Articles
Book Review: Membongkar Logika Penafsir Agama
Mohammad Muslih
TSAQAFAH Vol 5, No 2 (2009)
Publisher : Universitas Darussalam Gontor
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (357.387 KB)
|
DOI: 10.21111/tsaqafah.v5i2.135
Judul : Speaking in God’s Name: Islamic law,Authority and WomenPenulis : Khaled Abou el-FadlPenerbit : Oneworld Press, Oxford, 2001Tebal : 361 hlm.Edisi terj. : Atas Nama Tuhan, dari Fikih Otoriter keFikih OtoritatifPenerjemah : R. Cecep Lukman YasinPenerbit : Serambi, Jakarta 2004
Pengembangan Ilmu Sosial Model Fenomenologi dan Hermeneutika
Mohammad Muslih;
Abdul Rohman;
Yusuf Al Manaanu;
Abdul Aziz
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30870/hermeneutika.v7i1.10160
Penerapan metodologi yang digunakan dalam paradigma positivisme kepada ranah ilmu sosial menjadikan problem tersendiri. Karena metodologi yang digunakan sebagai alat mengukur ilmu-ilmu alam diterapkan pula kepada ilmu-ilmu sosial. Hal ini tentu saja bertolak-belakang dengan karakteristik manusia sebagai subjek dari ilmu sosial. Dampaknya adalah hilangnya subjektifitas dalam penerapan penelitian terhadap ilmu sosial. Dari sini kemudian muncullah beberapa tawaran baru mengenai metodologi penelitian ilmu sosial seperti fenomenologi dan hermeneutika. Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menganalisis pengembangan ilmu sosial yang dilakukan melalui model fenomenologi dan hermeneutika, yang pada prinsipnya mengembalikan peran subjek dalam ilmu sosial yaitu manusia. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan fenomenologi dan hermeneutika berikut beberapa tokohnya. Agar data yang diperoleh tersebut dapat diungkap secara jelas, karenanya peneliti menggunakan metode analisa isi teks yang menginterpretasikan tema-tema yang dibahas dalam buku-buku yang menjelaskan fenomenologi dan hermeneutika tersebut. Dan setelah dilakukannya penelitian, peneliti mendapatkan hasil bahwa ada kesinambungan alur perkembangan ilmu sosial mulai fenomenologi Husserl, hermeneutika klasik Schleiermacher, Dilthey hingga Gadamer. Dan tentunya mengembalikan manusia sebagai objek penelitian. Karena bagaimanapun ketika berbicara mengenai ilmu sosial tentunya tidak dapat lepas dari manusia sebagai aktor utamanya. Sehingga, peneliti sampai pada kesimpulan bahwa dari fenomenologi hingga hermeneutika, merupakan estafet alur pengembangan ilmu sosial yang pada akhirnya akan memunculkan produktivitas ilmu-ilmu sosial yang baru.
Reputation, Transparency, Trust and Waqif's Perception on Nadzir’s Professional Toward Intention to Act Waqf: Empirical Study in Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG)
Azidni Rofiqo;
Mohammad Muslih;
Diyan Novita Sari
Journal of Islamic Economic Laws Vol 4, No 2: July 2021
Publisher : Muhammadiyah University Press
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23917/jisel.v4i2.14870
This study aims to explore the reputation, transparency, trust, waqif perception of nadzir’s professionalism, and the intention to pay waqf in Gontor Institution. This study based on the theory of planned behavior (TPB) which examines the effect of reputation, transparency, trust toward waqif perception of Nadzir’s professionalism and intention to pay waqf. The approach this study is a quantitative approach with structural equation modeling-partial least square (SEM-PLS) measurements. The number of respondents 200 alumni of the Pondok Modern Darussalam Gontor. The findings in this study indicate that reputation, transparency, trust have a significant positive effect on the intention to pay waqf at Pondok Modern Darussalam Gontor with the waqif’s perception of nadzir’s professionalism as mediating effect. Other findings indicate that trust as moderating effect between reputation and waqif perception of nadzir’s professional.
