Claim Missing Document
Check
Articles

Gambaran Glukosa Darah Setelah Latihan Fisik pada Tikus Wistar Diabetes Melitus yang Diinduksi Aloksan Ahmad Syukri Harahap; Rahmatina B. Herman; Eti Yerizel
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i1.179

Abstract

AbstrakDiabetes Melitus telah dikategorikan sebagai penyakit global yang prevalensinya terus meningkat dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Latihan fisik merupakan salah satu tatalaksana untuk mengontrol glukosa darah secara nonfarmakologis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah pada tikus Wistar diabetes melitus yang diinduksi aloksan setelah pemberian latihan fisik. Penelitian eksperimental ini menggunakan 18 ekor tikus Wistar dengan berat badan 150-200 gram yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu 6 ekor kelompok kontrol negatif (K-), 6 ekor kelompok kontrol positif (K+) dengan induksi aloksan tanpa pemberian latihan fisik dan 6 ekor kelompok perlakuan (P) dengan induksi aloksan dan diberi latihan fisik selama 4 minggu. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan dengan glucometer merek Accu-Check. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rata-rata kadar glukosa darah puasa secara bermakna pada kelompok kontrol positif (K+) dan perlakuan (P) setelah periode induksi yaitu, pada kelompok kontrol negatif 84,83±6,88 mg/dl, kelompok kontrol positif 220,80±12,29 mg/dl, dan kelompok perlakuan 248,50±94,55 mg/dl (p<0,05). Setelah periode latihan fisik, terdapat penurunan rata-rata glukosa darah puasa secara bermakna pada kelompok kontrol positif (K+) dan Perlakuan (P), namun penurunan pada kelompok perlakuan (P) lebih besar secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (K+), yaitu rata-rata glukosa darah puasa kelompok kontrol positif 192,00±12,00 mg/dl dan kelompok perlakuan 163,00±20,26 mg/dl (p<0,05). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah terdapat penurunan kadar glukosa darah puasa setelah latihan fisik.Kata kunci: latihan fisik, glukosa darah, diabetes melitusAbstractDiabetes Melitus has been categorized as a global disease which have increasing prevalence and the mine cause of morbidity and mortality. Phyisical exercise is one of the nonpharmacological treatment to control blood glucose. The objective of this research was to determine the blood gucose levels of aloksan induced’s wistar rat after physical exercise.The research used 18 wistar rats 150-200 gram weight, divided into three groups, as six negative control group (K-), six positive control group inducing aloksan without physical exercise (K+) and six treated group inducing aloksan with physical exercise for four weeks (P). Blood glucose was measured by Accu Check’s glucometer.The result showed an increase in fasting blood glucose level significantly on positive control group (K-) and treated group (P) after induced period, which was 84,83±6,88 mg/dl on negative control group, 220,80±12,29 mg/dl on positive control group, and 248,50±94,55 mg/dl on treated group (p<0,05). After physical exercise period, there was a decrease in fasting blood significantly on K+ and P, but in P group have more greater than K+ group, 192,00±12,00 mg/dl on positive control group (K+) and 163,00±20,26 mg/dl on treated group (P).Conclusion of this research is a decrease in fasting blood glucose levels after phyisical exercise.Keywords: physical exercise, blood glucose, diabetes melitus
Gambaran Profil Lipid pada Pasien Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Khusus Jantung Sumatera Barat Tahun 2011-2012 Fitri Zahara; Masrul Syafri; Eti Yerizel
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i2.74

