Claim Missing Document
Check
Articles

Korelasi Nilai Central Venous Pressure (CVP) dengan Inferior Vena Cava Distensibillity Index (IVC-DI) pada Pasien ICU RSUP Dr. Sardjito Frisianto, Rinaldi Tri; Sudadi; Sari, Djayanti
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 3 No 1 (2015): Volume 3 Number 1 (2015)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v3i1.7226

Abstract

Latar belakang : Penilaian status volume intravaskular merupakan bagian yang penting dalam manajemen pasien kritis. Penilaian CVP sering dilakukan pada pasien kritis di ICU untuk menilai status cairan intravaskuler. CVP memerlukan tindakan invasif yang menimbulkan kemungkinan komplikasi dankebutuhan waktu yang relatif lebih lama. Pemeriksaan variasi diameter IVC dengan USG dapat digunakan untuk menilai status cairan intravaskuler dan tidak bersifat invasif. Nilai CVP dan variasi diameter IVC dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sama.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi nilai CVP dengan IVC distensibillity index (IVCDI) pada pasien yang dirawat di Instalasi Rawat Intensif RSUP Dr.Sardjito.Metode : Rancangan penelitian adalah potong lintang (cross sectional). Jumlah sampel pasien 22 pasien. Kriteria inklusi pada penelitian ini: pasien ICU RSUP Dr.Sardjito, berusia ≥ 18 tahun, terpasang central venous catheter (CVC) atas indikasi medis sesuai standar pelayanan medis RSUP Sardjito dengan tempat puncture vena subclavia atau vena jugularis interna. Kriteria eksklusi penelitian ini: pasien dengan hematotoraks,pneumotoraks, hematomediastinum, pneumomediastinum, paska laparotomi eksplorasi, dengan trauma abdomen dan tumor intraabdomen. Setiap sampel dilakukan pengukuran CVP dan IVC-DI kemudian dilakukan analisis korelasi Pearson atau Spearman. Analisis data menggunakan program SPSS 19.0.Hasil : Nilai CVP dan nilai IVC-DI memiliki korelasi yang kuat, dengan arah korelasi negatif, dan hasilnya signifikan secara statistik (r=-0,768, p < 0,05). Pada sampel pasien dengan ventilator, hasil analisis menunjukkan koefi sien korelasi (r) -0,820 (p < 0,05) dengan kekuatan korelasi sangat kuat. Hasil analisiskorelasi pada pasien respirasi spontan menunjukkan korelasi negatif yang kuat namun tidak signifikan secara statistik (r = -0,750, p > 0,05).Kesimpulan : Nilai CVP dan nilai IVC-DI pada pasien di ICU memiliki korelasi kuat dengan arah korelasi negatif.
Perbandingan Pemberian Mannitol 20 % Dosis 0.5g/Kgbb dengan Natrium Laktat Hipertonik Dosis 1.5 Ml/Kgbb terhadap Efek Relaksasi Otak pada Pasien Cedera Otak Traumatik yang Dilakukan Kraniotomi Hisam, Muhammad Yusuf; Sudadi; Rahardjo, Sri
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 3 No 1 (2015): Volume 3 Number 1 (2015)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v3i1.7228

