Claim Missing Document
Check
Articles

Regulasi Adipogenesis oleh mTORC1 melalui Jalur ST A T3 Triawanti, Triawanti; Indra, M Rasjad; Tjokroprawiro, Askandar; Sujuti, Hidayat
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 27, No 3 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1125.568 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2013.027.03.1

Abstract

Obesitas  merupakan  suatu  penyakit  kelebihan  massa  lemak  tubuh  yang  mempunyai  efek  merugikan  bagi  kesehatan.  Pada saat  ini  proses  adipogenesis  menjadi salah  satu  target  terapi  obesitas.  Salah  satu  jalur  yang  diduga  teraktivasi  pada  proses adipogenesis  adalah  melalui aktivasi  ST A T3  yang  salah  satu  jalur  hulunya  melalui protein  mammalian target  of rapamycin complex 1 (mTOR). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan proses adipogenesis melalui jalur ST A T3 yang diaktivasi oleh  mTORC1.  Penelitian  ini  merupakan  penelitian  eksperimental  dengan  rancangan  post  test  only  control.  Untuk penghambatan  mTORC1  digunakan  rapamycin  dan  penghambatan  ST A T3  digunakan  inhibitor  ST A T3  peptide.  Subjek penelitian  adalah  kultur  primer  sel  preadiposit  yang  diambil  dari  lemak  viseral  tikus  putih  Rattus  norvegicus.  Setelah  kultur sel preadiposit dinilai konfluen minimal 70-80% dilakukan induksi diferensiasi dan dibagi menjadi  4 kelompok yakni (K) kontrol  (A):   diberi rapamycin  10  nM,  (B):  diberi  inhibitor  ST A T3  100  µM (C):  diberi  inhibitor  ST A T3  100  µM dan   rapamycin10  nM.  Parameter  yang  diukur  adalah  aktivasi  p70S6K1,  ST A T3,  ekspresi  C/EBPδ,  aktivitas  enzim  Glyserol-3-fosfodehidrogenase  (GPDH)  pada  hari  ke-2,  ke-4  dan  ke-6  serta  gambaran  morfologis  sel  adiposit.  Analisis  statistik menggunakan uji ANOVA, Duncan dan korelasi Pearson dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian membuktikan terjadi  penghambatan  proses  adipogenesis  karena  penghambatan  aktivasi  p70S6K1,  dan  ST A T3  oleh  rapamycin  dan inhibitor ST A T3.
Serbuk Daun Kelor Menurunkan Derajat Perlemakan Hati dan Ekspresi Interleukin-6 Hati Tikus dengan Kurang Energi Protein Dwi, Agustiana; Endang, Tinny; Sujuti, Hidayat
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 26, No 3 (2011)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1216.547 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2011.026.03.1

Abstract

Kurang energi protein (KEP) merupakan salah satu bentuk malnutrisi karena rendahnya asupan gizi. Pada KEP gambaran histopatologi  liver  akan  menunjukkan  perlemakan  hati  yang  bereaksi  dengan  radikal  peroksidasi  membentuk  lipid peroksidasi  yang  meningkatkan  ekspresi  Interleukin6  (IL-6).  Penelitian  ini  dilakukan  untuk  membuktikan  bahwa  konsumsi serbuk daun kelor dapat  menurunkan derajat  perlemakan hati  dan ekpresi IL-6  pada KEP .  Penelitian dilakukan dengan desain post test only control group, pada enam kelompok (diet normal, diet rendah protein, diet rendah protein dengan empat  perlakuan  dosis  kelor  yaitu  180  mg,  360  mg,  720  mg,  1440  mg.  Diet  rendah  protein  diberikan  dalam  2  bulan kemudian    dilanjutkan  dengan  1  bulan  diet  normal  yang  ditambahkan  serbuk  daun  kelor .    Hasil  uji  One  Way  ANOVA menunjukkan bahwa pemberian serbuk daun kelor pada semua dosis dapat menurunkan derajat perlemakan hati dan ekspresi  IL-6.   Pada  dosis  720  mg/hari,  derajat  perlemakan  hati  dan  ekspresi  IL-6  menurun hingga  sama  dengan  kelompok normal. Dapat disimpulkan bahwa pemberian serbuk daun kelor pada KEP dapat menurunkan derajat perlemakan hati dan  ekspresi  IL-6.Kata  Kunci:  Ekspresi  IL-6,  kurang  energi  protein,  perlemakan  hati,  serbuk  daun  kelor
Efek Pemberian Ekstrak Kulit Jeruk Keprok (Citrus Reticulata) terhadap Cell-Cycle G1 Arrest dan Apoptosis pada Sel Kultur Retinoblastoma Rohaya, Syarifah; Hariwati, Hariwati; W, Lely Retno; Sujuti, Hidayat
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 28, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.198 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2014.028.02.2