Abstract

AbstrakPenyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu secara global. Salah satu penyakit kardiovaskuler itu adalah Sindrom Koroner Akut (SKA) yang merupakan keadaan gawat darurat dari Penyakit Jantung Koroner (PJK). Salah satu faktor risiko SKA adalah perubahan dari kadar fraksi lipid yaitu kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida yang dikaitkan dengan pembentukan plak aterosklerosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil lipid pada pasien SKA di rumah sakit khusus jantung Sumatera Barat tahun 2011-2012. Telah dilakukan penelitian deskriptif dengan bentuk cross sectional study dan pendekatan retrospective menggunakan data rekam medik mengenai hasil pemeriksaan profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida) di rumah sakit khusus jantung Sumatera Barat untuk mengetahui gambaran profil lipid pada pasien SKA tahun 2011-2012. Hasil penelitian ini menemukan 98 kasus SKA. hasil ini menunjukkan bahwa pasien SKA dengan kadar kolesterol total tinggi adalah 44 orang (44,9%) dan normal sebanyak 54 orang (55,1%), pasien SKA dengan kadar kolesterol HDL rendah adalah 63 orang (64,3%) dan normal sebanyak 35 orang (35,6%), pasien SKA dengan kadar kolesterol LDL tinggi adalah 44 orang (44,9%) dan normal sebanyak 54 orang (55,1%), dan pasien SKA dengan kadar trigliserida tinggi adalah 21 orang (21,4%) dan normal sebanyak 77 orang (78,6%). Kejadian SKA terbanyak adalah STEMI sebanyak 51 kasus (52%), kemudian NSTEMI sebanyak 24 kasus (24,5%) dan yang paling sedikit adalah angina pektoris tak stabil sebanyak 23 kasus (23,5%) frekuensi umur terbanyak dari pasien SKA adalah 40-59 tahun, jenis kelamin terbanyak dari pasien SKA adalah laki-laki sekitar 74,5%. Penelitian menunjukkan jumlah bahwa pasien SKA yang memiliki kadar kolesterol total yang tinggi lebih sedikit daripada yang normal, kadar kolesterol HDL yang rendah lebih banyak daripada yang normal, kadar kolesterol LDL yang tinggi lebih sedikit daripada yang normal, kadar trigliserida yang tinggi lebih sedikit daripada yang normal, kasus SKA terbanyaKata kunci: Sindrom Koroner Akut, kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliseridaAbstractCardiovascular diseases are the number one cause of death globally. One of the cardiovascular disease is Acute Coronary Syndrome (ACS) which is a state of emergency from Coronary Heart Disease (CHD). One of the risk factors for ACS is a change in the levels of lipid fractions such as total cholesterol, LDL Cholesterol, HDL Cholesterol and triglycerides which are associated with the formation of atherosclerotic plaque. This study aims to determine description of lipid profile in patients with acute coronary syndrome at the heart hospital of west sumatera 2011-2012. Descriptive research has been conducted with a a cross-sectional study and a retrospective approach using medical record about the result of lipid profile test (total cholesterol, HDL, LDL, and triglycerides) at the heart hospital of West Sumatera to describe the lipid profile in patients with ACS in 2011-2012. The results of this study found 98 cases of ACS. It showed that ACS patients with high total cholesterol levels are 44 people (44,9%) and normal are 54 people (55,1%), acute coronary syndrome patients with low levels of HDL cholesterol are 63 people (64,3%) and normal are 35 people (35,6%), acute coronary syndrome patients with high levels of LDL cholesterol are 44 people (44,9%) and normal are 54 people (55,1%), acute coronary syndrome patients with high levels of triglyceride are 21 people (21,4%) and normal are 77 people (78,6%), the highest incidence of SKA is STEMI with 51 cases (52%), then NSTEMI with 24 cases (24,5%) and the lowest incidence is unstable angina pectoris with 23 cases (23,5%), most age of the patients of ACS are 40-59 years old, the most gender of ACS are male about 74,5%. Research shows that the number of ACS patients who have a high level of total cholesterol are less than normal, low levels of HDL cholesterol are more than normal, high level of LDL cholesterol are less than normal, high level of triglyceride are less than normal, most incidens of ACS is STEMI then NSTEMI and the lowest is unstable angina pectoris, most age of ACS patients are 40-59 years, and most of gender are men.Keywords:acute myocardial infarction, total cholesterol, LDL cholesterol, HDL cholesterol, triglyceride
Hubungan Kategori Berat Badan Lahir Rendah dengan Nilai Apgar di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari-Desember 2013 Ebill Fuji Edison; Eva Chundrayetti Chundrayetti; Eti Yerizel
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i1.439

