Ringkasan: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih menjadi pemicu utama morbiditas dan mortalitas pada balita di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan kejadian ISPA pada balita ditinjau dari karakteristik anak, perilaku keluarga, dan kondisi lingkungan rumah di wilayah kerja Puskesmas Ofa Padang Mahondang, Kabupaten Asahan. Penelitian ini menggunakan studi observasional analitik dengan desain case control, melibatkan 180 responden terdiri atas 90 kasus dan 90 kontrol. Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dan observasi langsung, kemudian dianalisis menggunakan uji Chi-square dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil menunjukkan bahwa usia balita 21–40 bulan memiliki proporsi tertinggi dalam kelompok kasus. Seluruh variabel lingkungan fisik dan perilaku keluarga menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kejadian ISPA (p < 0,05). Balita yang tinggal di rumah dengan ventilasi tidak memenuhi syarat memiliki risiko ISPA 5,25 kali lebih besar (CI 95%: 2,74–10,07). Suhu dan kelembaban tidak memenuhi syarat berisiko 4,17 kali lipat (CI 95%: 2,16–7,80), dan kepadatan hunian tinggi berisiko 3,76 kali lipat (CI 95%: 2,01–7,05). Anak yang tidak terpapar asap obat nyamuk bakar dan asap rokok memiliki risiko lebih rendah terhadap ISPA dengan OR masing-masing sebesar 0,18 (CI 95%: 0,09–0,34) dan 0,23 (CI 95%: 0,12–0,42). Kondisi fisik rumah dan perilaku keluarga berperan signifikan terhadap kejadian ISPA pada balita. Intervensi promotif dan preventif berbasis rumah tangga perlu ditingkatkan untuk menurunkan risiko ISPA di masyarakat.