p-Index From 2020 - 2025
6.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Humaniora Dialektika Publika Budaya Journal of Education and Learning (EduLearn) Jurnal Kajian Bali LITERASI: Jurnal Ilmu-Ilmu Humaniora Erudio: Journal of Educational Innovation Fon: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PUJANGGA: Jurnal Bahasa dan Sastra ATAVISME JURNAL ILMIAH KAJIAN SASTRA Kajian Linguistik dan Sastra Jurnal Gramatika KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman (Journal of Social and Islamic Culture) UNEJ e-Proceeding Indonesian Language Education and Literature FKIP e-PROCEEDING Panggung Caraka : Jurnal Ilmu Kebahasaan, Kesastraan, dan Pembelajarannya Indonesian Journal of Learning and Instruction Warta Pengabdian Semiotika Parafrase: Jurnal Kajian Kebahasaan dan Kesastraan Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya English Language and Literature International Conference (ELLiC) Proceedings Sawerigading JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Jurnal Sastra Indonesia Jurnal Eduscience (JES) Journal of Community Empowerment for Health BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Jurnal Skripta Jurnal Adat dan Budaya Indonesia Indonesian Journal of Social Research (IJSR) Jurnal Gramatika: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Arif: Jurnal Sastra dan Kearifan Lokal Electronic Journal of Education, Social Economics and Technology PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA Panggung Jurnal Serambi Ilmu
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA

OPTIMALISASI TRADISI MANTUN: PENGEMBANGAN ECONOMIC RESILIENCE MELALUI INDUSTRI KREATIF Arif Firmansyah; Novi Anoegrajekti; Dini Nurfajrin Ningsih; Sudartomo Macaryus
Prosiding Seminar Nasional dan Internasional HISKI 2023: THE 31st HISKI INTERNATIONAL CONFERENCE ON LITERARY LITERACY AND LOCAL WISDOM (JUNI 2023)
Publisher : Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/psni.v3i0.90

Abstract

Potensi Tradisi Mantun sebagai sebuah seni pertunjukan menjadi salah satu prioritas yang dapat dikembangkan menjadi industri kreatif. Tujuan tersebut representatif dengan potensi Indonesia yang memiliki keragaman budaya baik seni pertunjukan maupun sastra lokal yang apabila dikelola dengan baik bisa menghasilkan ekonomi kreatif untuk menjaga ketahanan ekonomi masyarakat pendukungnya. Fokus penelitian ini adalah optimalisasi tradisi mantun: pengembangan economic resilience melalui industri kreatif. Sub fokusnya fungsi dan makna tradisi mantun serta optimalisasinya melalui industry kreatif untuk meningkatkan ketahanan ekonomi masyakat pendukungnya. Penelitian ini menggunakan metode etnografi. Data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi, rekaman, serta wawancara. Adapun hasil penelitiannya, 1) Makna yang terkandung dalam Tradisi Mantun berupa makna keselamatan, hubungan masyarakat dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta. Dan fungsi  Tradisi Mantun pada masyarakat pendukungnya yaitu fungsi dakwah, fungsi interaksi sosial, fungsi pendidikan dalam rangka sosialisasi nilai sosial, dan penangkal individualisme, 2) para juru pantun telah melakukan optimalisasi dalam sajian pertunjukannya dengan tetap berpegang pada norma adat yang berlaku dalam masyarakat. Inovasi pertunjukan yang telah dilakukan kemudian dikembangkan melalui digitalisasi sehingga menghasilkan produk industri kreatif film dokumenter sebagai media promosi pertunjukan.
PETIK LAUT MUNCAR ECOTOURISM AND LITERARY TOURISM Novi Anoegrajekti; Asrumi Asrumi; Sudartomo Macaryus; Dian Herdiati; Ifan Iskandar
Prosiding Seminar Nasional dan Internasional HISKI 2020: 29TH INTERNATIONAL CONFERENCE ON LITERATURE AND HISKI 36TH ANNIVERSARY IN GORONTALO 2020 (Lite
Publisher : Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/psni.v0i0.52