Abstract

AbstrakBerat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah berat lahir < 2500 gram. BBLR merupakan prediktor utama angka kesakitan dan kematian bayi. Salah satu faktor yang dipengaruhi oleh berat lahir rendah adalah nilai Apgar. Nilai Apgar adalah hasil penilaian status atau evaluasi keadaan bayi lahir pada 1 dan 5 menit pertama Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan BBLR dengan nilai Apgar. Penelitian analitik ini mengumpulkan data retrospektif rekam medis BBLR di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari-Desember 2013. Berat lahir dibagi menjadi 3 kategori, yaitu BBLR, BBLSR, BBLASR. Nilai Apgar dibagi menjadi 3 kategori yaitu, normal, asfiksia sedang, asfiksia berat. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji chi-square. Dari 111 kasus bayi BBLR, didapatkan kasus BBLR (81,3%), BBLSR (15,3%), BBLASR (3,6%). Dari nilai Apgar menit ke-1 didapatkan nilai apgar normal (58,6%), asfiksia sedang (29,7%), asfiksia berat (11,7%). Pada nilai Apgar menit ke-5 didapatkan nilai Apgar normal (75,7%), asfiksia sedang (22,5%), asfiksia berat (1,8%). Analisis bivariat chi-square menunjukkan nilai Apgar menit ke-1 memiliki hubungan yang signifikan dengan berat lahir rendah (p=0,035). Nilai Apgar menit ke-5 tidak memiliki hubungan dengan berat lahir rendah (p=0,285).Kata kunci: berat badan lahir rendah, nilai Apgar1Mahasiswa FK Unand, 2Bagian Pulmonologi FK Unand, 3Bagian Patologi Anatomi FK UnandAbstractLow Birth Weight (LBW) is a birth weight < 2500 gram. LBW is a major predictor of infant morbidity and mortality. LBW  is a factor that can affect Apgar score. Apgar score is a test to assess baby’s condition at 1st minute and 5th minuteafter birth. The objective of this study was to determine the relationship between low birth weight and Apgar score. This analytic research by obtaining retrospective data from medical records of LBW babies at RSUP Dr. M. Djamil Padang from January until December 2013. Birth weight was devided into three categories; BBLR, BBLSR, BBLASR. Apgar score  was divided into three categories; normal/vigorous baby, light asphyxia and severe asphyxia.  Among 111 cases of LBW, BBLR (81.3%), BBLSR (15.3%), BBLASR (3.6%) were found in this study. Normal Apgar score (58.6%), Light asphyxia (29.7%), and severe asphyxia (11.7%) were found in 1st minute Apgar score. Normal Apgar score (75.7%), light asphyxia (22.5%), and severe asphyxia (1.8%) were found in 1st minute Apgar score. Chi-square test showed 5th minute of Apgar score was statistically significant to LBW (p=0.035). Chi square test showed 5th minute of Apgar score was not statistically significant to LBW (p=0.285).Keywords: low birth weight, Apgar score
Pengaruh Lama Pemaparan Obat Antinyamuk Elektrik-mat Berbahan Aktif Allethrin Terhadap Aktivitas Katalase Tikus Karolin Trisnawelda; Eti Yerizel; Lili Irawati
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i1.644

Abstract

Penggunaan obat antinyamuk elektrik mat telah banyak menggantikan penggunaan obat antinyamuk konvensional lain, dengan allethrin sebagai bahan aktif pada umumnya. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh lama   pemaparan obat antinyamuk terhadap aktivitas katalase sebagai marker radikal bebas. Penelitian eksperimental post test only control group design ini dilakukan di Laboratorium FMIPA dan Laboratorium Biokimia FK UNAND dari September 2013 sampai April 2014. Dua belas ekor tikus wistar jantan (usia 2-3 bulan) dengan berat 180-200 gr dibagi dalam 3 kelompok, dengan jumlah 4 ekor per kelompok. Obat antinyamuk elektrik mat berbahan aktif allethrin (7.42 MV/mat) dipaparkan pada 3 kelompok tikus yaitu kontrol, P1 selama 8 jam/hari (10pm- 6am) dan P2 selama 12 jam/hari (6 p.m-6 a.m) selama 30 hari. Pada hari terakhir penelitian, dilakukan penghitungan aktivitas katalase serum tikus.Hasil menunjukkan penurunan aktivitas katalase serum tikus P2 (1.10±0.005 U/mg) dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada P1 (1.20±0.064 U/mg) dan kontrol (1.64±0.029 U/mg). Didapatkan perbedaan bermakna kadar aktivitas katalase tikus kontrol dan kedua tikus perlakuan (p<0.05). Hubungan antara lama pemaparan obat antinyamuk elektrik mat dan aktivitas katalase pada serum tikus ditunjukkan oleh nilai r = -0.97 pada tes korelasi pearson. Disimpulkan bahwa obat antinyamuk elektrik mat berbahan aktif allethrin berpengaruh terhadap aktivitas katalase pada serum tikus.
Hubungan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan Ketahanan (Endurance) Kardiorespirasi pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Unand 2009-2012 Reny Jayusfani; Afriwardi Afriwardi; Eti Yerizel
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i2.263

