction stage, shoot subculture to MS0 media stage and shoot subculture to rooting media stage. Experimental method used in the shoot induction stage was factorial Completely Randomized Design with three replications. The first factor was the kinetin with four levels,0, 1, 2, and 3 mg L-1. The second factor was the NAA with three levels, as 0, 0.01, and 0.1 mg L-1. Basic media used for each treatment was MS. The experiment result showed there was an interaction between kinetin and NAA on shoot induction stagewith the plantlet height, leaf number, and shoot addition. The best result for leaf number was gained from interaction with 2 mg L-1 kinetin without NAA,while the treatment of 2 mg L-1 kinetin with 0.01 mg L-1 NAA gave a better interaction for theshoot addition variable.
RESPONSE OF TURMERIC EXPLANT ON CYTOKININ AND AUXIN IN MURASHIGE AND SKOOG Mita Indriani; Erni Suminar; Noladhi Wicaksana; Denny Sobardini; Sulistyaningsih Sulistyaningsih; Anne Nuraini; Nursuhud Nursuhud; Syariful Mubarok
Jurnal Penelitian Saintek Vol 24, No 1: April 2019
Publisher : Institute of Research and Community Services, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.683 KB) | DOI: 10.21831/jps.v24i1.19784

Abstract

This study was aimed at determining the concentration of several types of cytokinins and auxin for the induction of turmeric shoots in vitro. The research was conducted at the Tissue Culture Seed Technology Laboratory, Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, Jatinangor. The study was conducted from October 2017 to February 2018. The source of planting material is in the form of shoots from the turmeric rhizome. The source of explants or planting material came from the field collected at the Tissue Culture Seed Technology Laboratory, Faculty of Agriculture, Padjadjaran University. Explants were taken from rhizome buds with a size of 0.6-2.0 cm. The experiment used a Completely Randomized Design which was analyzed using the Student’s T-test method. The number of experimental and control groups in this study were seven groups. Variation in treatment with different BAP, thidiazuron, zeatin, and NAA concentrations in each group. The results show that Thidiazuron 1 mgL-1 + NAA 1 mgL-1 gives better results on the percentage of live explants and number of shoots on turmeric plants (Curcuma domestica Val.) Clones 41 at the age of 14 weeks after planting.RESPONS EKSPLAN KUNYIT PADA SITOKININ DAN AUKSIN DALAM MEDIA MURASHIGE DAN SKOOGPenelitian ini bertujuan untuk mendapatkan salah satu konsentrasi dari beberapa jenis sitokinin dan auksin untuk induksi tunas kunyit secara in vitro. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai pada awal bulan Oktober 2017 sampai bulan Februari 2018. Sumber bahan tanam berupa tunas dari rimpang tanaman kunyit. Sumber eksplan atau bahan tanam berasal dari lapangan yang dikoleksi di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Eksplan diambil dari mata tunas rimpang dengan ukuran 0,6-2,0 cm. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang dianalisis menggunakan metode Student’s T-test. Jumlah kelompok eksperimen dan kontrol dalam penelitian ini adalah tujuh kelompok. Variasi perlakuan dengan penambahan konsentrasi BAP, thidiazuron, zeatin, dan NAA yang berbeda pada setiap kelompok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Thidiazuron 1 mgL-1 + NAA 1 mgL-1 memberikan hasil yang lebih baik pada persentase eksplan hidup dan jumlah tunas pada tanaman kunyit (Curcuma domestica Val.) klon 41 pada umur 14 MST (Minggu Setelah Tanam).
RESPONSE OF TURMERIC SHOOT EXPLANT AFTER CYTOKININ WITH IN VITRO Marhan Nurullia; Erni Suminar Suminar; Anne Nurani
Jurnal Penelitian Saintek Vol 24, No 2: Oktober 2019
Publisher : Institute of Research and Community Services, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.683 KB) | DOI: 10.21831/jps.v24i2.20475