Abstract

Petik Laut Muncar is a village ritual for fishing communities in the Muncar Beach area. Bersih Desa represents gratitude for the fish-catch and safety that have been obtained during the past years by expecting for future catches and safety. This article aimed to explain marine rituals’ potential, namely Petik Laut as a basis for developing ecotourism and literary tourism. The research used the ethnographic method which began with providing library data by reading the library sources, such as books, articles, proceedings, and news about the potential of Petik Laut Muncar. The data obtained from the library sources were complemented by field data obtained through observation, participation, and in-depth interviews with selected informants, namely the head of the Muncar fishermen association, person-in-charge of Muncar fish market, businessmen for processing fish and other marine biotas, and local government in the Muncar’s Fishermen Beach area. Data analysis was carried out continuously since the data provision stage. Data interpretation is carried out semiotics by placing each event as a cultural sign that is interrelated as a whole. The potential for ecotourism on Muncar Fisherman Beach is mangrove forest, coral reef cultivation, and pearl shell cultivation. The potential for literary tourism at Muncar Fishermen Beach is the life story of Buyut Sayid Yusuf as a pioneer of the Muncar fishing village who was buried in Sembulungan Beach. The legend of Ulupang-pang Beach relating to the historical background of the struggle of the Using Banyuwangi people against the Dutch. and local government in the Muncar Fishermen Beach area. Data analysis was carried out continuously since the data provision stage. Data interpretation was carried out semiotically by placing each event as a cultural sign that was mutually related as a unity. The potential for ecotourism on Muncar’s fisherman was mangrove forest, coral reef, and pearl oyster cultivation. The potential for literary tourism at the Muncar Fishermen Beach area was the life story of Buyut Sayid Yusuf as a pioneer of Muncar fishing village who was buried in Sembulungan Beach. The legend of Ulupang-pang Beach related to the historical background of the struggle of the Using Banyuwangi people against the Dutch. and local government in the Muncar Fishermen Beach area.
PETIK LAUT RITUAL: FROM MYTH TO FESTIVAL Novi Anoegrajekti; Sudartomo Macaryus; Asrumi Asrumi
Prosiding Seminar Nasional dan Internasional HISKI 2021: PROCEEDING INTERNATIONAL CONFERENCE ON LITERATURE HISKI (NOVEMBER 2021)
Publisher : Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/psni.v0i0.14

Abstract

This study aims to explain the dynamics of folk tales called as myths about fisherman figures, Buyut Kalong and Buyut Sabar as parts of the implementation of Petik Laut Muncar. This ethnographic study was started by collecting data from number of literatures and data obtained from participatory observations and in-depth interviews with Muncar fishing community leaders. Data analysis was carried out continuously since the data collection stage. Data interpretation was done by interpreting each event as a cultural phenomenon that was interrelated as a whole. The results showed that the dynamics from myths to festivals involved fishing communities, community leaders, religious scholars, and the local government of Banyuwangi
ETIKA LINGKUNGAN HIDUP DALAM NOVEL KUBAH DAN ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI DAN RELEVANSINYA SEBAGAI PEMBELAJARAN SASTRA Venus Khasanah; Novi Anoegrajekti; Samsi Setiadi
Prosiding Seminar Nasional dan Internasional HISKI 2023: THE 31st HISKI INTERNATIONAL CONFERENCE ON LITERARY LITERACY AND LOCAL WISDOM (JUNI 2023)
Publisher : Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/psni.v3i0.78

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip etika lingkungan yang direpresentasikan dalam novel Kubah dan Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari serta relevansinya terhadap pembelajaran sastra. Teori yang digunakan dalam kajian ini adalah teori etika lingkungan menurut Arne Naess dan A. Sonny Keraf. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan ekologi sastra dan secara khusus disebut ekokritik sastra. Peneliti memaparkan penelitian ini mengarah pada penjelasan deskriptif sebagai ciri khas dari penelitian kualitatif. Dalam hal ini, peneliti mendeskripsikan prinsip-prinsip etika lingkungan yang digambarkan melalui sikap dan perilaku para tokoh. Metode ilmiah yang diterapkan dalam kajian ini adalah pendekatan wacana yang terdapat dalam ekokritik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel Kubah mengandung delapan prinsip etika lingkungan, yaitu (1) sikap hormat terhadap alam; (2) prinsip tanggung jawab; (3) solidaritas kosmis; (4) prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam; (5) prinsip “no harm”; (6) prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam; (7) prinsip keadilan; dan (8) prinsip integritas moral. Adapun di dalam novel Orang-Orang Proyek terkandung sembilan prinsip etika lingkungan hidup, yaitu (1) sikap hormat terhadap alam; (2) prinsip tanggung jawab; (3) solidaritas kosmis; (4) prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam; (5) prinsip “no harm”; (6) prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam; (7) prinsip keadilan; (8) prinsip demokrasi; dan (9) prinsip integritas moral. Prinsip-prinsip tersebut merupakan cara yang efektif untuk menanamkan budaya dan membentuk karakter bangsa. Penguatan karakter peserta didik merupakan kunci terciptanya sikap dan perilaku masyarakat selaras dengan alam dan menjaga kelestarian alam. Dengan demikian, sastra perlu dioptimalkan untuk digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran sastra.
TRANSFER OF LITERATURE: The Transformation of Myths, Statues, and Banyuwangi Gandrung Festival Novi Anoegrajekti; Endang Caturwati; Sudartomo Macaryus
Prosiding Seminar Nasional dan Internasional HISKI 2023: THE 31st HISKI INTERNATIONAL CONFERENCE ON LITERARY LITERACY AND LOCAL WISDOM (JUNI 2023)
Publisher : Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/psni.v3i0.121