Abstract

AbstrakSaat ini terjadi peningkatan kelebihan berat badan terutama pada generasi muda disebabkan oleh diet yang tidak tepat dan gaya hidup yang tidak aktif. Peningkatan berat badan ini akan berakibat pada penurunan daya tahan kardiorespirasi hingga berdampak pada kapasitas kerja fisik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan ketahanan kardiorespirasi pada mahasiswa FK Unand. Penelitian dilakukan pada mahasiswa FK Unand Padang dari Desember 2012 sampai Februari 2013. Studi observasional analitik ini menggunakan desain cross sectional study dengan jumlah subjek 30 orang. Ketahanan kardiorespirasi didapat dengan menghitung nilai VO2maks menggunakan tes ergometer sepeda metode Astrand 6 minute cycle test. Dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Analisis statistik yang digunakan adalah uji regresi linear sederhana. Hasil penelitian menemukan bahwa rerata IMT 23,2 ± 5,1 dan rerata volume oksigen maksimal 39,5 ± 12,1. Uji regresi linear menunjukkan terdapat hubungan antara IMT dengan ketahanan kardiorespirasi dengan tingkat hubungan sedang (r=0,567, p<0,05) dengan pengaruh sebesar 32,1% (R2=0,321) dan persamaan regresi yang didapat adalah Y=70,827 – 1,349X. Kesimpulan hasil studi ini adalah semakin tinggi indeks massa tubuh semakin rendah ketahanan kardiorespirasi.Kata kunci: volume oksigen maksimal, indeks massa tubuh, ketahanan kardiorespirasi AbstractNowadays, there are many cases about increasing the weight of body, especially at younger generation. It is caused by anappropriate diet and inactive lifestyle. Increasing of weight will cause declining of cardiorespiratory endurance. So that, it will impact on physical work capacity. The objective of this study was to determine the relationship between cardiorespiratory with Body Mass Index (BMI) in medical student of Andalas University.The research was done on medical student of Andalas University Padang in December 2012 until February 2012. This research used observational study with cross sectional design study. The subject of this research were 30 people. Cardiorespiratory endurance was obtained by calculate the value of VO2max. This measurement used ergometer bicycle with the method was using Astrand 6 minute cycle test. This test measured the weight and height body. Statistical analysis was simple linear regression. The result found that the average of BMI is 23.2 ± 5.1 and an average maximum oxygen volume is 39.5 ± 12.1. Linear regression found that there is a moderate significant effect between BMI and cardiorespiratory endurance (r=0.567, p <0.05) with the effect about 32.1% (R2 = 0.321) and the regression equation was Y = 70.827 to 1.349 X.In conclusion, the subjects have average cardiorespiratory endurance level and normal body mass index. If the body of mass index is higher, the cardiorespiratory endurance
Hubungan Kadar FT4 dan TSH Serum dengan Profil Lipid Darah pada Pasien Hipertiroid yang Dirawat Inap di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2009 - 2013 Aga Pratama; Eti Yerizel; Rudy Afriant
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i1.19