Abstract

Retinoblastoma adalah kanker intraokular yang terjadi pada anak usia dini, disebabkan oleh terganggunya supresor tumor gen RB baik secara herediter maupun nonherediter. Tatalaksananya adalah enukleasi, eksentrasi, kemoterapi, laser fotokoagulasi, cryotherapi, dan radioterapi. Apabila tidak diobati hampir seluruh pasien mengalami proses desak ruang dan penyebaran tumor. Kemoterapi bukan merupakan pilihan terapi selektif karena hal ini semakin merusak sel normal pada jaringan yang normal. Sehingga peneliti mencari alternatif terapi seperti ekstrak kulit jeruk keprok yang memiliki fungsi sebagai anti karsinogenik, anti tumor, anti invasif dan anti metastasis. Penelitian ini merupakan analitik eksperimental pada sel kultur retinoblastoma yang dipapar dengan ekstrak kulit jeruk keprok. Sel kultur retinoblastoma dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol,  kultur+ekstrak kulit jeruk keprok dosis 10mg/mL, kultur+ekstrak kulit jeruk keprok dosis 20mg/mL dan kultur+ekstrak kulit jeruk keprok dosis 40mg/mL. Diinkubasi selama 72 jam lalu dilakukan pengecatan dengan propidium iodide untuk diperiksa menggunakan flowcitometry. Hasil pemeriksaan dengan flowcitometry berupa gambaran histogram dari siklus sel dan apoptosis. Sel kultur retinoblastoma pada fase G1/S, kelompok kontrol (15,03±3,03), kelompok ekstrak kulit jeruk keprok dosis 10mg/mL (12,47±2,51), 20mg/mL (12,30±1,33) dan 40mg/mL (10,80±1,52) (p=0,027) menunjukkan bahwa ekstrak kulit jeruk keprok tidak menginduksi G1 arrest. Pada data apoptosis, kelompok kontrol (35,0±3,96), kelompok ekstrak kulit jeruk keprok dosis 10mg/mL (33,63±0,88), 20mg/mL (38,48±8,96) dan 40mg/mL (64,42±2,09) (p=0,000) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kulit jeruk keprok menginduksi apoptosis pada sel kultur retinoblastoma. Kulit buah jeruk keprok (Citrus reticulata) mengandung berbagai macam senyawa flavonoid, yang bertindak sebagai anti-karsinogenik, anti-tumor, anti-invasif dan anti-metastasis. Pemberian ekstrak kulit jeruk keprok tidak menginduksi cell-cycle G1 arrest tetapi menginduksi proses apoptosis.Kata Kunci: Apoptosis, cell-cycle G1 arrest, ekstrak kulit jeruk keprok (Citrus reticulata), sel kultur retinoblastoma
Aktivitas Sitotoksik Fraksi Heksana Terung Pokak (Solanum torvum) terhadap Sel Kanker T47D Helilusiatiningsih, Nunuk; Yunianta, Yunianta; Harijono, Harijono; Widjanarko, Simon Bambang; Sujuti, Hidayat
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 30, No 4 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2019.030.04.4