Abstract

Mode of transfer is the art of adapting to a new target work. Therefore, it can potentially be done by adding, subtracting, or changing. It is also a process of transition and conversion from one medium to another. Transfer of rides as a form of revitalization of oral traditions. Usually, the works of art that are adapted are popular works, and known in the world, but there are also works that are only known after the work is adapted. In this study, we discussed the folklore “Sri Tanjung” and the performing arts “Gandrung Banyuwangi”. Sri Tanjung legend, the origin of the name Banyuwangi district told the wife's loyalty to her husband. This legend was often brought up in local arts and culture. Gandrung as a traditional art tend to be a source of inspiration for the emergence of various creative industries, such as literary works, sculptures, souvenirs, and gandrung batik motifs. Some of these opportunities had been used by the community, especially the MSMEs in Banyuwangi. This study focused on explaining the implementation of literary revitalization as one of the efforts to protect literature supported by the Law.No. 5/2017 on Cultural Advancement as an effort to increase cultural resilience and Indonesia's contribution in the midst of world civilization through the protection, development, utilization, and development of culture. Through ethnographic method, this study began by collecting library data from various sources. The library source was complemented by field data obtained through observation, participation, and in-depth interviews with traditional arts actors, community leaders, cultural observers, bureaucrats, and the arts community. The transfer study was analyzed using adaptation theory by exploring the development of sustainable creative adaptation. The practice of adaptation was the essence of storytelling itself. It implied that telling the same story from different points of view can create much different interpretations, and an adapted work is a whole new work. Through the transfer process, it has become an absolute necessity if we want to develop myths, form traditions, and focus on economic development based on creativity and innovation.
PENERAPAN PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BERBASIS KEARIFAN LOKAL NGAOS, MAMAOS, DAN MAENPO SEBAGAI BAGIAN TIGA PILAR BUDAYA CIANJUR Librilianti Kurnia Yuki; Novi Anoegrajekti; Ninuk Lustyantie
Prosiding Seminar Nasional dan Internasional HISKI 2023: THE 31st HISKI INTERNATIONAL CONFERENCE ON LITERARY LITERACY AND LOCAL WISDOM (JUNI 2023)
Publisher : Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/psni.v3i0.75

Abstract

Artikel ini merupakan kajian dengan pendekatan kualitatif deskriptif berdasarkan observasi, wancara melalui angket pertanyaan yang diberikan kepada 30 orang siswa SMA kelas XI dari 34 siswa yang mengisi 4 orang adalah siswa kelas XII SMA di kabupaten Cianjur. Angket wawancara di sebar berdasarkan jenjang kelas XI yang disebarkan secara acak melalui google formulir pada tahun 2022 kemudian di analisis menggunakan analisis data Bogdan dan Biklen. Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang adanya fenomena siswa Sekolah Menengah Atas yang tidak lagi menyukai sastra seperti puisi dibuat dengan latar belakang pengalaman pribadi saja tanpa memasukan nilai edukasi yang mengandung unsur-unsur kearifan lokal seperti ngaos, mamaos, dan maenpo. Oleh karena itu penelitian ini dibuat untuk memberikan konsep baru dalam menerapkan pembelajaran menulis puisi berbasis kearifan lokal Ngaos, Mamaos, dan Maenpo sebagai bagian Tiga Pilar Budaya Cianjur di Tingkat Sekolah Menengah Atas. Hasilnya diperoleh bahwa pembelajaran menulis puisi menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan cara memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai konsep tiga pilar budaya Cianjur kepada para siswa lebih efektif dalam menghasilkan karya sastra puisi yang memiliki nilai edukasi bagi penyitasnya serta mampu mengekpresikan maksud dan tujuan si penulis lebih dalam lagi
SHIFTING IN THE MEANING OF THE DEBUS PERFORMANCE SPELL: THE ISLAMIC IDENTITY OF THE BANTEN COMMUNITY Ezik Firman Syah; Novi Anoegrajekti; Nuruddin Nuruddin
Prosiding Seminar Nasional dan Internasional HISKI 2023: THE 31st HISKI INTERNATIONAL CONFERENCE ON LITERARY LITERACY AND LOCAL WISDOM (JUNI 2023)
Publisher : Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/psni.v3i0.98