Abstract

This study was aimed at determining the response of turmeric shoot explants after the provision of various types and concentrations of cytokinins in vitro. This experiment was conducted at the Tissue Culture Laboratory, Faculty of Agriculture, Padjadjaran University from January to April 2018. The data were analyzed using T-Test. The experimental method used in this research was Completely Randomized Design (CRD). Explant planting was carried out in Laminar Air Flow. The experiment consisted of 7 treatments consisting of 4 replications and each test consisted of 4 units. Observation of this experiment was carried out for 12 MST. The main observations were made on the data that were tested statistically namely the percentage of explant growing shoots, percentage of explant growing roots, shoot height, number of tuns, number of roots and root length. The treatments consisted of Control, 2.5 mg L-1 BAP, 5 mg L-1 BAP, 0.5 mg L-1 TDZ, 1 mg L-1 TDZ, 0.01 mg L-1 Zeatin and 0.1 mg L Zeatin -1. The results show that the treatment of 1 mg L-1 TDZ shows the best response to the growth of turmeric explants by increasing the number of turmeric shoot explants than the others.RESPONS EKSPLAN TUNAS KUNYIT SETELAH SITOKININ SECARA IN VITROTujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat respons eksplan tunas kunyit terhadap pemberian berbagai jenis dan konsentrasi sitokinin secara in vitro. Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran dari bulan Januari sampai April 2018. Hasil percobaan dianalisis dengan Sample T-Test. Metode percobaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penanaman eksplan dilakukan di dalam Laminar Air Flow. Percobaan terdiri dari 7 perlakuan sebanyak 4 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 4 unit. Pengamatan percobaan ini dilakukan selama 12 MST. Pengamatan utama dilakukan terhadap data-data yang diuji secara statistik yakni persentase eksplan tumbuh tunas, persentse eksplan tumbuh akar, tinggi tunas, jumlah tunas, jumlah akar dan panjang akar. Perlakuan terdiri dari Kontrol; 2,5 mg L-1 BAP; 5 mg L-1 BAP; 0,5 mg L-1 TDZ; 1 mg L-1 TDZ; 0,01 mg L-1 Zeatin; dan 0,1 mg L-1 Zeatin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan 1 mg L-1 TDZ menunjukkan respons yang lebih baik terhadap pertumbuhan eksplan kunyit dengan meningkatkan jumlah tunas eksplan tanaman kunyit daripada yang lainnya.
MULTIPLICATION EXAMINATION OF TURMERIC EXPLANTS USING AUXIN AND CYTOKININ TO MODIFIED MEDIA Nur Azizah Romadhoni; Erni Suminar; Anne Nuraini; Syariful Mubarok
Jurnal Penelitian Saintek Vol 24, No 1: April 2019
Publisher : Institute of Research and Community Services, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.683 KB) | DOI: 10.21831/jps.v24i1.19503

