Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

Penampilan Morfologi dan Sitologi Tanaman Semangka (Citrullus lanatus Thunb.) Hasil Induksi Senyawa Kolkisin Aswat, Amarilla; Hayati, PK Dewi; Sutoyo; Warnita; Kuswandi
JURNAL AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS ANDALAS Vol 7 No 1 (2025)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jagur.7.1.11-17.2025

Abstract

Seedless watermelons, both seeds and fruits, possess a significantly higher economic value than their seeded counterparts. Serif Saga Agrihorti, a variety developed by the Tropical Fruit Research Institute, offers several advantages, including a sweet taste, high fruit yield, bright red flesh, and large fruit size. However, it is characterized by a relatively high number of seeds. The development of a new seedless variety from Serif Saga Agrihorti is crucial. Polyploid induction using mutagenic agents like colchicine is an effective method to obtain tetraploid female parents. This study aimed to identify the optimal method and colchicine concentration for inducing polyploidy in watermelons and to produce putative tetraploid plants. Polyploid induction was conducted using two methods: directly applying colchicine solution to plant shoots and soaking seeds in colchicine solution for 24 and 48 hours at concentrations of 0.2% and 0.4%. The observed traits included stem diameter, leaf length and width, stomatal length and width, pollen diameter, pollen viability, male and female flowering periods, harvesting time, fruit weight, fruit diameter, seed count, and seed dimensions (length and width). Data were analyzed using an unpaired t-test using the Statistical Tools for Agricultural Research (STAR) software. The results identified four putative tetraploid genotypes based on morphological observations of pollen diameter, stomatal size, and seed dimensions. In conclusion, seed soaking in colchicine solution effectively induces polyploidy in watermelons compared to shoot application.
ISLAMIC REWARD SYSTEM MANAGEMENT FOR WORK HAPPINESS MEDIATED BY WORK ENGAGEMENT Dina Hendiyani; Harley Agustian; Sutoyo; Zulfikar
International Journal of Social Science, Educational, Economics, Agriculture Research and Technology (IJSET) Vol. 4 No. 7 (2025): JUNE
Publisher : RADJA PUBLIKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54443/ijset.v4i7.789

Abstract

This study aims to examine the effect of the reward system on work happiness with work engagement as an intervening variable. The data used in this study came from BPJS Ketenagakerjaan employees at the Sumbagut Regional Office in 2024. The results of the study indicate that work engagement is influenced by the financial reward system. In addition, there is a significant effect of the non-monetary reward system on work engagement. The monetary reward system also affects work happiness, as does the non-monetary reward system. Work engagement also has a positive effect on work happiness. Mediation analysis shows that the coefficients on path a, path b, and path c are all significant, so that work engagement acts as a partial mediator in the relationship between the monetary reward system and work happiness at BPJS Ketenagakerjaan Sumbagut. In addition, work engagement also partially mediates the relationship between the non-monetary reward system and work happiness in the same place.
Perbandingan Elevasi Lahan di Agrohills Berdasarkan GPS RTK dengan Data DEMNAS dan DEM ASTER Arif Yusron Afifi; Fausan, Ahmad; Sutoyo
Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 7 No. 3: Desember 2022
Publisher : Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jsil.7.3.201-210

