Claim Missing Document
Check
Articles

STRATEGI BUDAYA MASYARAKAT LAMPUNG PEPADUN DALAM TRADISI MOSOK DI KELURAHAN JAGABAYA I KECAMATAN WAY HALIM BANDAR LAMPUNG Ade Nur Sevita; Risma Margaretha Sinaga; MUhammad Basri
Journal of Social Science Education Vol 1, No 2 (2020): Vol 1, No 2 (2020) Journal of Social Education
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.537 KB)

Abstract

Tradisi mosok adalah pemberian suapan dan pemberian gelagh amai inai kepada pengantin. Tradisi mosok memiliki arti penting sebagai penyampaian pesan kasih sayang dari keluarga, terutama ibu kepada anaknya. Namun, terdapat permasalahan bahwa kemungkinan syarat tidak terpenuhi dan tradisi mosok berpotensi tidak dilaksanakan. Hal ini dikarenakan tidak semua keluarga merupakan keluarga yang besar untuk melengkapi syarat pemberi suapan. Selain itu, perkembangan zaman juga mendesak tradisi mosok untuk lebih fleksibel dalam waktu dan tempat pelaksanaan. Benda perlengkapan dalam tradisi mosok juga mengalami penambahan yang dikhawatirkan akan merubah makna. Berbagai permasalahan di atas dapat mempengaruhi keberlangsungan tradisi mosok. Namun, masyarakat Lampung memiliki strategi budaya dalam melaksanakan tradisi mosok guna mengatasi permasalahan yang ada. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini ialah agar mengetahui bagaimana strategi budaya masyarakat Lampung pepadun dalam tradisi mosok di Kelurahan Jagabaya I. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa strategi budaya yang dilakukan masyarakat Kelurahan Jagabaya I dalam mempertahankan tradisi mosok yakni (1) Mengubah cara untuk memenuhi syarat tradisi mosok pada pemberi suapan dengan menggantikan pemberi suapan apabila tidak ada, (2) Mengedepankan fleksibilitas untuk menyesuaikan modernisasi pada tempat dan waktu pelaksanaan tradisi mosok, (3) Menerima perubahan dan penambahan benda perlengkapan yang tetap sesuai makna. Strategi budaya yang dilakukan masyarakat berimplikasi terhadap keberlangsungan tradisi mosok  sehingga senantiasa dilaksanakan.Kata Kunci: Tradisi Mosok, Strategi Budaya, Masyarakat Lampung Pepadun.
SAPAAN KEKERABATAN MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN MARGA BALAK BERDASARKAN TERM OF ADDRESS DAN TERM OF REFERENCE DI KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT Tata Veronika; Risma Margaretha Sinaga; Yustina Sri Ekwandari
Journal of Social Science Education Vol 1, No 2 (2020): Vol 1, No 2 (2020) Journal of Social Education
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.118 KB)