Abstract

Debus Banten performing arts has a mantra in performing its rituals and performances. These mantras are used in the Jangjawokan debus school as a diversion for the Qodriyah and Rifa'iyah sects of debus, which do not use mantras according to the early spread of Islam in their performances. The use of mantras in the Jangjawokan genre debus certainly has meaning for each recited mantra. The purpose of this study is to describe the shift in the importance of the Debus Mantra as the Islamic identity of the Banten people. This study uses the Ethnographic method of the Spradley model with the perspective of cultural studies used to explain the Islamic identity of the Banten people in understanding the meaning of the Jangjawokan mantra debus. The results showed that the discovery of the spell when the to debus performance began by using Roland Barthes' Semiotic theory in expressing the meaning of the Jangjawokan debus mantra. Even though the Jangjawokan debus used mantras in their performances, Islamic values were still embedded in the mantras when the debus performances started. The recitation of prayers in the meaning of this mantra is intended to present the saints and prophets and ask for their help to keep the debus players from harm during the performance.
“UPAK APEM”: REPRESENTASI KECERDASAN PENARI GANDRUNG MENGOLAH KATA Anoegrajekti, Novi; Macaryus, Sudartomo; Caturwati, Endang; Anwar, Miftahulkhairah
Prosiding Seminar Nasional dan Internasional HISKI 2024: Konferensi Internasional Kesusastraan XXXII HISKI (Maret 2024)
Publisher : Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51817/psni.v1i0.159

Abstract

Tembang “Upak Apem” dibawakan oleh penari gandrung tanggapan pada adegan seblang-seblang. Adegan terakhir tersebut merepresentasikan niat penari gandrung untuk memohon diri dan meminta maaf kepada keluarga yang menanggap dan para penonton bila ada tutur kata dan perilaku yang tidak berkenan. Selain itu, adegan seblang-seblang juga berisi ajakan untuk kembali pada kehidupan dan melaksanakan tugas kewajiban dalam keluarga dan dalam masyarakat. Adegan seblang-seblang antara lain membawakan tembang “Candra Dewi”, “Kembang Gandrung”, “Sekar Jenang”, dan “Upak Apem”. Tembang terakhir berupa serangkaian basanan yang strukturnya sama dengan pantun dalam bahasa Melayu atau parikan dalam bahasa Jawa. Sumber data penelitian adalah penari gandrung profesional yang memiliki kepiawaian dalam menciptakan bahasan. Interpretasi data dilakukan secara tekstual dan kontekstual dalam pergelaran gandrung tanggapan. Basanan sebagai tindakan mengolah bahasa dengan struktur yang ketat memerlukan kemampuan dan kecepatan dalam menentukan pilihan kata yang sesuai untuk menyampaikan maksud, sesuai dengan pesanan penonton atau dorongan yang hendak disampaikan penari gandrung. Secara struktural, basanan dikemas dengan menggunakan kaidah estetis khususnya pola rima akhir yang sama.
TRADISI PEMBUATAN KAPAL DALAM MASYARAKAT MARITIM MELALUI SEJARAH, KEARIFAN LOKAL BERBASIS INDISTRI KREATIF DI MASYARAKAT PULAU TIDUNG KEPUALAUAN SERIBU Attas, Siti Gomo; Anoegrajekti, Novi; Azmin, Gres Grasia; Wardani, Rizki
Prosiding Seminar Nasional dan Internasional HISKI 2024: Konferensi Internasional Kesusastraan XXXII HISKI (Maret 2024)
Publisher : Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51817/psni.v1i0.150