TELAAH PROBLEM HADIS PERSPEKTIF SEKULER: SEBUAH PENGANTAR: Telaah Problem Hadis Perspektif Sekuler; Sebuah Pengantar
Mohammad Muslih;
Fachri Khoerudin;
Amir Amir Reza
al-Afkar, Journal For Islamic Studies Vol. 5, No. 1, January 2022
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1014.006 KB)
|
DOI: 10.31943/afkarjournal.v5i1.245
Pembahasan mengenai hadis terus dilakukan oleh para ulama, dari mulai generasi mutaqaddimîn, mutaakhirîn sampai pada generasi kontemporer (hadîtsiyyah) pada masa sekarang.kajian mereka mengenai hadis tidak pernah lepas dari dua hal; dirâyah dan riwâyah. Kajian mengenai hadis dari sisi dirayah adalah kajian tentang asal-usul tentang kenapa dan bagaimana hadis tersebut muncul. maka jelas bahwa tujuan kritik hadis –baik matan ataupun sanad- yang dilakukan oleh para ulama terdahulu adalah untuk menjaga validitas hadis itu sendiri dari unsur-unsur lain yang bukan hadis. Sehingga muncul istilah-istilah seperti hadis sahih, hadis dhaif, hadis hasan dan hadis maudhu. Dalam artian, ada hadis yang benar-benar hadis dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, bahkan ada juga hadis yang sebenarnya tidak bisa disebut hadis (psudou-hadis, maudhu’). Pengkategorian seperti itu adalah hasil dari kritik hadis yang dilakukan oleh para ulama sepanjang lintasan sejarah. Makalah ini menghasilkan setidaknya kita bisa menyimpulkan bahwa sasaran kritik mereka tertuju pada sumber, sanad, matan dan hadis-hadis yang ahad. Tentu kritikan tersebut tidak serta-merta dapat diterima dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah, mengingat ada beberapa problem yang harus diluruskan ketika kegiatan kritik hadis dalam perspektif sekuler dilakukan. Dalam konteks ini, kritik tersebut dilakukan oleh orientalis dan para pengikutnya sebagaimana yang telah dijelaskan
ETHICAL ASPECT OF DIPLOMACY OF PROPHET MUHAMMAD (BASIC PRINCIPLE)
Indra Ari Fajari;
Mohammad Muslih;
Yuangga Kurnia Yahya
Jurnal Al-Dustur Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : IAIN Bone
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30863/jad.v4i2.1820
Ethics is a branch of philosophy that discusses good and bad. This study still relevant to be examined and discussed until now, because by studying ethics, someone is able to find and obtain all the good things as well as to avoid the bad. However, ethics is often separated from the practice of life, one of them is modern diplomacy. Diplomacy is all the efforts made to regulate the relationship among nations. Thus, ethics of diplomacy in this sense can be meant as a basic principle or practice of diplomacy which is accountable, tolerant, and fair. Since this study is attempted to reveal how the ethics of diplomacy of Prophet Muhammad, then this study uses ethical perspective of Islam. In this approach, researcher used: first, the descriptive analysis methods to further explore the basic principle regarding diplomacy of Prophet Muhammad. Second, the critical analysis method to discover the implications and problems of the principles and practice of diplomacy in the modern era. Regarding this method, it was discovered that in fact the basic principle and practice of diplomacy of Prophet Muhammad are based on tawhīd.
Pengembangan Ilmu Berparadigma Integratif
Mohammad Muslih
Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars No Seri 1 (2017): AnCoMS 2017: Buku Seri 1
Publisher : Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Wilayah IV Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (274.743 KB)
|
DOI: 10.36835/ancoms.v0iSeri 1.28
The construction of integrative scientific paradigm is a grand scientific project, however the success of the reconstruction of a new paradigm that is not enough, because still must be supported by the availability of functional and effective methodology. This paper intends to offer methodology of science development, based on integrative paradigm, which is not only functional and effective, but give guarantee for productivity, as well as safe from the shackles of a practice pseudo-scientific, and excessive practice of ideological science. Scientific development model "methodology of research programs" offered here, on the one hand would be sufficient as an answer to doubts about competability to the Islamic sciences, and on the other hand denied also fear of loss or erosion of Islamic values with increasing scientific research, or development of scientific reasoning in general.