Abstract

Terung pokak adalah tanaman dari genus Solanum yang diperkirakan memiliki sifat antikanker. Tujuan penelitian ini menganalisis kandungan dan aktivitas sitotoksik fraksi heksana terung pokak terhadap sel kanker T47D secara invitro. Uji identifikasi senyawa pada fraksi heksana terung pokak menggunakan uji kualitatif dengan penapisan fitokimia dan  (Gas Chromatography-Mass Spectometry), uji sitotoksik menggunakan metode MTT, uji siklus sel kanker T47D dan apoptosis menggunakan metode flowcytometry.  Hasil uji fitokimia menunjukkan terung pokak  mengandung alkaloid, saponin, glikosida dan steroid.  Hasil uji identifikasi kimia fraksi heksana  terung pokak menunjukkan 29 komponen yaitu asam asetat, asam propionat, 2- pentenal, 2- metilfuran, 1- penten-3-on, asam butirat, 2 -metilbutan, 2,3 butanedion, dimetil disuksipirazin, lfida, asam valerat, furfural, 3- heksanon, metional, heksanal, benzaldehid, 2-heptenal, 4- heptenal, 1,5 - octadien 3-on, 2- butilfuran, 3,5- oktadien-2- on, 1 okten-3-on, 2-pentilfuran, 2,6-nonadienal, 2- nonenal, 2- Isopropil-3-metoksipirazin, linalool, 2- isobutil metoksipirazin, dekalakton. Fraksi heksana terung pokak bersifat sitotoksik terhadap sel kanker T47D  dengan IC50 sebesar  85,58µg/mL. Fraksi heksana terung pokak dapat menghambat siklus sel T47D pada fase G0-G1 sebesar 35,84%, fase S 27,05%, fase G2-M 37,46% dari pengamatan 20.000 sel T47D . Fraksi heksana terung pokak dapat memacu apoptosis awal sebesar 28,89% dan apoptosis akhir  1,04% dari pengamatan 20.000 sel T47D.  Hasil tersebut menunjukkan bahwa  fraksi heksana terung pokak bersifat sitotoksik, menghambat proliferasi dan memacu apoptosis sel T47D, sehingga layak dikembangkan  sebagai antikanker.
Hubungan Kadar Sistein, Kadar Interleukin (IL) -1 dan Lama Hari Rawat pada Anak Gizi Buruk Chabibi, Mochamad Chabibi; Puryatni, Anik -; Sujuti, Hidayat -
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.03.12

Abstract

Gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan utama di negara berkembang, dan melatar belakangi lebih dari 50% kematian. Pada gizi buruk terjadi penurunan protein maupun asam amino, salah satunya sistein, asam amino yang mengandung sulfur. Kekurangan sistein berkaitan dengan sistim kekebalan tubuh karena sistein merupakan unsur pembentuk gluthatione yang merupakan antioksidan. Tujuan penelitian untuk membuktikan bahwa pada anak gizi buruk, kadar sistein & IL-1β lebih rendah serta jumlah hari rawat lebih tinggi dibandingkan kontrol dan hubungan antara ketiga parameter tersebut. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional, pada 19 anak gizi buruk dan 19 kontrol, dengan mengukur kadar sistein, IL-1β dan hari rawat. Perbandingan kadar sistein, IL-1β dan hari rawat dianalisis menggunakan independent samples t-test. Korelasi antara kadar sistein, IL-1β dan hari rawat dianalisis menggunakan korelasi Pearson. Kadar sistein pada anak gizi buruk lebih rendah bermakna dibandingkan kontrol (3,493±1,015 vs 4,656±0,577ng/ml; p=0,000). IL-1β pada anak gizi buruk lebih rendah bermakna dibandingkan kontrol (52,66±9,95 vs 65,46±7,99)ng/mL; p=0,000). Lama hari rawat pada penderita gizi buruk lebih tinggi bermakna dibandingkan kontrol (21,89±10,31 vs 8,53±4,06)ng/L; p=0,000). Kadar sistein berkorelasi positif dengan kadar IL-1β (p=0,000; r=-0,961). Kadar sistein tidak berkorelasi dengan hari rawat (r=0,112;p=0,648). Kadar IL-1β tidak berkorelasi dengan hari rawat (r=-0,020; p=0,934). Pada anak dengan gizi buruk, kadar sistein dan IL-1β lebih rendah serta hari rawat lebih tinggi dibandingkan kontrol. Terdapat korelasi antara kadar sistein dengan IL-1β, tidak ada korelasi antara sistein dan IL-1β dengan hari rawat pada anak gizi buruk.Kata Kunci: Gizi buruk, interleukin-1β, hari rawat, sistein
Inhibition of Amino Acid-mTOR Signaling by a Leucine Derivative Induces G1 Arrest in Jurkat Cells Hidayat, Sujuti; Yoshino, Ken-ichi; Tokunaga, Chiharu; Hara, Kenta; Matsuo, Masafumi; Yonezawa, Kazuyoshi
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 18, No 2 (2002)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2675.512 KB)