Abstract

AbstrakHipertiroid merupakan sindroma klinis yang terjadi bila jaringan terpajan dengan jumlah hormon tiroid yang berlebihan karena hiperaktivitas kelenjar tiroid. Hal tersebut akan memberikan efek spesifik terhadap metabolisme sel, termasuk metabolisme lipid. Perubahan metabolisme lipid pada hipertiroid akan menimbulkan manifestasi klinis seperti gangguan mood, peningkatan perilaku depresi, dan peningkatan perilaku agresif. Dalam diagnosis pasien hipertiroid, pemeriksaan kadar FT4 dan TSH serum menjadi tes fungsi tiroid yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara kadar FT4 dan TSH serum dengan profil lipid darah pada pasien hipertiroid. Penelitian ini menggunakan data deskriptif di Instalasi Rekam Medis RSUP dr. M. Djamil Padang pada bulan Februari 2013 sampai Juli 2013. Data yang dikumpulkan berasal dari catatan rekam medik pasien hipertiroid yang dirawat inap berjumlah 21 orang dengan teknik total sampling. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara kadar FT4 dan TSH serum dengan profil lipid darah. Dari sampel yang ada diperoleh data rerata profil lipid, yakni: 143,33 mg/dl (kolesterol darah total); 42,06 mg/dl (HDL); 85,45 mg/dl (LDL); dan 77,19 mg/dl (trigliserida). Berdasarkan uji korelasi regresi, terdapat korelasi negatif antara kadar FT4 dengan kadar kolesterol darah total, HDL, dan LDL, tetapi tidak terdapat korelasi antara kadar FT4 dengan trigliserida. Hubungan antara kadar TSH serum dengan kolesterol darah total dan LDL mempunyai korelasi positif, tetapi tidak terdapat korelasi antara kadar TSH serum dengan HDL dan trigliserida. Penelitian ini memperlihatkan bahwa sebagian besar profil lipid darah mempunyai korelasi dengan kadar FT4 dan TSH serum, kecuali trigliserida.Kata kunci: kadar FT4 dan TSH serum, profil lipid darah, hipertiroidAbstractHyperthyroidism is a clinical syndrome that occurs when tissues are exposed by excessive amount of thyroid hormones due to thyroid gland hiperactivity. It has spesific effects on cell metabolism, including lipid metabolism.L ipid metabolism disorder in hyperthyroid will inflict clinical manifestation; such as mood disorders, depression, and increased aggressive behavior. In diagnose patient with hyperthyrodism, FT4 and TSH serum level test are the appropriate thyroid function test. The objective of this study was to determine relationship between FT4 and TSH serum level with blood lipid profile in patient with hyperthyrodism. This studies got the descriptive data in Medical Records Departement of RSUP dr. M. Djamil Padang from February 2013 to July 2013. Data of 21 hyperthyrodism patient were got with total sampling technique. Bivariat analysis is used to examine the relationship between FT4 and TSH serum level with blood lipid profile. From the sampel was obtained data of profile lipid average, that is 143,33 mg/dl (total cholesterol); 42,06 mg/dl (HDL); 85,45 mg/dl (LDL); dan 77,19 mg/dl (triglycerides). Based on the regression test, there was negative correlation between FT4 level with total cholesterol, HDL, and LDL, but, there wasn’t correlation between FT4 level with triglycerides. The relationship between TSH serum level with total cholesterol and LDL had positive correlation. But, there isn’t evidence of correlation between TSH serum level with HDL and triglycerides. This study shows that the most of blood lipid profile has correlation with FT4 and TSH serum level, except triglycerides.Keywords: FT4 and TSH serum level, blood lipid profile, hyperthyrodism
Perbedaan Kadar Aldosteron dan Tekanan Darah pada Akseptor KB Pil Kombinasi Berdasarkan Lama Pemakaian Kontrasepsi Anjelina Puspita Sari; Eti Yerizel; Joserizal Serudji
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i2.795

