Anemia defisiensi besi pada remaja putri berdampak pada kualitas hidup dan kesehatan reproduksi. Penelitian ini menganalisis frekuensi konsumsi pangan sumber, pendukung, dan penghambat zat besi dan kaitannya dengan kadar hemoglobin pada 120 siswi kelas 11 di Cianjur. Data dikumpulkan melalui food frequency questionnaire dan finger prick blood test, lalu dianalisis dengan uji t dan korelasi Spearman. Hasil menunjukkan 23,5% responden mengalami anemia. Ayam dan telur menjadi sumber zat besi hewani utama, serta kangkung dan bayam sebagai sumber nabati. Konsumsi pangan pendukung penyerapan zat besi masih rendah, sementara teh dan kopi yang menghambat penyerapan zat besi cukup sering dikonsumsi. Tidak ditemukan korelasi signifikan antara pola konsumsi dan kadar hemoglobin, kecuali pada jambu biji. Perbedaan antara kelompok dengan anemia dan kelompok dengan kadar hemoglobin normal tidak berbeda secara signifikan, tetapi kelompok kadar hemoglobin normal cenderung memiliki pola makan lebih baik. Diperlukan strategi peningkatan konsumsi zat besi heme dan edukasi pola makan yang mendukung penyerapan zat besi.