Abstract

mTOR, asam amino sensor, berperan dalam siklus pertumbuhan dan pembelahan sel melalui pengaturan aktivitas dari p70 S6 kinase dan eukaryotic initiation factor 4E binding protein 1. Dalam penelitian sebelumnya, telah diamati bahwa N-Acetylleucine arnide, turunan dari L-leucine, menghambat aktivitas dari p70 S5 kinase pada sel hepatoma tikus. Pada peneltian ini, ingin diketahui apakah N-acetylleucine arnide menghambat asam amino-mTOR signaling. N-Acetylleucine arnide mengakibatkan berhentinya siklus pembelahan sel di fase G1 pada sel Jurkat, human leukimia T sel, bersamaan dengan terhambatnya aktivitas dari p70 S6 kinase dan terhambatnya degradasi dari p27 protein. N-Acetylleucine arnide juga menyebabkan dephosphorilasi dari retinablastoma protein. Efek yang tersbut diatas menunjukkan bahwa N-Acetylleucine arnide mempunyai efek seperti rapamycin dalam menghambat asam amino-mTOR signaling yang menyerupai rapamycin dalam menghambat siklus pembelahan sel.
KADAR INSULIN-LIKE GROWTH FACTOR-1 (IGF-1) AIR SUSU IBU DAN HUMAN BETA DEFENSIN-2 (HBD-2) FESES TERHADAP LUARAN KLINIS NEONATUS Kurniawan, Bayu; Puryatni, Anik; Sujuti, Hidayat
Majalah Kesehatan FKUB Vol 7, No 1 (2020): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (48.199 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2020.007.01.2

Abstract

Prevalensi sepsis neonatal meningkat 40% pada prematuritas, bukti klinis menunjukkan etiologi translokasi bakteri pencernaan. American Academy of Pediatrics merekomendasikan pemberian ASI pada neonatus prematur. ASI berkontribusi pada fungsi pertahanan pencernaan melalui growthfactors, antimicrobial protein and peptides,dan sitokin.Growth factors ASI yang signifikan pada maturitas usus neonatus adalahIGF-1; IGF-1menunjukkan efek protektif selama peradangan pencernaan. Diagnosis definitif infeksi pencernaan pada neonatus prematur sulit ditegakkan. Pemeriksaan dini biomarker feses yang non-invasifmenjadi prioritas, peptida yang teridentifikasi pada feses neonatus dan berhubungan dengan inflamasi adalah HBD-2. Penelitian tentang pola kadar IGF-1ASI dan HBD-2 feses neonatus sebagai biomarker inflamasi terbatas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola kadar IGF-1ASItransisi dan HBD-2feses neonatus terhadap luaran klinis neonatus. Sampel penelitian adalah 24 pasangan ibu dan neonatus yang dikumpulkan pada Bulan Juni-Agustus 2019di ruang neonatologi RSSA Malang. Sampel dikelompokkan menjadi 4 kelompok berdasarkan usia kehamilannya. Karakteristik pasangan ibu-neonatus dan luaran klinis neonatus dikumpulkan. Kadar IGF-1ASItransisi dan HBD-2 feses diukur dengan metode ELISA dan kemudian dilakukan analisis statistik. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna meankadar IGF-1ASI transisi dan HBD-2 feses dari tiap kelompok (p<0,05); kadar IGF-1 ASI transisi berbanding lurus dengan usia kehamilan (r=0,611) dan sebaliknya kadar HBD-2 feses (r=-0,725) (p<0,05).Terdapat perbedaan kadar HBD-2 feses yang bermakna pada luaran klinis patologis neonatus (feeding intolerance, enterokolitis nekrotikan, dan penggunaan ventilasi mekanik) (p<0,05).Disimpulkan bahwa prematuritas menunjukkan kadar IGF-1 ASI transisi yang rendah dan peningkatan kadar HBD-2 feses, sehingga meningkatkan risiko infeksi saluran pencernaan.  
KADAR SECRETORY IMMUNOGLOBULIN A DAN HUMAN ß DEFENSIN-2 TINJA PADA NEONATUS PREMATUR YANG MENDAPAT AIR SUSU IBU SAJA, SUSU FORMULA SAJA, DAN KOMBINASINYA Primawardani, Putri; Sulistijono, Eko; Sujuti, Hidayat
Majalah Kesehatan FKUB Vol 7, No 1 (2020): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (858.408 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2020.007.01.3