Abstract

Kontrasepsi pil kombinasi meningkatkan resiko hipertensi, karena kontrasepsi pil kombinasi mengaktifkan sistem renin angiotensin aldosteron yang dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Tujuan penelitian ini adalah menentukan perbedaan kadar aldosteron dan tekanan darah pada akseptor KB pil kombinasi berdasarkan lama pemakaian kontrasepsi. Penelitian ini merupakan studi cross sectional pada populasi akseptor KB pil kombinasi yang memenuhi kriteria inklusi yang diambil dengan teknik consecutive sampling di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya dan Puskesmas Andalas Padang sejak Maret sampai Mei 2017. Pemeriksaan kadar aldosteron dilakukan di laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang dengan metode ELISA. Data dianalisis dengan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan kadar aldosteron antara akseptor kontrasepsi pil kombinasi 1-3 tahun dan ≥3-5 tahun yaitu 3,84±1,09 ng/dl pada akseptor kontrasepsi pil kombinasi 1-3 tahun dan 4,80±1,80 ng/dl pada akseptor kontrasepsi pil kombinasi ≥3-5 tahun (p<0,05). Hasil penelitian ini juga menunjukkan perbedaan yang signifikan tekanan darah antara akseptor kontrasepsi pil kombinasi 1-3 tahun dan ≥3-5 tahun yaitu tekanan darah sistolik 116,80±10,69 mmHg pada akseptor kontrasepsi pil kombinasi 1-3 tahun dan 128,00±15,54 mmHg pada akseptor kontrasepsi pil kombinasi ≥3-5 tahun (p<0,05), tekanan darah diastolik 76,80±8,52 mmHg pada akseptor kontrasepsi pil kombinasi 1-3 tahun dan 84,80±10,84 mmHg pada akseptor kontrasepsi pil kombinasi ≥3-5 tahun (p<0,05). Simpulan dalam penelitian ini adalah kadar aldosteron dan tekanan darah lebih tinggi pada akseptor kontrasepsi pil kombinasi ≥3-5 tahun dibanding akseptor 1-3 tahun.
Efek Pemberian Vitamin C Terhadap Aktifitas Katalase Hati Tikus Galur Wistar yang Terpapar Ion Pb Elmatris Sy; Husnil Kadri; Eti Yerizel
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i1.235

Abstract

AbstrakAkumulasi logam berat dapat meningkatkan senyawa oksigen reaktif dan menekan kadar antioksidan esensial dalam tubuh. Vitamin C merupakan antioksidan non enzimatis, senyawa alami yang bersifat antioksidan kuat dan pengikat radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efek Pemberian Vitamin C Terhadap Aktifitas Katalase Hati Tikus Galur Wistar Yang Terpapar Ion Pb, dilakukan di laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi dan Biokimia Fakultas Kedokteran Unand Penelitian dilakukan terhadap tikus galur wistar, berumur tiga bulan, berat badan + 200 gram, yang berjumlah 28 ekor. Didapatkan bahwa pemaparan ion Pb 0,05 mg/g BB/hari selama empat minggu dapat menurunkan aktifitas katalase hati tikus galur wistar. Penambahan vitamin C 0,05mg/g BB/hari dan 0,075 mg/g BB/hari pada tikus yang terpapar ion Pb menunjukan peningkatan aktifitas katalase hati tikus galur wistar. Berdasarkan uji T berpasangan terdapat perbedaan yang signifikan antara aktifitas katalase hati tikus galur wistar yang tidak terpapar ion Pb dengan terpapar ion Pb (p = 0,005 atau p < 0,05). Pemberian vitamin C pada tikus galur wistar yang terpapar ion Pb secara statistik dengan uji one way Anova tidak terdapat pengaruh yang signifikansi (p = 0,143 atau p > 0,05). Namun pada post hocx test terdapat pengaruh pemberian vitamin C 0,075 mg/g BB/hari pada tikus yang terpapar ion Pb, dengan p = 0,053 atau p = 0,05.Kata kunci: Aktifitas Katalase, Vitamin C, Ion PbAbstractThe presence of heavy metals such as Pb can produce a free radical, it will also be able to decrease the availability of the body's antioxidants. Vitamin C is a non-enzymatic antioxidants, natural compounds that are strong antioxidants and free radical binding. This study to determine the Effect of Vitamin C to catalase activity of rat-wistar strain-liver. The purpose of which Exposed Pb ions, carried out in the laboratory of Pharmacology of the Faculty of Pharmacy and Biochemistry Faculty of Medicine Unand. Research conducted on wistar strain rats, three months old, weight + 200 grams, which totaling 28 tails. The result was exposure of Pb ions 0.05 mg / g BW / day for four weeks decreases catalase activity rat’s-wistar-strain liver. The addition of vitamin C 0,05mg / g BW / day and 0.075 mg / g bw / day in exposed rats to Pb ions showed increased levels of catalase activity rat’s-wistar-strain liver. The result of the paired t test there was difference significantly between liver catalase activity rat’s-wistar-strain liver were not exposed to Pb ions (p = 0.005 or p < 0.05). Administration of vitamin C were exposed to Pb ion statistically by one-way ANOVA test there was no significant effect ( p = 0.143 or p > 0.05 ) . But in the post hocx test the effect of vitamin C contained 0.075 mg / g bw / day in rats exposed to Pb ions, with p = 0.053 or p = 0.05Keywords: Catalase Activity, Vitamin C, Pb ions.
Comparison of Transforming Growth Factor-Beta 1 Concentration in Preeclampsia and Normal Pregnancy Women Yusrawati Yusrawati; Dyka Aidina; Eti Yerizel
The Indonesian Biomedical Journal Vol 9, No 1 (2017)
Publisher : The Prodia Education and Research Institute (PERI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18585/inabj.v9i1.310