Abstract

Penggunaan GPS RTK dalam analisis elevasi lahan dinilai memiliki keakuratan 7 yang cukup baik, namun penggunaan GPS RTK dalam perencanaan lahan dinilai kurang 8 efektif karena akan membutuhkan biaya yang cukup besar dan membutuhkan waktu yang 9 cukup lama apabila area yang dikaji cukup luas sehingga penggunaan DEM dinilai cukup 10 efisien. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat korelasi elevasi DEMNAS 11 dan DEM ASTER dengan data pembanding yang bersumber dari GPS RTK. Pengambilan 12 data dilakukan dengan mengambil titik XYZ sebanyak 112 titik sample di area Agrohills 13 dengan luas sebesar ± 10 ha menggunakan GPS RTK. Perhitungan secara statistik guna 14 melihat nilai korelasi untuk melihat hubungan dan keakuratan data lapang dan data DEM. 15 Hasil kajian menunjukan bahwa rata-rata perbedaan elevasi antara DEMNAS dan GPS 16 RTK adalah 17,38 m sedangkan DEM ASTER dan GPS RTK memiliki rata-rata perbedaan 17 elevasi sebesar 21,78 m. Elevasi DEMNAS memiliki tingkat korelasi yang cukup baik 18 dengan GPS RTK dengan nilai R2 sbesar 0,819, sedangkan nilai korelasi antara DEMAS-19 TER dengan GPS RTK memiliki nilai R2 senesar 0,739. Perbedaan elevasi antar DEM 20 dapat dipengaruhi oleh resolusi dari tiap DEM. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 21 DEMNAS dapat direkomendasikan sebagai bahan yang dapat digunakan untuk 22 perencanaan lahan di Bogor Barat Agrohills karena memiliki nilai korelasi yang baik 23 dengan GPS RTK.
Analisis Kerentanan dan Penduduk Terdampak pada Bencana Tsunami di Pesisir Selatan Jawa, Studi Kasus: Kabupaten Cilacap Handoyo, GTPAK; Sutoyo; Syafiudin, Moh Fifik
Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 8 No. 2: Agustus 2023
Publisher : Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jsil.8.02.77-84

Abstract

Indonesia memiliki banyak daerah rawan bencana. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tsunami salah satunya gempa bumi yang tidak dapat dihindari mengingat posisi tata letak geografis Indonesia yang berada di Zona megathrust. Sebagian besar gempa bumi ini berpusat di dasar Samudera Hindia dan beberapa di antaranya menimbulkan gelombang laut besar (tsunami) di Pulau Jawa. Penelitian dilakukan di salah satu kabupaten yang berada di selatan Pulau Jawa yaitu Kabupaten Cilacap yang merupakan kabupaten terluas di provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayahnya sekitar 6,2% dari total wilayah Jawa Tengah. Pemodelan tsunami dilakukan menggunakan Model Crunch untuk memprediksi tingkat risiko bencana tsunami. Metode ini merupakan hasil perkalian antara bahaya (hazard) dengan kerentanan (vulnerability). Bahaya tsunami dalam Model Crunch tersebut berupa tinggi gelombang tsunami dan luas genangan, sedangkan kerentanan berupa kepadatan penduduk, elevasi, infrastruktur, dan jarak permukiman dari pantai. Berdasarkan hasil Weighted Overlay Analysist yang dilakukan pada setiap parameter yang telah diklasifikasikan kelas kerentanannya, kerentanan wilayah pesisir Kabupaten Cilacap terhadap bencana tsunami yaitu berada pada kategori cukup rentan hingga rentan. Wilayah pesisir Kabupaten Cilacap berada pada kategori cukup rentan hingga rentan terhadap bencana tsunami, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan seperti alur evakuasi untuk membuat jalur evakuasi jika terjadi bencana tsunami, studi ketahanan masyarakat pesisir dalam menghadapi bencana tsunami dan upaya teknis yang dapat dilakukan melalui kegiatan relokasi, adaptasi, dan proteksi.
Analisis Dampak Bencana Tsunami dan Perencanaan Jalur Evakuasi (Studi Kasus: Kabupaten Sukabumi) Suri, Sulih Almaudi; Sutoyo; Syafiudin, Moh Fifik
Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 9 No. 1: April 2024
Publisher : Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jsil.9.1.11-20