Abstract

Sekretori IgA dan human ß-defensin-2 berperan penting dalam pertahanan saluran cerna. Penelitian ini bertujuan menilai SIgA dan hBD-2 tinja neonatus prematur (sebagai penanda inflamasi) terkait pemberian nutrisi. Penelitian dirancang secara cross sectional dengan 39 neonatus prematur yang dibedakan menjadi kelompok ASI saja, susu formula saja, serta kombinasinya. Kadar SIgA dan hBD-2 tinja diukur dengan   ELISA, dan dianalisis secara statistik. Kadar SIgA tinja neonatus prematur yang mengonsumsi ASI saja lebih tinggi bermakna (p < 0,005). Kadar hBD-2 pada kelompok yang mengonsumsi susu formula saja lebih tinggi namun tidak berbeda bermakna (p = 0,463) dengan kelompok kombinasi. Kesimpulan penelitian ini, kadar sIgA tinja neonatus yang mengonsumsi ASI saja lebih tinggi bermakna. Kadar human ß-defensin-2 tinja neonatus prematur yang mengonsumsi susu formula saja lebih tinggi, namun tidak berbeda bermakna dengan kelompok kombinasi.
EFEK PAPARAN PROGESTERONE TERHADAP EKSPRESI TIROSIN HIDROKSILASE DAN AKTIFITAS LOKOMOTOR, SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KADAR AROMATASE-B PADA EMBRIO ZEBRAFISH (Danio rerio) Hanif, Hanif; Soeharto, Setyawati; Sujuti, Hidayat
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 4 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (766.306 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2019.006.04.1

Abstract

Selain berperan dalam sistem reproduksi, progesterone juga mempunyai peran dalam sistem saraf. Progesterone diketahui berperan dalam proses perkembangan sel Purkinje pada tikus. Sel dopaminergik mempunyai peran penting dalam tubuh khususnya fisiologi pergerakan. Perubahan konsentrasi dopamin dapat berakibat pada timbulnya kelainan seperti Parkinson dan amyotropik lateral sklerosis. Pada zebrafish, sel dopaminergik dapat diidentifikasi dengan pengamatan pada tirosin hidroksilase dan pengamatan aktifitas pergerakan dapat dilakukan penilaian aktifitas lokomotor. Pemahaman terhadap hal ini akan membantu upaya terapi penyakit-penyakit neurodegeneratif terkait dopamin.Tujuan penelitian ini adalah membuktikan pengaruh progesterone pada sel saraf dopaminergik embrio zebrafish melalui pengamatan ekspresi tirosin hidroksilase, aktifitas lokomotor dan peran progesterone dalam regulasi estrogen melalui aromatase B. Sebanyak 30 embrio zebrafish dipelihara dan dikultur dalam cawan dengan terpapar progesterone pada medium dengan konsentrasi 0,1, 1, dan 10 µM. Penelitian diulang tiga kali menggunakan masa peneluran yang berbeda. Teknik imunositokimia dengan marker fluoresens digunakan untuk mengamati perubahan ekspresi tirosin hidroksilase pada diensefalon saat 48 hpf. Pengukuran aktifitas lokomotor dilakukan dengan kuantifikasi gerakan larva selama 1 menit pada usia 144 hpf. Ekspresi mRNA aromatase B dinilai dengan metode RT-PCR menggunakan primer Arom-B pada usia 48, 72, dan 96 hpf. Analisis statistik menggunakan ANOVA dengan nilai p < 0,05. Progesterone menurunkan ekspresi tirosin hidroksilase pada daerah diensefalon embrio zebrafish. Progesterone terbukti menurunkan aktifitas lokomotor larva. Paparan progesterone menyebabkan peningkatan ekspresi mRNA aromatase B terutama pada usia 72 hpf dan 96 hpf. Kesimpulannya, progesterone dapat mempengaruhi sel dopaminergik embrio zebrafish melalui penekanan ekspresi tirosin hidroksilase, aktifitas lokomotor, dan meningkatkan ekspresi mRNA aromatase B.
HUBUNGAN KADAR IL-8 DAN IL-4 PADA ANAK DENGAN STATUS EPILEPTIKUS Affandi, Haykal; Sujuti, Hidayat; Permatasari, Happy Kurnia; Muid, Masdar
Majalah Kesehatan FKUB Vol 5, No 4 (2018): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.696 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.005.04.2