Abstract

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan sapaan kekerabatan masyarakat Lampung Saibatin berdasarkan term of address dan term of reference di Teluk Betung Barat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi melalui tokoh adat dan masyarakat Lampung. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif. Term of address adalah penggunaan sapaan yang mengacu pada bagaimana kita menyapa atau memanggil orang dalam keluarga. Term of reference yaitu istilah yang dipakai apabila berhadapan dengan orang lain, berbicara tentang seorang kerabat (istilah yang sering digunakan orang dari luar keluarga). Penggunaan sapaan pada masyarakat Lampung dapat dilihat berdasarkan umur, jenis kelamin dan tingkatan gelar pada masyarakat, ketiga unsur ini merupakan hal dasar yang dapat menentukan pengelompokan penggunaaan sapaan berdasarkan sistem kekerabatan di Indonesia yaitu Tem of Address dan Term Of Refrence dalam Bahasa Lampung Saibatin Marga Balak di Kelurahan Negeri Olok Gading, Kecamatan Teluk Betung Barat. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sapaan kekerabatan masyarakat Lampung Saibatin berdasarkan term of address merupakan sapaan dari keluarga (inti dan luas), sedangkan term of reference yaitu sapaan umum yang dapat berubah sesuai dengan situasi dan keadaan status sosial dalam masyarakat berdasarkan pemberian gelar/adok dari adat suku Lampung.Kata Kunci: Sapaan, kekerabatan, Marga Balak.
Seni Tradisional Hadra Pada Lampung Saibatin Septa Dewi; Risma Margaretha Sinaga; Henry Susanto
Journal of Social Science Education Vol 2, No 1 (2021): Vol 2, No 1 (2021) Journal of Social Education
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract:Hadra Traditional Art in Lampung Saibatin. The research objective was to determine the meaning of Hadra Traditional Art. The method used is hermeneutic. Based on the results of research on the art of hadra, the elements are song, wasp and dance. The meaning of the traditional art of hadra: an expression of praise for the exemplary nature of Allah SWT and the longing for the presence of the Prophet Muhammad, advice on harm and teachings to make the Qur'an a guide to life, a form of expression of pleasure in order to get closer to the creator, teachings to live with mutual respect and manners. Keywords:Hadra, Meaning and Lampung Saibatin 
Memudarnya Peranan Baya Muli Mekhanai Pada Perkawinan Masyarakat Lampung Saibatin Yessi Parisca; Risma Margaretha Sinaga; Muhammad Basri
Journal of Social Science Education Vol 2, No 1 (2021): Vol 2, No 1 (2021) Journal of Social Education
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.642 KB)

Abstract

Abstract: The Fading Of Baya Muli Mekhanai Role Saibatin Lampung Community Marriage. This study aims to determine the youthful role of baya muli mekhanai in the marriage of the people of Lampung Saibatin and the factors that influence it in Pekon Way Suluh, Krui Selatan District, Pesisir Barat Regency. The method used is descriptive method. The results of this study are the fading of the role of baya muli mekhanai seen from the low intensity of the role of baya muli mekhanai today and it is caused by factors of changes in lifestyle and technological developments.  Key words: waning, role of mulimekhanai, marriage.
Tradisi Megengan di Desa Taman Fajar Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur Koko Wicaksono; Risma Margaretha Sinaga; Syaiful M
PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah) Vol 7, No 3 (2019): PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah)
Publisher : FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.379 KB)

Abstract

To find out the implementation of Megengan tradition in the Desa Taman Fajar community this study was conducted with descriptive method and qualitative approach. Data collection was obtained  through, interviews, observation, and  documentation. result from this study show that the Megengan is a ritual for self purification and strengths their faith before performing fasting. The ritual  begins with two preparation namely the obligatory Bathing and the pilgrimage to send prayer to relative and ancentors. This tradition is held a day before Ramadhan night but in Taman Fajar the tradition is held a week before Ramadhan. By doing this tradition the villagers believe they will get a blessing, their intention will be strengthened  in performing fasting, and their fear of  bad luck and disturbances during fasting will disappear.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk megetahui pelaksanaan tradisi Megengan pada masyarakat Desa Taman Fajar menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  Megengan adalah ritual untuk penyucian diri dan memperkuat iman menjelang berpuasa. Ritual ini diawali dengan dua kegiatan yaitu mandi wajib dan ziarah untuk mengirimkan doa kepada arwah kerabat dan leluhur. Tradisi ini dilaksanakan sehari sebelum malam Ramadhan namun masyarakat Taman Fajar sudah melaksanakannya sejak seminggu sebelumnya. Penduduk Taman Fajar percaya bahwa dengan melakukan tradisi ini mereka akan mendapatkan berkah, diperkuat ketika berpuasa, serta rasa khawatir akan mendapat nasib buruk dan gangguan selama berpuasa akan hilang.Kata kunci: megengan, ramadhan, tradisi
Tabuh Rah pada Ritual Yajna Masyarakat Bali di Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji Wayan Winda Angel; Risma Margaretha Sinaga; Suparman Arif
PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah) Vol 7, No 2 (2019): PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah)
Publisher : FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.366 KB)