Abstract

Latar Belakang : Tindakan perioperatif pada cedera otak traumatik yang dilakukan operasi kraniotomi bertujuan mengendalikan tekanan intrakranial yang terlihat dengan relaksasi otak, menjaga hemodinamik pre, durante dan post operasi. Salah satu cara mengendalikan tekanan intrakranial ialah dengan pemakaian agen yang mampu menaarik air yaitu Na laktat hipertonik atau mannitol. Tujuan penelitian ini ialah membandingkan tingkat relaksasi otak pada pasien cedera otak traumatik yang dilakukan operasi kraniotomi yang diberikan cairan Mannitol 20 % dengan dosis 0,5 gr/kgBB dibanding dengan cairan Na laktat hipertonik dosis 1,5 ml/Kg BB preoperasi.Metode : Desain penelitian ini ialah uji klinis acak terkontrol desain parallel dengan RCT. Subyek penelitian ialah subyek dengan COT yang dilakukan kraniotomi RSUP dr. Sardjito yang telah memenuhi kriteria inklusi dan telah memberikan informed consent. Subyek tersebut diperlakukan sesuai dengan prosedur penelitian dengan dibagi dua kelompok yaitu kelompok 1 ialah kelompok diberikan larutan Na laktat hipertonik dosis 1.5 ml/kgBB, dan kelompok 2 mendapatkan larutan mannitol 20% 0.5g/kgBB. Kriteria Inklusi ialah pasien dengan COT, ASA 1,2,3 E, usia 1-65 tahun, pasien tidak dalam kondisi syok. Kriteria ekslusi: subyek dengan on going bleeding, multiple trauma, hiponatremi <130, hipernatremi >150, hipovolemi berat, gagal ginjal, hipertensi tidak terkontrol, DM, dan GDS >180 mg/dlHasil: Dinilai dengan brain relaxation score penggunaan Na laktat hipertonik dengan dosis 1.5 ml/kgBB yang diberikan preoperasi mempunyai efektifi tas yang lebih baik untuk merelaksasi otak pada pasien dengan cedera otak traumatik yang dilakukan operasi kraniotomi dibanding dengan larutan mannitol 20% dengan dosis 0.5g/kgBB, p=0.000. Luaran sekunder yaitu tekanan arteri rata-rata, laju jantung yang diukur pada menit 15,30,60 menit mempunyai luaran yang berbeda dan signifi kan secara statistik p<0.05, walaupun secara klinis tidak mempunyai perbedaan yang bermakna (range 20%). Untuk Laju jantung pada menit 60 tidak terdapat perbedaan signifi kan p=0.125. dan efek diuresis yang dihasilkan mempunyai perbedaan yang signifi kan setelah diukur selama 60 menit p=0.0001 dengan hasil efek diuresis pada kelompok mannitol lebih banyak.Kesimpulan: Na laktat hipertonik dengan dosis 1.5 ml/kgBB mempunyai efek lebih merelaksasi otak dibanding dengan mannitol 20% dosis 0.5g/kgbBB pada pasien COT yang dilakukan kraniotomi
Perbandingan Efikasi Analgesi antara Penambahan Klonidin Konsentrasi Akhir 1,875 mcg/ml dengan Penambahan Fentanil Konsentrasi Akhir 1,25 mcg/ml pada Bupivakain 0,125% Isobarik untuk Analgesi Epidural Infus Kontinu Pascaoperasi Laparotomi Ginekologi Onkol Nur, Rifdhani Fakhrudin; Artika, I Gusti Ngurah Rai; Sudadi
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 3 No 2 (2016): Volume 3 Number 2 (2016)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v3i2.7236

