Claim Missing Document
Check
Articles

PF-18 Photomicrograph of Nanogel Andrographolide-Beta Cyclodextrine Inclusion Complex As Anti-Burns Bayu Febram Prasetyo; Ietje Wientarsih; Dondin Sajuthi; Vetnizah Juniantito
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.194 KB)

Abstract

Inclusion complex is a complex formed between drug molecules which act as guest or located inside the cavity of host molecule. Host molecules are commonly originated from the derivative group of cyclodextrin. Among cyclodextrin groups, beta cyclodextrin (BCD) is mostly used in formula development and drug delivery system [1].Andrographolide (AG) is a pure isolate chemically syntesized from sambiloto herbs (Andrographis paniculata Nees), in the form of needle cystal-like which is colorless and extremely bitter. AG has variety of medical properties, particularly as anti-inflamation to treat skin burns [2]. However AG has poor solubility in water. This will result in low abillity to solute, penetrate membrane, and distribute the drug when applied transdermally in burn skin. In burn skin, there is tendency to skin damage, especially in stratum corneum which acts as semipermeable barrier. The ability of drugs that applied transdermally tends to be high.Formation of inclusion complex using AG and BCD to increase the ability of AG in penetrating membrane should be done. Transmission Electron Microscope (TEM) is a fast technique to confirm the formation of drug or inclusion complex by  comparing the shape and particle size [3]. Study on percutaneous penetration of AG-BCD inclusion complex is produced through solvent evaporation method at mole ration 1:2 in viscolam gel preparation.
KIVP-3 Pengamatan Performa Pada Sapi FH Jantan yang Diberi Suplementasi Mineral Zinc Sus Derthi Widhyai; Dondin Sajuthi; Setyo Widodo; Anita Esfandiari; Retno Wulansari; Agus Wijaya; Chusnul Choliq; Agus Lelana; Leni Maylina; Arief Purwo Mihardi
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.391 KB)

Abstract

Permintaan dunia terhadap protein hewani sangat besar dan terus meningkat setiap tahunnya. Kebutuhan yang meningkat tidak dibarengi dengan kemampuan penyediaan protein hewani yang cukup sehingga sebagian besar dipenuhi melalui import. Pemenuhan protein dalam negeri diharapkan mampu meningkatkan kualitas maupun kuantitas daging melalui perbaikan mutu nutrisi sehingga mampu bersaing dengan pihak luar. Salah satu sumber protein hewani selain dari ternak potong, adalah memanfaatkan sapi jantan dari sapi perah FH. Oleh karena itu ternak jantan dapat digunakan sebagai alternatif sumber protein hewani dalam upaya untuk penyediaan pangan asal ternak.  Pembangunan peternakan diarahkan agar produk ternak dalam negeri mampu bersaing dengan produk ternak impor dalam rangka memantapkan ketahanan pangan nasional. Mineral Zn dilaporkan mampu memperbaiki skor marbling karkas [1].  Hal ini penting untuk memperbaiki kualitas karkas daging sebagai sumber protein hewani. Belum banyak informasi tentang efek suplementasi Zn terhadap pertambahan bobot badan terutama pada sapi FH jantan. Oleh karena itu pengamatan tentang suplementasi Zn terhadap performa (bobot badan) pada sapi FH jantan perlu dilakukan.
KIVSA-7 Persentase Kejadian Hiperbilirubinemia pada Kucing Zulfitra Utami Putri; Dondin Sajuthi; Erni Sulistiawati
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.653 KB)