Abstract

Pulau Tidung di Kepulauan Seribu, Jakarta, menawarkan keindahan alam dan sejarah maritim yang kaya. Tradisi pembuatan kapal di pulau ini, warisan sejarah maritimnya, dan potensi industri kreatif menjadi fokus artikel ini. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian mencakup sejarah, pelestarian tradisi dan pengaruh kearifan lokal dalam pembuatan kapal. Pulau Tidung memiliki keberagaman jenis kapal tradisional, seperti Pinisi, Jong, dan Juanga, mencerminkan kekayaan budaya Indonesia. Tradisi pembuatan kapal di Pulau Tidung tidak hanya praktik teknis, tetapi juga ekspresi nilai-nilai lokal dan kearifan budaya. Industri kreatif berbasis kearifan lokal dapat berkembang melalui pengembangan produk, promosi wisata, penyerapan tenaga kerja lokal, dan produksi souvenir. Metode penelitian melibatkan teknik observasi dan wawancara, menghasilkan pemahaman mendalam tentang sejarah, pelestarian, dan pengaruh kearifan lokal dalam tradisi pembuatan kapal. Potensi pengembangan industri kreatif di Pulau Tidung mencakup desain produk modern, tur pembuatan kapal, penyerapan tenaga kerja lokal, dan produksi souvenir. Artikel ini menyimpulkan bahwa Pulau Tidung memiliki potensi untuk menciptakan ekosistem industri kreatif yang berkelanjutan, memberikan dampak positif terhadap perekonomian dan melestarikan kearifan budaya setempat.
Co-Authors Abdul Latif Bustami Abdullah, Khairul Hafezad Abdullah, St. Nur Fadillah Abu Bakar Ramadhan Muhamad Aceng Rahmat Aceng Rahmat Aceng Rahmat, Aceng Achmad Naufal Irsyadi Agustiani, Indah Windra Dwie Alifiah Nurachmana Almyra Diah Pangestu Anak Agung Gde Raka Andriwinata, Momon Anis Rahmawati Arif Firmansyah Asrumi Asrumi Asrumi Asrumi Asrumi Aulia Fauziah Azmin, Gres Grasia D. Nurfajrin Ningsih Diah Pangestu, Almyra Dian Herdiati Dzulqarnain, M. Iskandar Ekka Nur Islahiyah Endang Caturwati Endry Boeriswati Ezik Firman Syah Fida Ul Haq, Muhammad Gomo Attas, Sitti Hanni Miladia Maharani Hanny Rasni Heru S.P. Saputra Heru S.P. Saputra Heru S.P. Saputra Ifan Iskandar Ihwan Rahman Bahtiar Ikwan Setyawan Ikwan Setyawan, Ikwan Imam Qalyubi Imawati, Endah Irsyadi, Achmad Naufal Izzah, Latifatul Kartikasari Ratih Kusumayanti, Dina Dyah Librilianti Kurnia Yuki Librilianti Kurnia Yuki M. Zamroni Miftahulkhairah Anwar Miranti - Misrita Muhammad Kamal Bin Abdul Hakim Muhammad Nur, Kholid Rosyidi Munibi, Ahmad Zaki Nando Zikir Mahattir Ninuk Lustyantie Ninuk Lustyantie Nuruddin Nuruddin Pradicta Nurhuda Pusposari, Wulan Putu Ngurah Suyatna Yasa Rafli, Zainal Ratna Dewanti Ratna Dewanti Rendra Wirawan Rezky Alviniyanti Yosawati Samsi Setiadi Samsi Setiadi Sandi Budiana Sharfuddin Tajuddin Shobrina Imamah, Nurul Siminto Siti Ansoriyah Siti Gomo Attas Siti Syamsiah Renny Tounbama Suci Annisa Caroline Sudartomo Macaryus Sudartomo Macaryus Sudartomo Macaryus Sudartomo Macaryus Sudartomo Macaryus Sudartomo Macaryus Sudartomo Macaryus Sudartomo Macaryus, Sudartomo Sunarti Mustamar Sya, Mega Febriani Tantut Susanto Titik Maslikatin Venus Khasanah Venus Khasanah Venus Khasanah Wardani, Rizki Yoesoef, M Yuliati Eka Asi