Abstract

Latar belakang : Belum pernah dilakukan penelitian tentang perbandingan efi kasi analgesi penambahan klonidin dibandingkan fentanil pada obat anestesi lokal untuk analgesi epidural infus kontinu pada pasien pascaoperasi laparotomi ginekologi onkologi.Tujuan : Penelitian ini bertujuan membandingkan efi kasi analgesi antara penambahan klonidin dengan fentanil pada bupivakain 0,125% isobarik untuk analgesi epidural infus kontinu pascaoperasi laparotomi ginekologi onkologiMetode : Penelitian single blind randomized controlled trial ini melibatkan 60 pasien yang menjalani operasi laparotomi ginekologi onkologi dengan anestesi epidural dan analgesi epidural infus kontinu. Sampel dibagi melalui randomisasi menjadi 2 kelompok BF dan BK, masing-masing 30 pasien. Injeksi analgesi epidural pada kelompok BF adalah injeksi bolus 10 ml bupivakain 0,125%+fentanil 50 mcg dilanjutkan infus epidural kontinu bupivakain 0,125%+fentanil 1,25 mcg/ml. Kelompok BK mendapatkan injeksi bolus 10 ml bupivakain 0,125%+klonidin 75 mcg, dilanjutkan infus epidural kontinu bupivakain 0,125%+klonidin1 mcg/ml.Hasil : Nilai VAS saat istirahat dan saat gerakan ringan lebih rendah secara bermakna pada kelompok BK dibandingkan kelompok BF pada menit ke-15, jam ke-6 dan jam ke-12 pascaoperasi dengan nilai p<0,05. Perbedaan nilai VAS saat istirahat dan saat gerakan ringan antara dua kelompok kurang dari 0,9 cm pada semua periode penilaian. Frekuensi tambahan fentanil sebagai rescue analgetik lebih banyak secara bermakna pada kelompok BF (26,7%) daripada kelompok BK (3,3%). Kejadian hipotensi, bradikardi mual muntah dan pruritus tidak berbeda diantara dua kelompok.Kesimpulan : Penambahan klonidin menghasilkan efikasi analgesi lebih baik secara statistik namun tidak menghasilkan efikasi analgesi lebih baik secara klinis daripada penambahan fentanil pada bupivakain 0,125% isobarik untuk analgesi epidural infus kontinu pascaoperasi laparotomi ginekologi onkologi.
Perbandingan Insidensi Batuk akibat Pemberian Fentanil 2 µG/ KGBB IV dengan Perlakuan Huffing Manoeuvre dan tanpa Perlakuan Fitri, Lillah; Uyun, Yusmein; Sudadi
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 3 No 3 (2016): Volume 3 Number 3 (2016)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v3i3.7258

Abstract

Latar Belakang: Pemberian fentanil intravena sebagai Preemptive Analgesia sering dan umum dilakukan untuk menumpulkan respon hemodinamik pada saat intubasi trakea. Tetapi fentanil dapat menyebabkan batuk dapat menggangu. Salah satu usaha pencegahan yang dilakukan adalah dengan cara memberikan perlakuan huffing manoeuvre. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek fentanil intravena 2 μg/kgbb dengan perlakuan manuver huffing dibandingkan dengan fentanil intravena 2 μg/kgbb tanpa perlakuan dalam mencegah batuk.Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain Uji klinis acak terkontrol yang mengikutsertakan 94 sampel ASA I-II, yang menjalani prosedur operasi bedah elektif dengan anestesi umum. Setelah dilakukan randomisasi, subyek penelitian dikelompokkan menjadi dua. Masing – masing kelompok mendapat fentanil 2 μg/kg. Kelompok 1 sampel mendapat perlakuan manuver huffing dan kelompok 2 sampel tidak dapat perlakuan. Insiden batuk dinilai dalam 120 detik setelah injeksi fentanil yang dibagi dalam menit pertama dan menit kedua. Derajat keparahan batuk dibagi atas batuk ringan (1-2), sedang (3-5), berat (> 5). Data hasil penelitian dianalisis dengan uji statistik yaitu uji t test dan uji chi kuadrat, di mana nilai p<0,05 dianggap bermakna.Hasil: Pemberian fentanil 2 ug/kgbb iv dengan huffing manoeuvre dapat mencegah batuk dibanding pemberian fentanil 2 ug/kgbb iv tanpa huffing manoeuvre. Secara statistik ada perbedaan bermakna (p <0,05) insiden batuk pada kedua kelompok. Kelompok dengan huffing manoeuvre dapat mencegah batuk dari insidensi batuk 4,3% menit pertama dan pada menit kedua 8,5%, sedangkan kelompok tanpa huffing manoeuvre yaitu insidensi batuk 19,2% menit pertama dan 12,8% pada menit kedua.Simpulan: Insidensi batuk pada pemberian fentanil 2µg/kgBB IV dengan perlakuan huffing manoeuvre lebih sedikit dibandingkan pemberian fentanil 2µg/kgBB IV tanpa perlakuan dengan beda tidak bermakna.
Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Laki-Laki dan Perempuan yang akan Menjalani Operasi Elektif Post Premedikasi dengan Alprazolam Saputra, Rory Denny; Sarosa, Pandit; Sudadi
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 8 No 3 (2021): Volume 8 Number 3 (2021)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v8i3.7259