Abstract

PENDAHULUANHiperbilirubinemia merupakan kondisi patologis akibat terjadinya peningkatan kadar bilirubin di dalam darah (1). Hiperbilirubinemia ditandai dengan temuan klinis berupa ikterus. Ikterus dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk yaitu prehepatik, hepatik dan posthepatik.Ikterus prehepatik dapat disebabkan oleh meningkatnya bilirubin indirek di dalam darah yang dapat terjadi akibat adanya destruksi sel darah merah secara berlebihan (hemolisis). Kondisi ini pada kucing dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti immune mediated hemolytic anemia (IMHA), perubahan sekunder dari penyakit infeksius seperti feline infectious peritonitis (FIP), feline leukemia virus (FeLV), dan infeksi Mycoplasma haemofelis (5). Ikterus prehepatik tidak hanya terkait dengan adanya hemolisis namun juga dipengaruhi oleh kapasitas organ hati dalam mengkonjugasi bilirubin yang terkait dengan hypoxic liver damage yang umumnya terjadi bersamaan dengan anemia (8).Ikterus hepatik merupakan adanya akumulasi bilirubin indirek atau direk akibat adanya kerusakan atau gangguan pada organ hati. Kondisi ini dapat disebabkan oleh hepatik lipidosis, kolangitis, toksik hepatopati dan hepatik neoplasia (5). Sedangkan, ikterus posthepatik yaitu adanya akumulasi bilirubin direk akibat gangguan traktus hepatobiliari atau obstruksi saluran empedu. Yangmana pada kucing umumnya terkait dengan feline triaditis syndrome dan liver fluke (2)(7).Hiperbilirubinemia pada kucing kurang sensitif jika digunakan sebagai indikator gangguan pada hati karena kurang dari 50% kejadian kasus gangguan fungsi hati pada kucing menunjukkan adanya hiperbilirubinemia yang disertai dengan ikterus (6). Gangguan fungsi hati berkorelasi dengan adanya kondisi anemia. Anemia dapat terjadi selama adanya gangguan fungsi hati setelah terjadinya infeksi, perdarahan atau neoplasia (4).Penulisan ilmiah ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kejadian hiperbilirubinemia pada kucing melalui penelusuran lebih lanjut terkait ada atau tidaknya anemia dan mengkaji berbagai kausa yang mempengaruhi.
The oxidation of low-density lipoprotein (LDL) is believed to be the initiating factor for the development and progression of atherosclerosis.  Curcuminoid, the metabolite of Zingiberaceae family such as temu mangga (Curcuma mangga), has been shown to reduce the susceptibility of LDL to oxidation. In this study, we examined the effect of curcuminoid extracted from temu mangga on copper ion-induced lipid peroxidation of low density lipoprotein (LDL) in mice’s macrophages and Macaca nemestrina’s m Trini i Susmiat; Sulistiyani .; Dondin Sajuthi; Latifah K. Darusman
Forum Pasca Sarjana Vol. 33 No. 1 (2010): Forum Pascasarjana
Publisher : Forum Pasca Sarjana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The oxidation of low-density lipoprotein (LDL) is believed to be the initiating factor for the development and progression of atherosclerosis.  Curcuminoid, the metabolite of Zingiberaceae family such as temu mangga (Curcuma mangga), has been shown to reduce the susceptibility of LDL to oxidation. In this study, we examined the effect of curcuminoid extracted from temu mangga on copper ion-induced lipid peroxidation of low density lipoprotein (LDL) in mice’s macrophages and Macaca nemestrina’s monocytes.  Analyses were done by measuring the formation of thiobarbituric acid reactive substance (TBARS) as malonaldehyde (MDA).  LDL were harvested and isolated from 5 adult female Macaca fascicularis  fed aterogenic diet for 3 months.  LDL oxidation by mice macrophage incubated for 4 hours were inhibited by curcuminoid at concentration of 8 ppm.  There was decreased 17% (P<0.01) in the concentration of MDA compared to control without curcuminoid (31.99B±0. vs 36.77A±0.9 nmol/mg protein LDL, respectively).  Inhibiton of LDL oxidation in M. nemestrina macrophage were highest by curcuminoid at 8 ppm for 4 hours and 6 hours incubation.  There was 14.8% and 23% inhibiton (P<0.01) (23.768 ± 0.095A vs 27.111B±0.972 and 23.37B±0.12 vs 30.87A±2.49 nmol/mg LDL protein, respectively).  These data suggest that curcuminoid of temu mangga were able to inhibit LDL oxidation in the cellular level, therefore offer protection against oxidation of LDL.   Key words: LDL, atherosclerosis, curcuminoid, Curcuma mangga
FENOL, FLAVONOID, DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA EKSTRAK KULIT BATANG PULAI (Alstonia scholaris R.Br) Zuraida Zuraida; Sulistiyani Sulistiyani; Dondin Sajuthi; Irma Herawati Suparto
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 35, No 3 (2017): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2017.35.3.211-219