Abstract

Posisi geografi Indonesia berada di atas tiga lempeng aktif, yaitu lempeng Pasifik, Indo-Australia, dan Eurasia yang bergerak konstan sehingga mengakibatkan sesar. Sesar tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, salah satunya berada di Pulau Jawa yaitu Sesar Cimandiri yang terhampar dari barat ke timur melalui Pelabuhanratu hingga Gunung Tangkubanprahu. Lokasi Sesar yang membentang di wilayah Sukabumi menyebabkan berbagai bencana, seperti gempa bumi. Sukabumi dengan garis pantai sepanjang 177 km serta potensi pergeseran sesar di wilayah pantai berpotensi menyebabkan bencana tsunami hingga ketinggian 20 m, sehingga diperlukan analisis wilayah terdampak serta jumlah penduduk terdampak. Analisis dilakukan dengan bantuan software ArcGIS dan QGIS melalui beberapa pengerjaan, seperti permodelan inundasi, permodelan kerentanan wilayah, dan analisis penduduk terdampak. Permodelan inundasi dilakukan dengan memperkirakaan ketinggian gelombang di pinggir pantai sebesar 10, 15, dan 20 meter dan kemudian dilakukan clip dengan tutupan lahan Sukabumi. Jumlah penduduk terdampak dihitung dengan data kepadatan penduduk setiap kecamatan terdampak dan dikalikan dengan luas wilayah terdampak di setiap kecamatan. Luas wilayah terdampak dengan ketinggian run-up 10 meter sebesar 6781,08 ha, pada run-up 15 meter sebesar 9703,75 ha, dan pada run-up 20 meter sebesar 12609,24 ha. Kategori tutupan yang terdampak berupa badan air, empang/tambak, hutan, lahan pertanian, lahan terbangun, lahan terbuka, perkebunan, dan semak belukar. Jumlah penduduk terdampak dengan skenario 10m, 15m, dan 20m sebanyak 74.000 hingga 135.000 jiwa. Permodelan dan analisis tersebut diharapkan memberikan informasi mengenai luasan wilayah terdampak, jenis tutupan lahan terdampak, serta jumlah penduduk terdampak sehingga penelitian dapat dikembangkan. Penelitian mengenai dampak bencana tsunami diharapkan berkembang dengan adanya perencanaan konstruksi bangunan shelter yang memenuhi standar mitigasi.
Pemetaan Kerentanan Bahaya Tsunami dengan Pemodelan Inundansi (Studi Kasus : Kabupaten Bantul) Budiman, Michael Jayanto; Sutoyo; Syafiudin, Moh Fifik
Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 9 No. 2: Oktober 2024
Publisher : Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jsil.9.2.157-166

Abstract

Indonesia terletak di antara tiga pelat tektonik utama dunia yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Eurasia yang saling berinteraksi. Dari interaksi lempeng ini, terdapat potensi gempa besar berdasarkan pemodelan gempa megathrust pada seismic gaps dengan data histori gempa serta tsunami sebelumnya. Akumulasi energi dari seismic gaps ini dapat mencapai titik kritis yang dapat menyebabkan gempa bumi berskala besar dan menimbulkan tsunami. Hasil pemodelan tsunami mecapai ketinggian maksimal 20 m dan 12 m sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa. Tujuan penelitian pada kali ini adalah menganalisis bahaya tsunami untuk mendapatkan luas genangannya, tutupan lahan terdampak tsunami, dan jumlah penduduk yagn terdampak. Bahaya tsunami didapat dari pemodelan inundasi tsunami dengan skenario run up tsunami 10, 15, dan 20 meter. Pemodelan inundasi tsunami menggunakan bantuan tool model builder pada aplikasi ArcGIS dengan mengolah data spasial menggunakan persamaan yang dikembangkan Berryman. Data spasial yang digunakan dalam persamaan ini adalah data tutupan lahan, kelerengan, dan garis pantai. Hasil dari pengolahan ini berupa data luas genangan tsunami berbagai skenario ketinggian. Data tutupan lahan diolah dengan melakukan proses clipping dengan data hasil pemodelan inundasi tsunami. Untuk jumlah penududuk dilakukan dengan mengalikan luas genangan tsunami dengan kepadatan penduduk. Dari hasil pemodelan didapat bahwa luas genangan untuk run up tsunami 10 meter adalah 9,72 km2; run up tsunami 15 meter 15,69 km2; dan run up tsunami 20 meter 21,29 km2. Tutupan lahan berjenis padang rumput, pasir darat, perkebunan, tegalan / ladang, sawah terdampak limpasan tsunami yang luas. Terdapat total 8940 penduduk yang terdampak oleh limpasan tsunami saat ketinggian run up tsunami 10 meter, 15060 penduduk yang terdampak saat run up tsunami 15 meter, dan terdapat dan 23870 penduduk yang terdampak saat ketinggian run up tsunami 20 meter
Analisis Tingkat Kerawanan Dan Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Studi Kasus: Pesisir Kabupaten Tasikmalaya Sidik, Rizqi Fahma; Suharnoto, Yuli; Sutoyo
Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 9 No. 2: Oktober 2024
Publisher : Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jsil.9.2.179-188