Abstract

Latar Belakang: Pada saat ini tingkat kecemasan yang dialami pasien menjelang operasi masih cukup tinggi yaitu sekitar 60%. Kecemasan ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan pasien dan dapat menggangguprosedur pembedahan. Perbandingan tingkat kecemasan antara pasien perempuan dan laki-laki adalah 2:1, baik kecemasan akut maupun kronik. Alprazolam terbukti efektif untuk mengatasi kecemasan preoperatif dengan angka penurunannya mencapai 80%, serta efek samping dari penggunaannya tidak ditemukan. Belum ada bukti alprazolam menurunkan tingkat kecemasan yang sama antara laki-laki dan perempuan.Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui daya guna alprazolam dalam mencegah kecemasan pada pasien laki-laki dan perempuan yang akan menjalani operasi elektif.Metode Penelitian: Rancangan penelitian menggunakan uji klinis. Subyek penelitian sebanyak 106 pasien. Analisis data dilakukan untuk data nominal dan ordinal menggunakan uji statistik chi-square, sedangkan data interval dan rasio menggunakan independent t-tes. Nilai p<0,05 dinyatakan bermakna dengan tingkat kepercayaan 95%. Pengukuran yang dilakukan adalah skor tingkat kecemasan antara laki-laki dan perempuan yang diberikan premedikasi alprazolam.Hasil Penelitian: Skor rata-rata pasien laki-laki dibandingkan perempuan di ruang perawatan (45,75 ± 16,87 dibanding 52,48 ± 25,03), sedangkan di ruang persiapan (35,40 ± 18,07 dibanding 42,52 ± 22,13), secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna skor rata-rata tingkat kecemasan antara laki-laki dan perempuan baik di ruang persiapan (p > 0,05). Dari hasil ini dapat dibuktikan bahwa penggunaan alprazolam 0,5 mg dapat menurunkan tingkat kecemasan baik pada pasien laki-laki maupun perempuan, hal ini ditunjukkan dari hasil kategorisasi bahwa pasien yang tidak cemas saat pengukuran di ruang perawatan untuk lakilaki sebanyak 7 orang (13,5%) dan perempuan sebanyak 4 orang (7,4%), setelah dilakukan pengukuran di ruang persiapan pasien yang tidak cemas untuk laki-laki sebanyak 18 orang (34,6%), sedangkan perempuan sebanyak 17 orang (31,5%).Simpulan: Tingkat kecemasan pada pasien laki-laki dan perempuan yang akan menjalani operasi elektif post premedikasi dengan alprazolam tidak berbeda bermakna. Premedikasi alprazolam 0,5 mg terbukti dapat menurunkan tingkat kecemasan baik pada pasien laki-laki maupun perempuan yang akan menjalani operasi elektif.
Pengelolaan Pasien di Post Anestesi Care Unit (PACU) Sudadi; Sarosa, Pandit; Hamdany, Ferry
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 3 No 3 (2016): Volume 3 Number 3 (2016)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v3i3.7264

Abstract

Pengelolaan pasien pasca operasi dengan general maupun regional harus dilakukan dengan baik sampai pasien benar-benar layak dikembalikan ke bangsal. Nyeri, agitasi, menggigil, hipotermia, mual dan muntah merupakan masalah yang sering timbul di post anesthesia care unit. Komplikasi respirasi dan kardiovaskuler yang umum terjadi harus cepat dikenali dan manajemen yang tepat harus cepat dilakukan. Desain ruangan, sumber daya manusia, perlengkapan dan standar lainnya harus dipenuhi untuk mendapatkan sebuah post anesthesia care unit yang ideal.
General Anestesi Tonsilektomy pada Pediatri Tjokronolo, Yudistira; Widyastuti, Yunita; Sudadi
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 4 No 1 (2016): Volume 4 Number 1 (2016)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v4i1.7270