Abstract

Pulai (Alstonia scholaris R.Br), family Apocynaceae adalah salah satu tumbuhan hutan yang berfungsi sebagai obat tradisional untuk mengobati demam, malaria, batuk berdahak, diare, kencing manis, penurun kolesterol, cacingan, rematik akut, borok, dan hipertensi. Salah satu penyebab penyakit jantung, aterosklerosis, dan kanker adalah stres oksidatif. Stres ini dapat disembuhkan atau dikurangi dengan menggunakan antioksidan. Flavonoid merupakan senyawa fenol dan termasuk salah satu metabolit sekunder pada tumbuhan yang berfungsi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan total fenol, total flavonoid, dan aktivitas antioksidan ekstrak kulit batang pulai. Penentuan kuantitatif total fenol dengan metode folin-ciocalteu dinyatakan sebagai gallic acid equivalent (GAE) per gram ekstrak, kadar flavonoid total dengan metode AlCl3  dinyatakan sebagai Quercetin equivalen (QE), dan aktivitas antioksidan in vitro dengan DPPH (2, 2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) yang dinyatakan dalam istilah IC50 (inhibition concentration). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi tiga ulangan dalam maserasi dengan etanol 96% menghasilkan 4,19% filtrat. Kandungan fenol total adalah 51,50 mg GAE/g ekstrak, sedangkan kandungan flavonoid total adalah 0,35 mg QE/g ekstrak. Nilai IC50 yang diperoleh dari hasil pengujian antioksidan ekstrak kulit batang adalah 211,54 μg/mL.
Aktivitas Antioksidan Berbagai Fraksi dan Ekstrak Metanolik Daun Beluntas (Pluchea indica Less) Paini Sri Widyati; Hanny Wijaya; Peni Harjosworo; Dondin Sajuthi
agriTECH Vol 32, No 3 (2012)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.981 KB) | DOI: 10.22146/agritech.9618

Abstract

This study has been done to investigate the antioxidant activity of various fractions and methanolic extract of beluntasleaves by using several test system, such as DPPH, superoxide and hydroxyl radical-scavenging activities, hydrogenperoxide scavenging activity, ferric reducing power, iron and haemoglobin chelating capacities and b-carotene–linoleicbleaching assay. The results showed that methanolic extract of beluntas leaves (EMB) and its fractions (ethyl acetatefraction (FEA), water fraction (FA) and n-butanol fraction (FNB)) had scavenging activity of DPPH radical. EMBwhich had highest phenolic content and the strongest ferric reducing power, exhibited b-carotene–linoleic bleachinginhibition and the highest superoxide scavenging activity, while FEA showed antioxidant activity based on superoxideradical-scavenging activity, iron and haemoglobin chelating capacities and ferric reducing power.ABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan berbagai fraksi dan ekstrak metanolik daun beluntasdengan berbagai sistem uji, seperti aktivitas menangkap radikal DPPH, superoksida, hidroksil dan hidrogen peroksida,mereduksi ion besi, mengkelat ion besi dan hemoglobin (Hb) dan menghambat pemucatan asam linoleat-b-karoten.Hasil menunjukkan bahwa ekstrak metanolik daun beluntas (EMB) dan fraksi-fraksinya (etil asetat (FEA), air (FA)dan n-butanol (FNB)) berpotensi menangkap radikal bebas DPPH. EMB mempunyai kadar fenolik total dan kekuatanreduksi tertinggi lebih berpotensi menangkap radikal superoksida, mereduksi ion besi dan menghambat pemucatanasam linoleat-b-karoten, sedangkan fraksi etil asetat (FEA) mempunyai aktivitas antioksidan berdasarkan kemampuanmenangkap radikal superoksida, mereduksi ion besi, mengkelat ion besi dan hemoglobin.
Kajian Penanda Genetik Gen Cytochrome B Pada Tarsius sp. =Study of Genetic Marker on Cytochrome B Gene of Tarsius sp. Rini Widayanti; Dedy Duryadi Solihin; Dondin Sajuthi; RR. Dyah Perwitasari
Jurnal Sain Veteriner Vol 24, No 1 (2006): JUNI
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1938.625 KB) | DOI: 10.22146/jsv.349