Abstract

BACKGROUND: According to the theory of endothelial dysfunction, the pathogenesis of preeclampsia is associated with the imbalance of angiogenic and anti-angiogenic factors. Transforming growth factor-beta 1 (TGF-β1) has also proposed as a proangiogenic factor that influences preeclampsia. This study was conducted to compare a mean difference of TGF-β1 between preeclampsia and normal pregnancy.METHODS: This study was an observational crosssectional study with 25 subjects of pregnant women with preeclampsia and 25 subjects of normotensive pregnant women. The study was conducted in Dr. Reksodiwiryo Hospital, Bhayangkara Hospital, and Dr. Rasidin Hospital in Padang, Indonesia from October 2015 to January 2016. For the determination of TGF-β1 concentration, peripheral Abstract venous blood samples were taken. The blood samples were analyzed by enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) in Biomedical Laboratory, Faculty of Medicine, Andalas University. The mean difference was statically analyzed by independent samples T-test.RESULTS: The mean difference of TGF-β1 was lower in preeclampsia group than normal pregnancy group (2.02±0.99 ng/mL vs. 3.24±2.67 ng/mL; p<0.05).CONCLUSION: The TGF-β1 concentration was lower in pregnant women with preeclampsia. Thus, it may have a role as a marker in preeclampsia.KEYWORDS: preeclampsia, normal pregnancy, transforming growth factor-beta1, TGF-β1
Perbedaan Kadar Alpha 1 Antitrypsin Feses Berdasarkan Tingkat Keparahan Diare Akut pada Anak Fitriyana Fitriyana; Yusri Dianne Jurnalis; Eti Yerizel
Sari Pediatri Vol 19, No 5 (2018)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp19.5.2018.267-72