Abstract

Kondisi geografis dan geologis, menjadikan Indonesia rawan terhadap bencana geologis seperti gempa bumi dan tsunami. Secara historis, tercatat sejak tahun 1900 hingga tahun 2018, terdapat 134 kejadian tsunami yang melanda wilayah pesisir Indonesia. Salah satu wilayah pesisir yang memiliki potensi terjadinya tsunami adalah wilayah pesisir Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan adanya analisis tingkat kerawanan dan upaya mitigasi tsunami di Kabupaten Tasikmalaya. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu memperkirakan luas wilayah yang terdampak tsunami dengan skenario tinggi gelombang 10 m, 15 m, dan 20 m, menganalisis tingkat kerawanan tsunami, memperkirakan jumlah penduduk yang terdampak, memetakan shelter, tempat evakuasi, dan jalur evakuasi tsunami, serta merencanakan upaya mitigasi struktural. Metode yang digunakan, yaitu dengan tool model builder, weighted overlay, InaSAFE, dan Network Analyst. Hasil pemodelan menunjukkan tsunami setinggi 10, 15, dan 20 meter dapat menggenangi wilayah seluas 12,25 km2, 18,47 km2, dan 24,69 km2. Wilayah Pesisir Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh tingkat kerawanan rendah sebesar 54.62%, kemudian tingkat kerawanan sangat rendah sebesar 26.25%, tingkat kerawanan sedang sebesar 12.61%, tingkat kerawanan tinggi sebesar 5.30%, dan tingkat kerawanan sangat tinggi sebesar 1.22%. Jumlah penduduk terdampak tsunami setinggi 10, 15, dan 20 meter adalah sebanyak 8280, 12320, dan 17770 orang. Terdapat 59 jalur evakuasi, dimana jalur yang termasuk kategori sedang sebanyak 27 jalur, kategori dekat 14 jalur, kategori sangat dekat dan jauh masing-masing sebanyak 9 jalur. Upaya mitigasi struktural yang dilakukan adalah dengan membuat green belt dan sea wall yang efektif mereduksi tsunami dengan tinggi di bawah 15 meter.
Mapping of Road Pavement Conditions on the Cikampak Cicadas to the Segog Pamijahan Road Section Rantelino, Owen; Suharnoto, Yuli; Sudibyo, Tri; Sutoyo
Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 10 No. 1: April 2025
Publisher : Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jsil.10.1.97-106