Abstract

Telah dilakukan General anestesi pada anak usia 6 tahun dengan diagnosis Tonsilitis kronis dan hipertropi adenoid dilakukan adenotonsilektomi.penilaian status fisik ASA 1 dengan berat badan 18 Kg. Durante operasi dilakukan intubasi orotracheal tanpa pelumpuh otot dan ekstubasi dengan sleep ekstubasi. Hemodinamik selama operasi HR 92 -102 x/menit. Saturasi 98 – 99%. Analgesia paska operasi dengan Paracetamol 300 mg.pasien kembali ke bangsal perawatan, setelah dilakukan observasi di recovery room selama 45 menit dengan aldrette score 10. Pasien tidak terjadi perdarahan paska operasi.
Nilai Diagnostik Eosinopenia pada Sepsis Di ICU RSUP Dr. Sardjito Sadiyanto, Dewang; Sudadi; Wisudarti, Calcarina Fitriani Retno
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 4 No 2 (2017): Volume 4 Number 2 (2017)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v4i2.7291

Abstract

Latar belakang : Infeksi akut dapat menyebabkan eosinopenia melalui beberapa mekanisme yaitu pengumpulan eosinofil di tempat inflamasi, penekanan produksi dan pelepasan eosinofil matang di sumsumtulang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah eosinopenia mempunyai nilai diagnostik yang dapat digunakan sebagai penanda kejadian sepsis di ICU RSUP dr. Sardjito.Metode : Penelitian dilakukan dengan metode case-control retrospektif. Pengambilan data dilakukan di Instalasi Catatan Medik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta selama 7 minggu (September – Oktober 2016). Subyek : 70 pasien sepsis dan non-sepsis yang menjalani rawat inap di ICU RSUP dr. Sardjito antara bulan Januari 2015 hingga Juni 2016.Hasil : Hubungan eosinopenia dengan sepsis diuji dengan fisher’s exact test dan didapatkan hasil p=0,493 (p>0,05). Digunakan uji fisher’s karena secara statistik didapatkan ada >20% dari kolom yang nilainya terisi <5 (dalam hal ini nilai nol pada pasien non-sepsis dengan non-eosinopenia).Kesimpulan : Eosinopenia tidak mempunyai nilai diagnostik dalam mendiagnosis sepsis karena kondisi eosinopenia tidak berhubungan dengan kondisi sepsis di ICU RSUP dr. Sardjito Yogyakarta.
Penatalaksanaan Guillain-Barre Syndrome di ICU Hidayat, Adi; Sudadi; Rahardjo, Sri
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 4 No 2 (2017): Volume 4 Number 2 (2017)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v4i2.7293

Abstract

Telah dilakukan perawatan terhadap pasien perempuan usia 43 tahun dengan Guillain-Barre Syndrome (GBS). Selama di ICU pasien mengalami distress respirasi sehingga dilakukan intubasi pada hari kedua. Pasien juga mengalami komplikasi pneumonia. Perawatan yang dilakukan berupa monitoring pernafasan, monitoring hemodinamik dan plasmapharesis. Terapi plasmapharesis dilakukan dua kali di ICU. Setelah hari ke enam, pasien dilakukan ekstubasi Selama perawatan di ICU kondisi pasien cenderung membaik dan kembali ke bangsal setelah perawatan hari ke sepuluh.
Neurophysiology Intraoperative Monitoring (Niom) pada Operasi Deformitiy Correction at Adolesent Scoliosis Herlambang, Panji; Sudadi; Rahardjo, Sri
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 5 No 2 (2018): Volume 5 Number 2 (2018)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v5i2.7330

