Meningkatnya jumlah janda muda di Kabupaten Polewali Mandar menjadi isu sosial yang cukup besar, khususnya jika dilihat dari perspektif gender. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong perempuan melakukan perceraian di usia muda dan dampak sosial yang mereka hadapi pasca perceraian. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi terhadap janda muda di Kecamatan Polewali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan untuk menjadi janda muda dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), campur tangan orang tua, perselingkuhan, serta perasaan diabaikan atau diremehkan oleh pasangannya. Lebih jauh, pernikahan dini tanpa kesiapan emosional dan ekonomi yang memadai memperburuk ketahanan rumah tangga. Perceraian dipandang oleh para informan sebagai pilihan rasional untuk menjaga martabat, kesejahteraan mental, dan mengejar kehidupan yang lebih bermakna. Setelah perceraian, para perempuan ini sering menghadapi tantangan sosial seperti stigma negatif, beban keuangan, dan peran ganda sebagai pencari nafkah dan pengasuh tunggal. Temuan ini menyoroti kebutuhan mendesak akan dukungan dari keluarga, masyarakat, dan lembaga pemerintah dalam melindungi dan memberdayakan perempuan yang memilih untuk hidup sebagai janda muda.