Abstract

This study was aimed at obtaining the type and concentration of cytokines as well as the optimal concentration of auxin for the multiplication of turmeric shoots in vitro. The trial was conducted in September 2017 until February 2018 at the Tissue Culture Seed Technology Laboratory of the Faculty of Agriculture, Padjadjaran University. The materials used in this study were Murashige and skoog modified multiplication medium, jelly, sterile distilled water, HgCl2, 70% alcohol, clorox, tween 80 and fungicide and bactericidal. Growth Regulating Substances (GRS) used are BAP, TDZ, Zeatin and NAA. The explant source used was derived from the shoot of turmeric clones from Bogor. The experimental design in this study was Completely Randomized Design (CRD) with seven treatments and four replications. The planting medium used was Murashige Skoog Modification (MS) with the addition of Benzyl Amino Purine (BAP) 9 mg L-1, Thidiazuron (TDZ) 1 mg L-1, Zeatin 0.1 mg L-1 and NAA (0.01 mg L-1, 1 mg L-1). The results show that the combination of BAP 9 mg L-1 and NAA 0.01 mg L-1 produced the highest shoot induction at 12 weeks after planting. Giving zeatin 0.1 mg L-1 and NAA 1 mg L-1 produces the highest shoot length at 12 weeks after planting.PENGUJIAN MULTIPLIKASI EKSPLAN KUNYIT DENGAN PENAMBAHAN AUKSIN DAN SITOKININ PADA MODIFIKASI MEDIAPenelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis dan konsentrasi sitokinin serta konsentrasi auksin yang optimal untuk multiplikasi tunas kunyit secara in vitro. Percobaan dilaksanakan pada bulan September 2017 sampai Februari 2018 di laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah murashige dan skoog modified multiplication medium, agar-agar, aquades steril, HgCl2, alkohol 70%, clorox, tween 80, fungisida, dan bakterisida. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang digunakan yaitu BAP, TDZ, Zeatin, dan NAA. Sumber eksplan yang digunakan yaitu berasal dari tunas kunyit klon asal Bogor. Rancangan percobaan pada penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tujuh perlakuan dan empat ulangan. Media tanam yang digunakan yaitu Murashige Skoog Modifikasi (MS) dengan penambahan Benzyl Amino Purine (BAP) 9 mg L-1, Thidiazuron (TDZ) 1 mg L-1, Zeatin 0,1 mg L-1, dan NAA (0,01 mg L-1, 1 mg L-1). Hasil percobaan menunjukkan bahwa kombinasi BAP 9 mg L-1 dan NAA 0,01 mg L-1 menghasilkan induksi tunas tertinggi pada 12 MST. Pemberian zeatin 0,1 mg L-1 dan NAA 1 mg L-1 menghasilkan panjang tunas tertinggi pada 12 MST.
Co-Authors A.A. Ketut Agung Cahyawan W Ade Ismail Ade Ismail Ade Ismail Ade Ismail Ade Setiawan Agung Rahmadi Agung Rahmadi Agus Purwito Alin Robiah Al Adawiyah Alvianto, Muhamad Amalia, Inneke ANNE NURAINI Anne Nurani ANNE NURBAITY Anni Yuniarti Arin Rosmala Ariyanto, Nur Budi Ayu Ratna Ningrum Ayuwardani, Novi Azizah, Annisa Nanda Nur Bambang Nurhadi Bella Dian Ratnasari. Bella Dian Ratnasari., Bella Dian Camelia Andriani Citra Bakti, Citra Denny Sobardini Denny Sobardini Denny Sobardini Denny Sobardini Sobarna Denny Sobardini Sobarna Denny Sobardini, Denny Dian Ardiansyah Dian Ardiansyah Dikdik Kurnia Dilla Nitra Gustiana Dinnur Afiifah Dinnur Afiifah, Dinnur Dirga Sapta Sara Dwi Hastuti Edi Pramono Ega Raisya Ega Raisya Elma, Tiara Elok Zubaidah Endah Yulia Erizon, Meisyela Salsabila Eva Aprilia Fadhillah, Maya Farida Damayanti Farida Farida Fauzia Khaerunnisa Millenia Fitri Widya Fitriatin Fitri Widya Lestari Fitrianti Widya Lestari G. G. Pitaloka G. G. Pitaloka, G. G. Ganjar Herdiansyah Gina Gustiani Pitaloka Gumilar, Roni H. Apriyanto H. Apriyanto, H. Hapizhah Hapizhah Hapizhah Hapizhah, Hapizhah Hiroshi Ezura Hiroshi Ezura Inneke Amalia Intan Ratna Dewi Anjarsari Iwan Setiawan Jajang Sauman Hamdani Kusumadewi, Vira Kusumiyati Lamro Purba Lindung Tri Puspasari Marhan Nurullia Maritha, Vevi Masako Akutsu Meddy Rachmadi Meisyela Erizon Mia Munggarani Mira Ariyanti Mita Indriani Muhamad Alvianto Muhamad Kadapi Muhamad kadapi, Muhamad Muhammad Abdillah Hasan Qonit Muhardiono, Iman Murgayanti Murgayanti Mustika Arsri Na’im, Aidi Nita Suswati Endah Rini Noladhi Wicaksana Noor Istifadah Nur Azizah Romadhoni Nur Budi Ariyanto Nursuhud Nursuhud Pamungkas, Barolym Tri Pujawati Suryatmana Rahmad, Sukardi Sugeng Rahmat Budiarto Rahmawati, Vira Raisya, Ega Rani Andriani Budi Kusumo Reginawanti Hindersah Rezaldi, Firman Rifkarosita Putri Ginaris Rija Sudirja RIKA MELIANSYAH Roni Gumilar Rosniawati, Santi Rubaekah, Siti Sarah Rufaidah, Fathi S Sumadi Santi Rosniawaty Santika Sari SIska Rasiska, SIska Siti Julaeha, Siti Siti Rakhmah Tenrisui Pakki Siti Rakhmah Tenrisui Pakki Siti Sarah Rubaekah Sobir Sobir Sri Hartati Suci Azima, Nuzula Sudarjat Sudarjat Sudarjat Sulistyaningsih Sulistyaningsih Sulistyaningsih Sulistyaningsih Sumadi Sumadi Sumadi Sumadi SUMADI SUMADI Sumadi Sumadi Sumadi Sumadi SYARIFUL MUBAROK Tiara Elma Toto Sunarto Trisnawati, Desi Venny Revia Viola Vevi Maritha Vijaya Isnaniawardhani Wawan Sutari Wieny Heriliya Rizky Wieny Heriliya Rizky, Wieny Heriliya Wieny Marma Jaya Wieny Rizky Wiharti, Nabila Ragil Y. Sholihin Y. Sholihin, Y. Yayat Rochayat Suradinata Yenny, Ratna Fitry Yudianto, Tri Yudithia Maxiselly, Yudithia Yulianto, Fiky