Abstract

Roads are one of the land transportation infrastructures that have a vital role in supporting community activities. Road damage is often encountered in various places. If left unchecked, handling road damage will cost a lot. The purpose of this study is to identify the type and extent of damage from road pavement and drainage in the study area, as well as determine handling recommendations for road pavement using the Bina Marga method. The method used is the Bina Marga method and the main output of this method is the value of the Priority Order (UP) and the recommendation for handling the observed road. The results of the study showed that the most common type of damage encountered at the study site was elongated cracks with a total area of 582.44m2, and lateral cracks were damages with the smallest total area, which was 6.27 m2. The value of road condition obtained from summing the number of damage in each segment showed that the condition value of 7 was mostly owned by the road segments at the research site, namely 18 segments, while the condition values 3 and 6 were only owned by 1 segment. Recommendations for handling the east side drainage were obtained as a result that 27 segments require routine maintenance, 18 segments require periodic maintenance and 10 segments require addition to the drainage system. The drainage on the west side was obtained as a result of 35 road segments requiring routine maintenance, 14 road segments requiring periodic maintenance and 6 road segments requiring addition to the drainage system. The recommendations for handling on the road were obtained as a result that 10 road segments require routine maintenance, 26 road segments require periodic maintenance and 19 road segments require improvement with the required handling costs of Rp 39,857,105, Rp 302,529,219 and Rp 1,719,020,425 respectively.
Analysis of Green Open Space Changes at Gunung Gede - Cilibende Campus Using Geographic Information System Prawira, Gilang Indracakti; Sutoyo; Putra, Heriansyah
Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 10 No. 1: April 2025
Publisher : Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jsil.10.1.55-64

Abstract

IPB Gunung Gede - Cilibende Campus is one part of IPB University which is used by IPB Vocational School and IPB Business School. With limited land, the increase in the number of students and lecturers, as well as the development of campus infrastructure and facilities has the potential to increase carbon emissions on campus. So it is necessary to have a green space that acts as a carbon dioxide (CO2) absorber and creates a healthier environment at IPB Gunung Gede - Cilibende Campus. This study aims to analyze land use, and changes in green space at IPB Gunung Gede Campus - Cilibende. Processing involved secondary data of satellite imagery of IPB Gunung Gede - Cilibende Campus in 2019-2023 collected from Google Satellite using Google Earth Pro. Digitization was carried out to determine the land use area in calculating the green space ratio and the minimum green space requirement. Land use at IPB Gunung Gede - Cilibende Campus consists of forests, plants, buildings, parking areas, and roads. The percentage of green space in 2019 amounted to 64.05% until 2023 to 45.13%, smaller than the minimum green space requirement of 58%. The Green Roof concept can be applied as a business activity to increase green land area. By applying the Green Roof concept, IPB Gunung Gede - Cilibende Campus gets an additional green open space of 16.5% so the total green space ratio in 2023 becomes 61.63%.
Pengembangan Model Empiris Penentuan Kebutuhan Air Irigasi Penyiapan Lahan Padi Sawah Hemat Air Arif, Chusnul; Purwanto, Moh Yanuar J; Saptomo, Satyanto Krido; Sutoyo; Heryansyah, Arien; Sofiyuddin, Hanhan A.
Jurnal Teknik Sumber Daya Air Vol. 4 No. 1 (Juni 2024)
Publisher : Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56860/jtsda.v4i1.94

Abstract

Currently, in KP-01 the determination of irrigation water requirements for land preparation (KAIPL) for rice fields is still based on the Van de Goor & Zijlstra (VGZ) equation with the assumption of constant discharge. This method is practical in planning but tends to be wasteful in implementation. Therefore, the aim of this paper is to develop an empirical model for determining KAIPL that is more water efficient by implementing intermittent irrigation. The model was developed from the application of inundation at certain periods and water levels for three different soil textures. The empirical model was developed from the VGZ equation by adding constants as factors for intermittent irrigation and soil texture (called the MVGZ model). Then compared with the results of measurements in the field during 2 growing seasons in DI Cihea, West Java. The results show that the constant values for the MVGZ model with heavy, medium and light soil textures are 0.79; 0.76 and 0.73. With this constant, accuracy is obtained with a coefficient of determination (R2) of 0.99. Field validation results show that the MVGZ model is close to the measurement results with water savings of 28-34% compared to the VGZ model. Therefore, the MVGZ model can be applied to determine KAIPL which is more water efficient.