Abstract

Tarsius merupakan salah satu satwa endemik Indonesia yang keberadaannya mulai memprihatinkan. Konservasi sebagai salah satu cara untuk pelestarian satwa ini akan lebih terarah dan berhasil guna apabila karakteristik dan keragaman sumber genetiknya diketahui dengan pasti. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji penanda genetik spesifik gen cyt b pada Tarsius sp. Pengurutan hasil PCR menggunakan primer H 15149 pada gen cyt b didapatkan urutan basa sebesar 276 pb (menyandi 92 asam amino. Fragmen cyt b hash! pengurutan disejajarkan berganda dengan primata lain dari data Genbank dengan bantuan perangkat lunak Genetyx-Win versi 3.0 dan Clustal W, kemudian dianalisis dengan menggunakan program MEGA versi 3.1. Dari hasil analisis diperoleh 14 situs asam amino yang berbeda. Tarsius dianae memiliki 12 situs asam amino (asam amino ke 2, 6, 9, 22, 23, 29, 39, 41, 42, 45, 55 dan 85), T. spectrum memiliki 7 situs asam amino (asam amino ke 2, 6, 9, 41, 45, 55 dan 85) dan T bancanus memiliki 2 situs asam amino ( ke 23 dan 45) yang dapat digunakan sebagai penanda genetik. Lima asam amino unik ditemukan pada T dianae, yaitu pada situs asam amino ke 6 (valina), ke 22 (alanina), ke 29 (alanina), ke 39 (serina) dan ke 42 (valina). Jarak genetik berdasar nukleotida cyt b yang dihitung menggunakan model 2 parameter Kimura ditemukan nilai paling kecil sebesar 0,7%, nilai paling besar 22,3% dan rata-rata 13,1%. Filogram menggunakan metode neighbor joining berdasar hasil urutan nukleotida dan asam amino cyt b tersebut dapat dijadikan pembeda masing-masing spesies Tarsius.
Kajian Imunohistokimia Perkembangan Bentuk Neuron Atekolaminergik Pada Area Postrema Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)= Morphological Development of Catecholaminergic Neurons in the Area Postrema of Long-tailed.. Tri Wahyu Pangestiningsih; Koeswinarning Sigit; Dondin Sajuthi; Nurhidayat .
Jurnal Sain Veteriner Vol 24, No 1 (2006): JUNI
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2980.906 KB) | DOI: 10.22146/jsv.354

Abstract

rea postrema merupakan sepasang penonjolan ke dorsal pada bagian kaudal medula oblongata yang berbatasan dengan ventrikel IV. Area ini berperan sebagai chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada proses muntah yang juga melibatkan neuron katekolaminergik (neuron KA). Pada kemoterapi penderita kanker, fungsi AP sebagai CTZ diupayakan untuk ditekan agar tidal( ada refleks muntah pada pasien. Dalam rangka lebih memahami neuron KA tersebut, dalam penelitian ini dilakukan pengamatan perkembangan bentuk neuron KA di area postrema (AP) monyet ekor panjang (MEP) mulai fetus (F) umur 40 sampai anak (P) umur 105 hari secara imunohistokimia menggunakan antibodi terhadap enzim tirosin hidroksilase (TH). Hasil penelitian memperlihatkan neuron KA di medula oblongata belwn terlihat pada F40, dan bare dijumpai pada F55 di daerah bakal AP, bentuk bulat dengan inti besar dengan sitoplasma sedikit yang merupakan ciri perkembangan awal bentuk neuron. Prosesus sitoplasma yang pendek pada mulai ditemukan pada F85, dan neuron KA di AP berubah menjadi bipolar pada F100 yang merupakan tanda perkembangan menengah bentuk neuron. Dengan bertambahnya umur, prosesus sitoplasma neuron KA bipolar bertambah panjang yang merupakan ciri tingkat perkembangan bentuk akhir dan ditemukan dominan di AP pada P105. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa neuron KA di AP pada MEP berada dalam stadium perkembangan bentuk awal dan menengah selama masa prenatal, dan stadium perkembangan lanjut menuju ke perkembangan akhir terjadi pada masa postnatal.
aman Imunohistokimia Perkembangan Bentuk Neuron Atekolaminergik Pada Area Postrema Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)= Morphological Development of Catecholaminergic Neurons in the Area Postrema of Long-tailed .. Tri Wahyu Pangestiningsih; Koeswinarning Sigit; Dondin Sajuthi; Nurhidayat .; Douglas M. Bowden
Jurnal Sain Veteriner Vol 24, No 1 (2006): JUNI
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2980.906 KB) | DOI: 10.22146/jsv.355