Abstract

Status epileptikus merupakan suatu kegawatan di bidang neurologi yang memerlukan diagnosis dan terapi yang sesuai. Ketidakseimbangan sitokin proinflamasi dan antiinflamasi bisa menyebabkan kejang yang berlangsung lama. Sitokin proinflamasi dapat mengaktivasi kaskade signaling dan merusak sawar darah-otak yang mengawali mekanisme terjadinya kejang. Penelitian ini ingin mengetahui perbedaan kadar IL-8 dan IL-4 pada anak status epileptikus, kejang tanpa status epileptikus, dan demam tanpa kejang sehingga bisa dijadikan prediktor kejadian status epileptikus. Desain penelitian adalah cross sectional dengan 30 sampel yang terdiri dari 10 anak status epileptikus, 10 anak kejang tanpa status epileptikus, dan 10 anak demam tanpa kejang. Pengukuran IL-8 dan IL-4 menggunakan metode ELISA. Analisis data menggunakan uji one way ANOVA dan korelasi Spearman dengan menggunakan SPSS-23. Didapatkan kadar IL-8 (p = 0,000) berbeda signifikan dan kadar IL-4 tidak berbeda signifikan (p = 0,818) pada status epileptikus, kejang tanpa status epileptikus dan demam tanpa kejang. Namun, rasio IL-4/1L-8 menunjukkan perbedaan yang signifikan (p = 0,000) di antara kelompok. Dapat disimpulkan ada hubungan antara kadar  IL-8, rasio IL-4/IL-8 dengan status epileptikus, namun tidak ada hubungan yang signifikan pada kadar IL-4. 
Co-Authors A. Harijono A.A. Ketut Agung Cahyawan W Abdalrauf A Mahmud Yousif Abdalrauf A Mahmud Yousif, Abdalrauf A Mahmud Abdussalam Ashour, Abdussalam Achmad Rudijanto Adinda Chika Anindita Affandi, Haykal Agung Prasetyo Wibowo Agustiana Dwi Agustiana Dwi Indiah Ventiyaningsih Agustina Tri Endharti Ala Shukri Eshami, Ala Shukri Analis W Wardhana Anik Puryatni Anisak, Siti Ariani Ariani Ariani Ariani Arifin, Mochammad Samsul Arsinah Habibah Fitriah, Arsinah Habibah Arum, Mentari Sekar Askandar Tjokroprawiro Astika Swastirani Aulanni'am, Aulanni'am Aulia Yasmin, Aulia Bagus Hermansyah Bambang Rahardjo Bayu Kurniawan Bintang Soetjahjo Bogi Pratomo Wibowo Burhan, Niniek Chabibi, Mochamad Chabibi Chairinnisa, Elsa Safira Christina Dewi Dalhar, Mochamad Dewi, Ni Ketut Ayu Feriyanti Dian Handayani Dian Nugrahenny Diana Lyrawati Diana Lyrawati Dicky Faizal Irnandi Didi Candradikusuma Didi Candradikusuma Dr.Ir. Yunianta, DEA Dwi Jayasa, Pande Made Dwi Jayasa, Pande Made Dwi Yuni Nur Hidayati Edi Mustamsir Edi Widjajanto Edi Widjajanto Edwin Widodo Effendi, Ma'sum Eko