Abstract

This study aims to describe the tradition of Tabuh Rah in the Yajna ritual of Balinese community in Balinuraga Village, Sub-District of Way Panji, South Lampung Regency. This study applied descriptive method with qualitative approach. The data collection techniques were carried out through interview, observation, literature and documentation. The data analysis technique was done using qualitative data analysis. The results showed that the tradition of Tabuh Rah in the Yajna ritual of Balinese community of Balinuraga Village is still being preserved, yet the implementation has shifted from the literature, because during Tabuh Rah ritual, there is no du'a making (spell) on the cocks, and not even followed by upakara tradition like candlenut fighting, coconut fighting and egg fighting after the Sata war. Thus, in its development, Tabuh Rah is undergoing desacralization with the emergence of tajen (propan) which made Tabuh Rah its shield through legalizing gambling. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tradisi tabuh rah pada ritual yajna Masyarakat Bali di Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, kepustakaan dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi tabuh rah pada ritual yajna Masyarakat Bali di Desa Balinuraga masih dilaksanakan namun dalam pelaksanaanya tidak sesuai dengan sastra, karena saat ritual tabuh rah ayam tidak diberi doa (mantra) dan tidak diikuti dengan upakara seperti adu kemiri, kelapa dan telor setelah perang sata selesai. Tabuh Rah pada perkembanganya mengalami desakralisasi dengan munculnya tajen (propan) yang menjadikan Tabuh Rah sebagai tamengnya dengan melegalisasi perjudian.Kata kunci: masyarakat bali, ritual yajna, tabuh rah
Analisis Fungsi Perlengkapan Kacar-Kucur dalam Upacara Perkawinan Adat Jawa di Yosomulyo Yuni Lutfiani Latifa; Risma Margaretha Sinaga; Muhammad Basri
PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah) Vol 7, No 2 (2019): PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah)
Publisher : FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.999 KB)

Abstract

The purpose of this study is to find out the function of the equipment in the kacar-kucur in Wedding Ceremony of Jawa Tradiition in Yosomulyo. The method used is descriptive method with qualitative analysis technique. The result of study shows the functions of  kacar-kucur equipments are (1) delivering pray to the God (dlingo, flowers, beans, petanen, sindur cloth and coins, (2) the signs in the marrriage (flowers, rice, yellow rice, cron, soybeans, klemuk and traditional clothes), (3) spiritual function, the belief that an object used in a traditional ceremony has meaning in life. The conclusion of this study is the function of kacar-kucur equipmenst are divided into vertical(human with God) and horizontal (human with related to values).Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui fungsi dari perlengkapan  kacar-kucur dalam upacara perkawinan adat Jawa di Yosomulyo. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik analisis kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan fungsi perlengkapan kacar-kucur adalah (1) penghubung doa kepada Tuhan (dlingo, kembang, jenis kacang, petanen, kain sindur dan uang koin, (2) rambu-rambu dalam berumah tangga (kembang, padi, beras kuning, jagung, kedelai, klemuk dan pakaian adat, (3) fungsi spiritual, kepercayaan bahwa suatu benda yang digunakan dalam upacara adat memiliki makna bagi kehidupan. Kesimpulan penelitian ini adalah fungsi perlengkapan kacar-kucur  dibedakan menjadi makna hubungan secara vertical (manusia dengan Tuhan) dan horizontal(manusia dengan manusia berhubungan dengan nilai).Kata kunci: fungsi, kacar-kucur, perkawinan, perlengkapan
Mitos Mendem Ari-Ari pada Masyarakat Jawa di Desa Sidoharjo Kabupaten Lampung Selatan Regiano Setyo Priamantono; Risma Margaretha Sinaga; Wakidi Wakidi
PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah) Vol 5, No 9 (2017): PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah)
Publisher : FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (80.83 KB)

