Mentalitas radikal ini adalah cara berpikir bahwa hanya golongannya sendirilah yang benar. Dari mentalitas inilah muncul apa yang disebut dengan ideologi takfiri. Sebuah struktur mental yang telah terbentuk dalam pandangan dan keyakinan bahwa pemahaman dan tindakan pengkafiran yang mereka lakukan terhadap kelompok lain yang tidak sepandangan dengan mereka merupakan sesuatu yang benar dan sesuai dengan ajaran agama yang murni. Faham ini memposisikan umat lain sebagai sesat dan harus dibasmi termasuk dengan menggunakan pendekatan kekerasan. Implikasi dari pendekatan ini sangat berpotensi merusak keutuhan bangsa. Pendidikan agama memiliki peran sentral dalam membentuk cara pandang setiap peserta didik dalam memahami dan mengamalkan agama yang penuh dengan kedamaian bukan permusuhan, kedengkian serta kekerasan. Dibutuhkan formulasi pendidikan Islam yang dapat menangkal penyebaran idologi ini bagi generasi muda. Dengan perspektif interdisiplin, multidisiplin dan transdisiplin dibutuhkan pendidikan Islam yang melibatkan pengetahuan bayani, irfani dan burhani sebagai scientific skill dan humanistis thougt dengan menjadi pengetahuan irfani sebagai corak keberagamaan yang intersubjektif untuk menjembatani corak keberagamaan yang objektif dan subjektif.