Sulistijono Elok Zubaidah Erma Sulistyaningsih Ery Olivianto Fardizia Putri Alia Feni Istikharoh Fibrianto, Yuda Fita Shofiyah Gading, Inges Manggar Gerry Gunawan, Gerry H., Nunuk Handono Kalim Hanif Hanif Happy Kurnia Permatasari Hara, Kenta HARI PURNOMO Hariwati Hariwati Hasfiani, Yuliatin Huda Rohmawati Husna, Ully Husnul Khotimah Ika Kustiyah Oktaviyanti Indrayanti Indrayanti Indriati Dwi Rahayu Inggita Kusumastuty Josef Sem Berth Tuda Juniartha, Putu Kalsumy, Umi Kanthi Permaningtyas Tritisari, Kanthi Permaningtyas Karyono Mintaroem Karyono Mintaroem Karyono Mintaroem Karyono mitaroem, Karyono Krisni Subandiyah Krisni Subandiyah Kusworini Handono Laily Yuliatun Lavina Sofia Ardani Lely Retno W Leny Budhi Harti Lestari, Bayu Lirawati, Diana Loeki Enggar Fitri M Rasjad Indra Machlusil Husna, Machlusil Maimun Z Arthamin, Maimun Z Masafumi Matsuo Masdar Muid Masdar Muid Masruroh Rahayu Masruroh Rahayu, Masruroh Mayangsari, Elly Miftahu Soleh Moch. Aris Widodo, Moch. Aris Mochammad Dalhar Mohammad Hidayat Mohammad Hidayat Mohammad S. Rohman Muhammad Ali Faisal Muhammad Rasjad Indra Muhammad Rasjad Indra Nabila Andjani, Nabila Nabila Erina Erwan Nashi Widodo Nathania Bella Claresta Niarti Ulan Sari Siarnu Nindy Sabrina Niniek Burhan Nisrina Nur Afina, Nisrina Nur Nur Kusmiyati Nur Permatasari Nura Fattah Cantika Yoga Nurshalilah Nurshalilah Pande Made Dwi Jayasa Pande Made Dwijayasa Prima Wijayanti, Prima Primawardani, Putri Puryatni, Anik - Putri, Dianita Setya Pradita Putu Juniartha Raisa, Neila Raudhatul Jannah Restuningwiyani, Sintha Retnani, Diah Prabawati Retty Ratnawati Retty Ratnawati Rizky Amalia RR. Ettie Rukmigarsari Salim, Irfan Agus Samsul Arifin Santoso, Giovani Anggasta Satrijo, Budi Selvi Marcellia Septi Nur Rachmawati Setiyaningsih, Fera Yuli Setyawati Soeharto Setyawati Soeharto, Setyawati Shintiya Dewi, Debby Shofiyah, Fita SIMON BAMBANG WIDJANARKO Sintha Restuningwiyani Siti Lintang Kawuryan Siti Narsito Wulan Soetjahjo, Bintang Sri Andarini Sutrisno Sutrisno Syahrul Chilmi, Syahrul Syarifah Rohaya Tatit Nurseta Tatit Nurseta Tatit Nurseta Tika Ardhini Wardoyo Tinny Endang Tinny Endang Hernowati Tokunaga, Chiharu Tri Dewanti Widyaningsih Triawanti Triawanti Tuda, Josef Sem Berth Umar Zein Vierlia, Wino Vrieda Widowati, Hesty Widya Rahmawati Winda Nurtika Yonezawa, Kazuyoshi Yoshino, Ken-ichi Yuda Fibrianto Yudanto, Hendy Setyo Zuly Vita Aulya, Zuly Vita