Abstract

This research aims to determine the myths behind the tradition of Placenta burial in sub-village V of Sidoharjo village. This research used a descriptive method with qualitative approach. The data collection technique were administered through interview, observation, and documentation. The results obtained by the researcher showed that there were several myths behind the tradition of placenta burial in the Javanese society in sub-village V of Sidoharjo village, such as the belief that (1) Ari-ari (Placenta) is the sibling of the newborn baby, (2) The burial of Ari-ari (Placenta) was differentiated from the burial tools and location of burial based on gander, male newborns placenta would be buried in the right side of main door of the house, while the female newborns placenta would be buried in the left side of of the main door of the house. From this research it can be concluded that the Javanese society in Sidoharjo village are still practicing and preserving the tradition of Mendem Ari-ari (Placenta burial) until now. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mitos apakah yang terdapat di dalam Tradisi Mendem Ari-ari di Dusun V Desa Sidoharjo. Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi.. Hasil yang didapat oleh peneliti menunjukkan bahwa mitos yang terdapat di dalam Tradisi Mendem Ari-ari, masyarakat Jawa di Dusun V Desa Sidoharjo mempercayai bahwa (1) Ari-ari sebagai saudara dari bayi yang baru lahir, (2) Penguburan Ari-ari yang dilihat dari Perlengkapan, dan pemosisian tempat dalam penguburan Ari-ari dilihat dari jenis kelamin, jika laki-laki dikubur disebelah kanan pintu utama rumah sedangkan perempuan disebelah kiri pintu utama rumah. Kesimpulan dari penelitian ini masyarakat Jawa di desa Sidoharjo masih menjalankan dan melestarikan Tradisi Mendem Ari-ari hingga sekarang.Kata kunci: ari-ari, mendem, mitos
ARTI MATERIAL SESAJEN PERKAWINAN ADAT JAWA DI DESA MATARAM BARU LAMPUNG TIMUR Ika Surya Widya Astuti; Risma Margaretha Sinaga; Maskun Maskun
PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah) Vol 3, No 6 (2015): PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah)
Publisher : FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.657 KB)

Abstract

This research aimed to determine the meaning of Sesajen material in Javanese traditional marriage in Dusun II Mataram Baru village East Lampung. The method that the writer used during this research was descriptive method with qualitative approach. The results of this research showed that the material used in Sesajen of marriage has meaning as seen from the materials (rice, banana setangkep, coconut, takir, holy water, roast chicken, buceng, setaman flower, punar rice and gantal), the shapes ( tobacco, roast chicken, brown sugar, plantain, grains, small mirror,harrow, damen oil, egg, coconut, buceng, punar rice, gantal, kemenyan) and the colours (brownish red, red, white, yellow and green).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arti material sesajen dalam perkawinan adat Jawa di Dusun II Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa material yang digunakan dalam sesajen perkawinan memiliki arti yang dilihat dari bahan (beras, pisang raja setangkep, kelapa, takir, air suci, ayam panggang, buceng, kembang setaman, nasi punar dan gantal), bentuk (tembakau, ayam panggang, gula merah, pisang raja, biji-bijian, kaca kecil, sisir, minyak damen, telur, kelapa, buceng, nasi punar, gantal dan kemenyan) dan warna (merah kecoklatan, merah, putih, kuning dan hijau).Kata kunci: material, perkawinan, sesajen
Dui’menre Sompa Adat Perkawinan Bugis dalam Budaya Siri’ di Kelurahan Kota Karang Siti Halimah; Risma Margaretha Sinaga; Yustina Sri Ekwandari
PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah) Vol 7, No 3 (2019): PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah)
Publisher : FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.198 KB)