Abstract

Area postrema merupakan sepasang penonjolan ke dorsal pada bagian kaudal medula oblongata yang berbatasan dengan ventrikel IV. Area ini berperan sebagai chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada proses muntah yang juga melibatkan neuron katekolaminergik (neuron KA). Pada kemoterapi penderita kanker, fungsi AP sebagai CTZ diupayakan untuk ditekan agar tidal( ada refleks muntah pada pasien. Dalam rangka lebih memahami neuron KA tersebut, dalam penelitian ini dilakukan pengamatan perkembangan bentuk neuron KA di area postrema (AP) monyet ekor panjang (MEP) mulai fetus (F) umur 40 sampai anak (P) umur 105 hari secara imunohistokimia menggunakan antibodi terhadap enzim tirosin hidroksilase (TH). Hasil penelitian memperlihatkan neuron KA di medula oblongata belwn terlihat pada F40, dan bare dijumpai pada F55 di daerah bakal AP, bentuk bulat dengan inti besar dengan sitoplasma sedikit yang merupakan ciri perkembangan awal bentuk neuron. Prosesus sitoplasma yang pendek pada mulai ditemukan pada F85, dan neuron KA di AP berubah menjadi bipolar pada F100 yang merupakan tanda perkembangan menengah bentuk neuron. Dengan bertambahnya umur, prosesus sitoplasma neuron KA bipolar bertambah panjang yang merupakan ciri tingkat perkembangan bentuk akhir dan ditemukan dominan di AP pada P105. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa neuron KA di AP pada MEP berada dalam stadium perkembangan bentuk awal dan menengah selama masa prenatal, dan stadium perkembangan lanjut menuju ke perkembangan akhir terjadi pada masa postnatal.
Morfometri, Morfologi Serta Abnormalitas Spermatozoa Owa Jawa (Hylobates moloch) Asal Ejakulat Pudji Astuti; Tuty Laswardi Yusuf; Dondin Sajuthi; Eric Hayes; Teguh Budipitojo; Luthfiralda Sjahfirji; Hera Maheshwari
Jurnal Sain Veteriner Vol 22, No 2 (2004): DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1474.497 KB) | DOI: 10.22146/jsv.486