Abstract

The use of neurophysiological intraoperative monitoring (NIOM) during spinal orthopaedic and neurosurgical procedures provides a challenge to the attending anaesthesiologist. Since all anaesthetic agents affect synaptic function, the choice of agent will be determined by the type of surgery and the NIOM modality employed. Had been performed surgery for scoliosis correction of spinal abnormalities in children aged 15 years with using of sensory and motoric NIOM. The surgery going under general anesthesia with the installation monitor invasive arterial line and central venous pressure during surgery for hemodynamic monitoring. Drugs used during anesthesia using balanced anesthesia technique with a combination of opioids, propofol and sevoflurane as inhalation. Muscle relaxants given intermittently for operator leisure and ventilation controls. Postoperative hospitalization in ICU with the aim of assessing the function of the respiratory and neurological of the patients and pain management.
Co-Authors AA Sudharmawan, AA Abdul Tahir Adi Hidayat Adityo, Galang Martin Adiyatma, Krisna Hario Adrin, Olga Elenska Akbar, Shonnif Akhmad Yun Jufan Ali Wahyudi, Ali Anindita, Mohammad Pradhana Anindita, Triatma Anisa Fadhila Farid Antoni Arifin, Achmad Reza Artika, I Gusti Ngurah Rai Bahrun, Nugraha Septian Bayu, Timor Krisna Benny Kurniawan, Benny Bhirowo Yudo Pratomo Bowo Adiyanto Calcarina Fitriani Retno Wisudarti Calcarina Fitriani Retno Wisudarti Calcarina FRW Djayanti Sari Dona Eriyadi Esti Susiloningsih Fakhrudin N, Rifdhani Fansori, Rosihan Farihatun Fitri, Lillah Frisianto, Rinaldi Tri FRW, Calcarina Gentong, Metia Gledis G. Gunawan, Fanny Hamdany, Ferry Hanafi, Irham Hariyadi S, Arief Herlambang, Panji Hermawan, Hendra Hernandes, Crodia Hifni Hisam, Muhammad Yusuf Husen IG Ngurah Rai Artika Ikhsan, Isroful Indah Munastari Ningsih Iqbal Alfiandy Irawati, Junita Izzatul Faizah Juni Kurniawaty Muhdar Abubakar Djayanti Sari Krisna Bayu, Timor Kuncoro, Kusuma Edhi Kurniawan, Novianto Loho, Irvan Revaldi Maryani, Nova Miftaku Ni'amah Mochammad Imron Awalludin Mufaizin Mugirah Muhammad Fikri Putra Perdana Muna Fauziah Musda, Diva Nasution, Rusdi Anwar Ngurah, I Gusti Ngurah, I Gusti Ngurah Novianto Kurniawan Nur, Rifdhani Fakhrudin Nurkolis Nurlatifah, Mahanani P, Inggita Dyah Parjiman Prasetya, Sandie Pratomo, Bhirowo Y. Rahmatiana Azizatun Nisa ramdhan, tri wahyudi Rani, Hajar Rafika Rasiman Rezkiawan, Dika Rezkiawan Rini, Isworo Ristianto, Muhammad Brian Rose Kusumaningratri RW, Calcarina Fitriani Sadiyanto, Dewang Saputra, Dya Saputra, Rory Denny Sarosa, Pandit Setiono, Agus Siti Helmyati Siti Munawaroh Soedjono Sri Rahardjo Sri Rahardjo Suharso, Pamungkas Hary Sunantara, I Gusti Ngurah Putu Mandela Sutarman Syahputra , Anggi Taneo, Desy Chery Marlyn Teguh Setiawan Wibowo Tjokronolo, Yudistira Tony Irawan Umi Umi Zulfa Untung Widodo, Untung Urmila Utomo, F uad Cipto Utomo, Wandito Gayuh Wahyu Nugroho Wicaksono, Galih Sahid Wijaya, Indriyani Wikantama, Aswin Yasinta Qur’aini Nurdiniyya Yoiceta Vanda, Yoiceta Yunita Widyastuti Yusmein Uyun Yusron, Ali Yusuf Hisam Zaki, Wildan Arsyad