Abstract

This research aims to study Dui’menre sompa in Bugis society at RT V Kota Karang village.  The method used in this research is the heurmenetic method with a qualitative approach, which is supported by data collection techniques of interviewing, observation, documentation and literature. The results showed that there was a change in people's understanding of the meaning of the giving of Dui'menre sompa, the Bugis community in Kota Karang Village considered that giving Dui'menre sompa as something related to prestige in maintaining social status in the implementation of marriage only, and put forward several factors  such as: nobility, economic status, education, work, and physical condition, but actually the gift of Dui'menre sompa has meanings that are directly related to the philosophy of the Bugis people namely Sipakatau, Sipakainge, and Sipakele'bi which is to respect social status  someone.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Dui’menre sompa dalam  masyarakat Bugis di RT V Kelurahan Kota Karang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode heurmenetika dengan pendekatan kualitatif, yang didukung dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dokumentasi dan kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan pemahaman masyarakat terhadap pemaknaan pemberian Dui’menre sompa, masyarakat Bugis di Kelurahan Kota Karang menganggap bahwa pemberian Dui’menre sompa sebagai sesuatu hal yang berkaitan dengan gengsi dalam mempertahankan status sosial dalam penyelenggaraan perkawinan saja, dan lebih mengedepankan beberapa faktor seperti : keturunan bangsawan, status ekonomi, pendidikan, pekerjaan, serta kondisi fisik, namun sebenarnya pemberian Dui’menre sompa memiliki makna-makna yang berkaitan langsung dengan falsafah orang bugis yaitu Sipakatau, Sipakainge, dan Sipakele’bi yang yang mana untuk menghormati status sosial seseorang.Kata kunci: dui’menre sompa, masyarakat bugis, siri, perkawinan
Co-Authors Ade Nur Sevita Adha, Mona Adi Setiawan Ag. Bambang Setiyadi Agustina, Velina Albet Maydiantoro Angel, Wayan Winda Aprilia Triaristin Aprilia Triaristina aransyah, Ade Arrasyid, Abi Krisna Basri YE, Ratu Hardyanti Bobi Hidayat, Bobi Brajannoto, Detoprani Budi Cahyono Bujang Rahman Cahyani, Arini Gita Chandra, I Wayan Cheri Saputra Darsono Darsono Defti Arlen Delviana, Mira Desi Murniati Devi Yuliana Dewi Sri Leni Indah Dewi, Ni Putu Assriangga Dhiba, Sarah Dian Mayasari DWI YULIANTI Een Yayah Haenilah Ema Agustina Endri Yunita Farida Ariyani Farlian Oktora Pramudia Fitri, Dina Martha Hasan Hariri Henry Susanto Henry Susanto Herpratiwi Herpratiw Hestiningtyas, Widya I Wayan Chandra Ika Leli Erawati Ika Surya Widya Astuti Ika Surya Widya Astuti, Ika Surya Intan Hamzah Irawan Suntoro Istiawati, Novia Fitri Istiawati, Novia Fitria Jamhari Jamhari Jefri Nanda Kesumajati, R. Adinda Koko Wicaksono Kurniawan, Hanif Latifa, Yuni Lutfiani Lusi Elisa M. Ridho Kholid, M. Ridho Maftuchin Maftuchin Maftuchin, Maftuchin Marzius Insani Marzius Insani, Marzius Maskun Maskun Maskun Mudinillah, Adam Muhammad Basri Muhammad Basri Muhammad Mona Adha Murniati, Desi Mustofa Abi Hamid MYRISTICA IMANITA Ni Putu Assriangga Dewi Nur Indah Lestari Nurlaksana Eko Rusminto Nuryamin Nuryamin, Nuryamin Pargito Pargito Pinem, Rinaldo Jupen Pramudia, Farlian Oktora Priamantono, Regiano Setyo Puji Umayah Pujiati Pujiati R. Adinda Kesumajati Raden Gunawan Sudarmanto Ramadanti, Anatasia Ratu Hardyanti Basri YE Regiano Setyo Priamantono Retnia Yuni Safitri Ridwan Leo Putra Rinaldo Jupen Pinem Riswanti Rini Royani, Reni Safitri, Retnia Yuni Sahrozy Putra Rhomadona Sarah Dhiba Septa Dewi Siti Halimah Siti Halimah Sowiyah Sowiyah Sri Lisdayeni Sudiasih, Yuni Sudjarwo Sudjarwo Sudjarwo Sudjarwo Sugeng Widodo Sumargono Suparman Arif Syaiful . Syaiful M Tata Veronika Tiyas Abror Huda, Tiyas Abror Triaristina, Aprilia Trisnaningsih Trisnaningsih Umayah, Puji Undang Rosidin Valensy Rachmedita Velina Agustina Wakidi Wakidi Wakidi Wakidi Wayan Winda Angel Wicaksono, Koko Wina Astuti Yessi Parisca Yuni Lutfiani Latifa Yustina Sri Ekwandari