Abstract

.
Co-Authors . Permanawati Achmad - Taher Achmad Taher Achmad Taher Achmad, Taher Adi Winarto Agus Harsoyo Agus Harsoyo Agus Lelana Agus Wijaya Agus Wijaya Ahmad Kamal Nasution Alexander Nater Anita Esfandiari Antonius Suwanto Anwar Wardy Warongan Arief Boediono Aryo Tedjo Bambang Purwantara Bayu Febram Prasetyo Bayu Rosadi Budiman Bela C Hanny Wijaya C. Hany Wijaya Cecep Kusmana CHAIRIN N MAROEF Chusnul Choliq Chusnul Choliq Chusnul Choliq Cucu K Sajuthi Dadang Makmun Daldiyono Daldiyono Daldiyono Daldiyono Dedi Rahmat Setiadi DEWI APRI ASTUTI Dewi, Fitriya Nur Annisa DIAH ISKANDRIATI Diah Iskandriati DIAH ISKANDRIATI Diah Iskandriati Diah Iskandriati Diah Iskandriati Diah Iskandriati Diah Iskandriati Douglas M. Bowden Dwi Atmoko Agung Nugroho DYAH PERWITASARI -FARAJALLAH Ekowati Handharyani Entang Iskandar Entang Iskandar Entang Iskandar Erdiansyah Rahmi Eric Hayes ERIC HAYES Eric Hayes ERLIN LISTIYANINGSIH Erni Sulistiawati ESTHER ARIFIN Fauzi Abdurrahman Munggaran Fhady Risckhy Loe Fransiska R Zakaria FUNGKEY HOETAMA Gede Eko Darmono Gregory K. Wilkerson Hadi S Alikodra Hajrawati Hajrawati Harrold Halilintar MR Subu Taopan Henny Nuraini HERA MAHESHWARI Huda S Darusman Huda Shalahuddin Darusman Huda Shalahudin Darusman I Gusti Agung Arta Putra I Gusti Ngurah Sudisma I Ketut Sutama I NENGAH BUDIARSA I Nengah Budiarsa I Nengah Budiarsa I wayan Teguh Wibawan IETJE WIENTARSIH Iis Afriantini Iman Rusmana Iman Supriatna IMELDA WINOTO Indra Bachtiar Indra Bachtiar Irawan Jusuf Irma H Suparto Irma H Suparto Irma H Suparto Irma Herawati Suparto Irma Isnafia Arief Irma Suparto J. Mark Cline Jansen Manansang Jansen Manansang Jayusman Arsiyanti Joesoef JONATHAN STURGIS Kanti Rahmi Fauziyah Kartika Sari KATHARINA JESSICA KEVIN RANDALL PORTER Koeswinarning Sigit Latifah K. Darusman Latifah K. Darusman Leni Maylina Lina Elfita Lina Elfita Luluk Lailatul Hasanah LUTHFIRALDA SJAHFIRDI Luthfiralda Sjahfirji M Agus Setiadi MARYATI SURYA Maxs Urias Ebenheizer Sanam Michael Krützen MOSES AFFANDI Mozes R. Tolihere Muchidin Noordin MUHAMMAD AGIL Nanik Hidayatik Nur Hidayati Nurhidayat . Nurul Oktaviani Oriza Savitri Ariantie Paini Sri Widyati Pamungkas, Joko PATRICK J BLAIR Peni Harjosworo PENI SUPRAPTI HARDJOSWORO Permanawati Permanawati Permanawati Permanawati PERMANAWATI PERMANAWATI Pijoh, Deyv Praira, Willy Pudji Astuti Pudji Astuti PUDJI ASTUTI Puji Rianti Puspita Sari R. Iis Arifiantini R.P Agus Lelana RATNA TAN Retno Wulansari Reviany Widjajakusuma Reviany Widjajakusuma Ria Oktarina RICHARD F GRANT Rini Widayanti Rumlaklak, Yanse Yane Sela S Mariya Sela S. Mariya SELA SEPTIMA MARIYA Sela Septima Mariya Septi Iriani Setyaningsih Rambu Liwa Setyaningsih Rambu Liwa Setyo Widi Nugroho Setyo Widodo Silmi Mariya Silmi Mariya Silmi Mariya Silmi Mariya SILMI MARIYA Silvia Triwidyaningtyas Sony Hartono Wijaya Sri Rahmatul Laila Sri Soepraptini Mansjoer Sri Supraptini Mansjoer Srihadi Agungpriyono Suharyanto Suharyanto Suharyanto Suharyanto Sulistiyani . SULISTIYANI SULISTIYANI Sulistiyani Sulistiyani SULISTIYANI SULISTIYANI Sulistiyani, Sulistiyani Suparto, Irma Sus Derthi Widhyai Sus Derthi Widhyari SUSAN SOKA SUSANA WIDJAJA Suzy Tomongo TARUNI SRI PRAWAST MIEN KAOMINI ANY ARYANI DEDY DURYADI SOLIHIN Teguh Ari Prabowo Teguh Budipitojo Tejasari . Thomas Mata Hine Tiara Widyaputri Tri Wahyu Pangestiningsih Trini i Susmiat Trini Susmiati Tuti Suryati Tuty L Yusuf Tuty Laswardi Yusuf Tuty Laswardy Yusuf Unang Supratman Uus Saefullah Uus Saepuloh Uus Saepuloh Uus Saepuloh Uus Saepuloh UUS SAEPULOH UUS SAEPULOH Vetnizah Juniantito Villiandra Villiandra Villiandra Villiandra Villiandra Villiandra Vincentia Trisna Yoelinda Willy Praira Yanse Yanne Rumlaklak Yanti . Yanti Yanti Yasmina A Pramastri Yasmina A. Paramastri Yasmina Arditi Pramastri YASMINA PARAMASTRI Yoga Yuniadi Yohana Tri Hastuti Yohana Tri Hastuti Yohana Tri Hastuti Yuli Purwandari Kristiangingrum Yundari, Yundari Zulfitra Utami Putri Zulfitra Utami Putri Zuraida Zuraida