Abstract

Latar belakang. Diare dapat menyebabkan kekurangan gizi, gangguan pertumbuhan dan gangguan kognitif. Gangguan gizi dapat terjadi karena asupan makanan yang kurang, atau kehilangan langsung karena kerusakan mukosa usus. Kehilangan protein melalui saluran cerna dapat dinilai dengan pemeriksaan kadar alpha 1 antitrypsin feses. Tujuan. Menilai perbedaan kadar alpha 1 antitrypsin feses berdasarkan tingkat keparahan diare akut pada anak.Metode. Penelitian cross sectional dari Januari-Juli 2017. Penelitian dilakukan di RSUP Dr M Djamil dan RS Yos Sudarso Padang. Tingkat keparahan diare dinilai menggunakan Vesikari clinical severity scoring system. Kadar alpha 1 antitrypsin feses diperiksa dengan cara ELISA. Analisis statistik menggunakan uji Kruskal-Wallis.Hasil. Dari 60 subjek penelitian, rerata kadar alpha 1 antitrypsin adalah 202,32 ± 131,96 mg/dL. Kadar alpha 1 antirypsin feses pada kelompok tingkat keparahan diare ringan didapatkan 123,6 (87-295,1) mg/dL. Pada kelompok tingkat keparahan diare sedang 166,4 (23,8-332,9) mg/dL dan kelompok tingkat keparahan diare berat 268,6 (25,5-511,9) mg/dL. Uji analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan kadar alpha 1 antitrypsin feses yang signifikan pada setiap tingkat keparahan diare dengan nilai p=0,003.Kesimpulan. Terdapat peningkatan kadar alpha 1 anitripsin feses yang bermakna sesuai dengan tingkat keparahan diare.
Co-Authors Ade Asyari Afriwardi Afriwardi Aga Pratama Ahmad Syukri Harahap Aisyah Elliyanti Al Hafiz Al Hafiz Al Ichram Novialdi, Rayhan Aljassri, Resti Karunia Almurdi Almurdi Amelin, Fitrisia Andani Eka Putra Angga Putra Perdana Anjelina Puspita Sari Ariani Zaltin Okvenda Ariani Zaltin Okvenda Arina Widya Murni Arni Amir Ashrifurrahman, Ashrifurrahman Asti Marian Sari Aumas Pabuti Bramadi Arya Caesar Rayhand Arrafif Nasution Cimi Ilmiawati, Cimi Daan Khambri Debby Apri Grecwin Deddy Saputra Desmawati Desmawati Dessy Arisanty Desy Arisanti Desy Arisanti Dezi Ilham Dia Rofinda, Zelly Dia Dian Pertiwi Dian Pertiwi Dina Arfiani Rusjdi Dyka Aidina Ebill Fuji Edison Effy Huriyati Efrida Efrida Ega Purnamasari Eka Agustia Rini Eka Agustria Rini Eliza Anas Elizabeth Bahar Elmatris Sy Endah Puji Septisetyani, Endah Puji Eva Chundrayetti Eva Decroli F, Annisa Maida Fadil Oenzil Fauziah, Dita Firdawati, Firdawati Fitri Zahara Fitriyana Fitriyana Gusti Revilla Hafni Bachtiar Hafni Bachtiar Hafni Bachtiar Hirowati Ali Hudila Rifa Karmia Husnil Kadri Irwan Ismawati Ismawati Janra, Muhammad Nazri Karmia, Hudila Rifa Karolin Trisnawelda Kastian, Ria Fajarwati Lili Irawati Maliza, Rita Masrul Masrul Syafri Meilisa Rahmawati Meiza Nerawati Mizwar Mizwar Muhamad Gerry Fadilla Muhammad Idris Nadhifah Salsabila Nadila Andam Astari Netti Meilani Simanjuntak Netti Suharti, Netti Niki Astria Nila Kasuma Nila Kusuma Nita Afriani Nofrita Nofrita Novialdi . Nurhajjah, Sitti Nursal Asbiran Pratama Elisa, Tasya Putri Pratita Jati Permatasari Putra Santoso Putri, Athifa Alya Rahma Putri Idaman Rahmadian, Rizki Rahmatina B Herman Rahmatini . Rahmawati, Meilisa Rauza Sukma Rita Raveinal Raveinal Yerizel Rayhan Al Ichram Novialdi Reny Jayusfani Revivo Rinda Pratama Rizki Rahmadian Ronaldi Noor Rudy Afriant Sabar Hutabarat Saptino Miro Saptino Miro, Saptino Sari, Asti Marian Silvy Dioni Simanjuntak, Netti Meilani Sinurat, Arthauly Yopita Siti Nurhajjah Sukri Rahman Syahid MP, Miskah Indah Tiara Dwi Pratiwi Tofrizal Tofrizal, Alimuddin Utami, Refi Amalia Vella Paraditha Wilson Novarino Yanwirasti Yanwirasti Yaswir, Rita Yesi Mustika Sari Yulia Iriani, Yulia Yulistini, Yulistini Yusrawati Yusrawati Yusri Dianne Jurnalis Yustini Alioes Zelly Dia Rofinda Zulfadli Syahrul, Muhammad Zulkarnain Edward ZURAIDA ZURAIDA