Integrasi Ilmu dan Agama menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas dan Ian G Barbour
Mohammad Muslih;
Heru Wahyudi;
Amir Reza Kusuma
Jurnal Penelitian Medan Agama MEDAN AGAMA, VOL. 13, NO. 1, JUNI 2022
Publisher : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.58836/jpma.v13i1.11740
Hubungan ilmu sains dan agama adalah ada kaitan antar keduanya dalam sejarah mengalami benturan. Bagi sains Islam, agama adalah inheren tidak dapat dipisahkan dengan sains. Sains Islam berpegang kepada dîn atau agama. Agama Islam berlandaskan wahyu kitab suci alQur’an. Syed Muhammad Naquib al-Attas dan Ian G Barbour merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dalam dunia Pendidikan khususnya bidang Agama dan Sains. Al-Attas terkenal dengan gagasan Integrasi Agama dan Sains. Bagi saintis Muslim al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan yang darinya dikembangkan segala macam disiplin seperti Ilmu syari’ah seperti, akidah, fikih,.dengan menggunakan deskriptif komparatif makalah ini menemukan Dalam integrasi agama dan sains Al-Atas melalui tahap pengklasifikasian dari tiga unsur: ketidakterbatasan sains, kemuliaan tanggung jawab untuk mencarinya dan keterbatasan hidup manusia. Ian G. Barbour memiliki pendapat tentang Integrasi antara agama dan sains hubungan yang intensif diperhatikan dari pendekatan hubungan dengan mencari integrsi tepat sains dan agama
STATUM AGAMA DALAM SEJARAH SAINS ISLAM DAN SAINS MODERN
Mohammad Muslih;
Amir Reza Kusuma;
Sofian Hadi;
Abdul Rohman;
Adrian Syahidu
Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya Vol. 6 No. 2 (2021): Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya
Publisher : Institut Agama Islam Ma'arif NU (IAIMNU) Metro Lampung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.25217/jf.v6i2.1845
Agama Islam berlandaskan wahyu berupa kitab suci al-Qur’an. Bagi saintis Muslim, al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan yang darinya dikembangkan segala macam disiplin ilmu. Ilmu syari’ah seperti, akidah, fikih, kalam, filsafat tanpa menafikan disiplin ilmu umum seperti astronomi, kedokteran, fisika, kimia dan sebaginya. Pada sisi yang berbeda, sains Modern menafikan peran agama dalam kajian keilmuan. Hingga pada akhirnya, sains Modern menjauhkan diri dari doktrin agama. Makalah ini terfokus mengkaji statum (posisi) agama dalam perspektif sains Islam dan sains Modern (Barat) dengan kajian kepustakaan yang menekankan pada aspek tekstual. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa agama adalah inheren tidak dapat dipisahkan dengan sains. Sains Islam berpegang kepada dîn atau agama, sedang sains Modern tidak lagi berpijak pada agama, hingga berakumulasi pada kerusakan yang ditimbulkan. Hal ini memicu saintis Muslim mengambil sikap tanggap yaitu dengan menyodorkan solusi gagasan Islamisasi terhadap sains Modern. Langkah tersebut sebagai respon atas dampak yang dirasakan oleh umat Islam. Islamisasi terhadap sains Modern selayaknya mampu menjadi solusi terhadap kerusakan dan kehancuran yang ditimbulkan oleh para saintis Modern.
Integrasi Agama dan Sains: Telaah Pemikiran Holmes Rolston
Mohammad Muslih;
Novita Najwa Himaya;
Fitri Masturoh
Risalah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam Vol. 9 No. 1 (2023)
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra Indramayu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31943/jurnal_risalah.v9i1.429
Wacana agama dan sains tidak hentinya digaungkan dan terus dikaji utamanya oleh beberapa akademisi tak terkecuali oleh beberapa perguruan tinggi. Hal tiada lain untuk memperkuat titik temu antara agama dan sains, terlebih terdapat beberapa anggapan yang menyatakan bahwasannya agama dan sains yang tidak dapat disatukan. Konsep integrasi menjadi salah satu upaya dalam wacana dikotomi agama dan sains salah satunya adalah pandangan Holmes Rolston salah satu filsuf yang mempertemukan teologi yaitu agama dan teori yaitu sains dalam metodologi. Melalui konsep metodologi Holmes Rolston, integrasi antara agama dan sains dapat tumbuh dan berkembang bahkan saling mengisi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka. Dari telaah yang penulis lakukan terhadap pandangan Holmes Rolston mengenai integrasi agama dan sains, sebagai respon dari sikotomi agama dan sains yang menjawab bahwasannya anatara teologi yaitu agama dan teori yaitu sains dapat bertemu dalam sebuah metodologi.
The Problem of Relativism and Its Implication on Contemporary Issues in Islam Based on Al-Attas’ Worldview Theory
Mohammad Muslih;
Ahmad Faizin Soleh;
Martin Putra Perdana;
Ach Fuad Fahmi
Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya Vol. 8 No. 1 (2023): Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya
Publisher : Institut Agama Islam Ma'arif NU (IAIMNU) Metro Lampung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.25217/jf.v8i1.3235
The relativism problem –allegedly has become a frightening specter for a stable religious and social existence. Relativism which believes there is no absolute truth; the truth is relative, raises a problem by denying the existence of God's truth and declaring that human is the measure of all things. Even though human statements, when viewed from this review, also become very relatively charged. Therefore, an in-depth study of relativism and its implication for Islam must be investigated. This paper tried to provide a solution problem of relativism by using the worldview theory from Al-Attas, which can guide humans to know the direction and purpose of their behavior in viewing actual reality. The authors used a qualitative research method, collected data on the issues raised from various reading sources such as books and journals, and analyzed data using Al-Attas' theory. Critical analysis methods supported by solid historical reviews found that this understanding of relativism triggered other notions that deconstructed the truth claims of Islam as a complete religion and messed up fixed Sharia law 'śawābit'. Relativism is the root cause of multi-dimensional problems, especially religion and social issues. Therefore, the existence of an ideal moral measure that is universal is necessary and manifest.