Kegiatan pengembangan budidaya rumput laut Eucheuma cottonii saat ini telah berhasil mengembangkan bibit hasil kultur jaringan untuk mengoptimalisasikan penyediaan bibit rumput laut, sehingga para pembudidaya tidak hanya mengandalkan penggunaan bibit lokal yang berulang sajaPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan dan kandungan pigmen rumput laut E.cottonii yang dibudidayakan menggunakan bibit lokal dan kultur jaringan. Penelitian dilakukan di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL), Gerupuk, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat selama 42 hari dengan metode patok dasar. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan rancangan acak lengkap yang terdiri dari 2 perlakuan jenis bibit, yaitu A ( bibit lokal) dan B (bibit kuljar) dengan 30 ulangan. Parameter yang diukur adalah berat mutlak, laju pertumbuhan harian, produksi rumput laut, kandungan klrofil dan fikoeritrin serta kualitas air. Data dinalisa menggunakan uji statistik non-parametrik (Uji t) t-Student menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bibit hasil kultur jaringan dan bibit lokal memberikan pertumbuhan dan produksi yang berbeda. Penggunaan bibit hasil kultur jaringan merupakan perlakuan terbaik karena dapat memberikan bobot mutlak rumput laut E. cottonii sebesar 201,17 g, laju pertumbuhan harian sebesar 2.62% / hari dan produksi rumput laut sebesar 609,60 g/m, didukung oleh kandungan pigmen klorofil-a dan fikoeritrin yang tinggi yaitu berturut-turut 1,60 mg/L dan 6,13 mg/L Hubungan kandungan pigmen dan laju pertumbuhan rumput laut secara umum memiliki korelasi yang kuat baik pada penggunaan bibit hasil kultur jaringan maupun bibit lokal dengan nilai koefisien korelasinya (R2) diatas 50%. Penggunaan bibit hasil kultur jaringan dapat meningkatkan produktivitas yang lebih baik dalam budidaya E.cottonii. Eucheuma cottonii seaweed cultivation development activities have now succeeded in developing tissue culture seeds to optimize the supply of seaweed seeds, so that cultivators do not rely solely on the repeated use of local seeds.This study aimed to analyze the growth and pigment content of E. cottonii seaweed cultivated using local seeds and tissue culture. The study was conducted at the Marine Cultivation Fisheries Center (BPBL), Gerupuk, Central Lombok, West Nusa Tenggara for 42 days using the baseline method. This study was an experiment with a completely randomized design consisting of 2 treatments of seed types, namely A (local seeds) and B (tissue culture seeds) with 30 replications. Parameters measured were absolute weight, daily growth rate, seaweed production, chlorophyll and phycoerythrin content and water quality. Data were analyzed using non-parametric statistical test (t-test) t-Student using SPSS program. The results showed that the use of tissue cultured seeds and local seeds gave different growth and production. The use of tissue culture seedlings is the best treatment because it can provide an absolute weight of E. cottonii seaweed of 201.17 g, daily growth of 2.62% / day and seaweed production of 609.60 g/m, supported by the high content of chlorophyll-a and phycoerythrin pigments, 1.60 mg/L and 6.13 mg/L, respectively. In general, the relationship between pigment content and growth rate of seaweed has a strong correlation both in the use of tissue culture seeds and local seeds with a correlation coefficient (R2) above 50%. The use of tissue cultured seedlings can increase better productivity in the cultivation of E. cottoni