Epilepsi adalah penyakit otak kronik karena aktivitas abnormal otak danmengakibatkan kejang berulang. Terdapat faktor risiko yang berkaitan dengan epilepsi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko epilepsi anak meliputi usia awitan epilepsi, jenis kelamin, berat bayi lahir, usia gestasi, riwayat kejang demam, riwayat epilepsi pada keluarga, riwayat infeksi sistem saraf pusat, dan riwayat tumor otak. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif di Komunitas Epilepsi Indonesia. Data primer diperoleh melalui wawancara pendamping pasien anak dengan metode consecutive sampling dan didapatkan 77 sampel. Hasil penelitian menunjukkan usia awitan epilepsi <1 tahun (42.9%), 1-5 tahun (39.0%), jenis kelamin laki-laki (54.5%) dan perempuan (45.5%). Faktor lain didapatkan riwayat berat bayi lahir rendah (13.0%), berat bayi lahir normal (84.4%), sedangkan riwayat usia gestasi preterm (18.2%), usia gestasi aterm (79.2%), riwayat kejang demam sederhana (7.8%), riwayat kejang demam kompleks (19.5%), dan tanpa riwayat kejang demam (72.7%), riwayat infeksi sistem saraf pusat (5.2%) dan tanpa riwayat infeksi sistem saraf pusat (94.8%), riwayat tumor otak (3.9%) dan tanpa riwayat tumor otak (96.1%). Riwayat epilepsi pada keluarga didapatkan first degree relatives (2.6%), second degree relatives (6.5%), dan tanpa riwayat epilepsi pada keluarga (90.9%). Kesimpulan penelitian ini adalah didapatkan pasien epilepsi anak paling banyak usia awitan epilepsi <1 tahun, berjenis kelamin laki-laki, riwayat berat bayi lahir normal, riwayat usia gestasi aterm, tanpa riwayat kejang demam, tanpa riwayat epilepsi pada keluarga, tanpa riwayat infeksi sistem saraf pusat, dan tanpa riwayat tumor otak.Kata Kunci : epilepsi, anak, faktor risikoEpilepsi adalah penyakit otak kronik karena aktivitas abnormal otak danmengakibatkan kejang berulang. Terdapat faktor risiko yang berkaitan dengan epilepsi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko epilepsi anak meliputi usia awitan epilepsi, jenis kelamin, berat bayi lahir, usia gestasi, riwayat kejang demam, riwayat epilepsi pada keluarga, riwayat infeksi sistem saraf pusat, dan riwayat tumor otak. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif di Komunitas Epilepsi Indonesia. Data primer diperoleh melalui wawancara pendamping pasien anak dengan metode consecutive sampling dan didapatkan 77 sampel. Hasil penelitian menunjukkan usia awitan epilepsi <1 tahun (42.9%), 1-5 tahun (39.0%), jenis kelamin laki-laki (54.5%) dan perempuan (45.5%). Faktor lain didapatkan riwayat berat bayi lahir rendah (13.0%), berat bayi lahir normal (84.4%), sedangkan riwayat usia gestasi preterm (18.2%), usia gestasi aterm (79.2%), riwayat kejang demam sederhana (7.8%), riwayat kejang demam kompleks (19.5%), dan tanpa riwayat kejang demam (72.7%), riwayat infeksi sistem saraf pusat (5.2%) dan tanpa riwayat infeksi sistem saraf pusat (94.8%), riwayat tumor otak (3.9%) dan tanpa riwayat tumor otak (96.1%). Riwayat epilepsi pada keluarga didapatkan first degree relatives (2.6%), second degree relatives (6.5%), dan tanpa riwayat epilepsi pada keluarga (90.9%). Kesimpulan penelitian ini adalah didapatkan pasien epilepsi anak paling banyak usia awitan epilepsi <1 tahun, berjenis kelamin laki-laki, riwayat berat bayi lahir normal, riwayat usia gestasi aterm, tanpa riwayat kejang demam, tanpa riwayat epilepsi pada keluarga, tanpa riwayat infeksi sistem saraf pusat, dan tanpa riwayat tumor otak.Kata Kunci : epilepsi, anak, faktor risiko