Claim Missing Document
Check
Articles

Peran Literasi Digital dalam Dakwah Berbasis Al-Qur’an: Implementasi dan Tantangan di Media Sosial Marlenda, Marlenda; Bashori, Bashori
AL-UKHWAH - JURNAL PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM Vol. 4 No. 1 (Juni 2025)
Publisher : Prodi Pengembangan Masyarakat Islam STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47498/jau.v4i1.5131

Abstract

Perkembangan teknologi digital telah membuka ruang baru bagi aktivitas dakwah, khususnya melalui media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran literasi digital dalam mendukung efektivitas dakwah berbasis Al-Qur’an di media sosial, serta mengidentifikasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh para dai dan konten kreator muslim. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, data dikumpulkan melalui studi pustaka, wawancara dengan pelaku dakwah digital, dan analisis konten dakwah di berbagai platform seperti Instagram, YouTube, dan TikTok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi digital memiliki peran penting dalam membentuk strategi dakwah yang kontekstual, menarik, dan sesuai dengan nilai-nilai Al-Qur’an. Namun, tantangan seperti misinformasi, keterbatasan pemahaman teknologi, serta potensi komersialisasi dakwah menjadi hambatan yang signifikan. Penelitian ini merekomendasikan peningkatan pelatihan literasi digital bagi para pendakwah agar dapat menyampaikan pesan-pesan Al-Qur’an secara efektif dan bertanggung jawab di era digital
Konsep 'Nafs' dalam Al-Qur'an: Analisis Semantik terhadap Dimensi Psikologis dan Spiritualitas dalam Proses Pembentukan Karakter Nanda Nurlina; Bashori Bashori
Semantik : Jurnal Riset Ilmu Pendidikan, Bahasa dan Budaya Vol. 3 No. 3 (2025): August: Semantik : Jurnal Riset Ilmu Pendidikan, Bahasa dan Budaya
Publisher : Asosiasi Periset Bahasa Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61132/semantik.v3i3.1819

Abstract

Konsep nafs dalam Al-Qur’an memiliki peran signifikan dalam memahami struktur kejiwaan dan spiritualitas manusia. Dalam psikologi Islam, nafs sering dikaitkan dengan dinamika batiniah yang memengaruhi perilaku dan pembentukan karakter seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji makna nafs dalam Al-Qur’an melalui pendekatan semantik dan mengaitkannya dengan dimensi psikologis serta spiritual dalam proses pembentukan karakter. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan penelitian kepustakaan (library research). Analisis semantik dilakukan terhadap ayat-ayat yang mengandung kata nafs, kemudian diklasifikasikan berdasarkan konteks linguistik dan teologisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna nafs dalam Al-Qur’an dapat dikategorikan ke dalam beberapa dimensi, seperti nafs ammarah (jiwa yang memerintah pada kejahatan), nafs lawwamah (jiwa yang mencela), dan nafs mutma’innah (jiwa yang tenang). Ketiga dimensi ini mencerminkan perjalanan spiritual dan psikologis manusia menuju penyempurnaan diri. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pengembangan tafsir tematik Al-Qur’an, serta memperkaya khazanah psikologi Islam dalam kerangka pembentukan karakter yang holistik dan transendental.
Siyaq al-Kalam sebagai Kunci Nuansa Makna dalam Al-Qur'an: Studi Semantik Kontekstual Alifia Nur Rizkilah; Bashori Bashori
Semantik : Jurnal Riset Ilmu Pendidikan, Bahasa dan Budaya Vol. 3 No. 3 (2025): August: Semantik : Jurnal Riset Ilmu Pendidikan, Bahasa dan Budaya
Publisher : Asosiasi Periset Bahasa Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61132/semantik.v3i3.1833

Abstract

This study explores the crucial role of Siyaq al-Kalam in uncovering the nuances of meaning in the Qur’anic verses using a contextual semantic approach. The research employs qualitative methods through library research to analyze how linguistic, thematic, and historical contexts enrich the understanding of Qur’anic texts. The findings indicate that Siyaq al-Kalam—comprising linguistic, thematic, and situational contexts—plays a central role in preventing misinterpretation and in achieving a more authentic understanding of the Qur’an’s messages. This study confirms and deepens existing contextual semantic theories and contributes to the development of Qur’anic linguistic studies. Nevertheless, this research remains descriptive and requires further empirical studies to validate and expand its findings. It is therefore recommended that future studies incorporate field-based approaches and practical applications, so that the theoretical insights of Siyaq al-Kalam can be more effectively implemented in educational and interpretative practices of the Qur’an.
Kajian Semantik Tawakkal dalam Al-Qur’an: Relevansinya terhadap Konsep Coping dan Psikologi Resiliensi Astuti, Laila; Bashori, Bashori
FATHIR: Jurna Studi Islam Vol 2 No 2 (2025): FATHIR: Jurnal Studi Islam
Publisher : Fanshur Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71153/fathir.v2i2.283

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep tawakkal dalam Al-Qur’an melalui pendekatan semantik dan mengeksplorasi relevansinya dengan konsep coping religius serta ketahanan psikologis (resiliensi). Kajian dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif, menggunakan pendekatan semantik relasional ala Toshihiko Izutsu terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung kata tawakkal dan turunannya. Data primer berasal dari teks Al-Qur’an dalam bahasa Arab, sedangkan data sekunder mencakup tafsir klasik dan kontemporer, serta literatur psikologi Islam dan resiliensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tawakkal memiliki relasi makna dengan konsep iman, sabar, takwa, dan ikhtiar, serta beroposisi dengan nilai-nilai seperti  kibr (kesombongan),  istighnā’ (merasa cukup tanpa Allah), dan wahn (kelemahan jiwa). Konsep ini dipahami sebagai sikap spiritual aktif yang mengintegrasikan usaha maksimal dengan penyerahan total kepada Allah. Dalam perspektif psikologi, tawakkal sejalan dengan positive religious coping, yaitu strategi mengelola stres melalui pendekatan spiritual yang sehat. Nilai-nilai dalam tawakkal memberikan kontribusi terhadap penguatan resiliensi individu, terutama dalam menghadapi krisis hidup secara lebih bermakna dan stabil secara emosional. Penelitian ini menegaskan pentingnya integrasi antara semantik Al-Qur’an dan pendekatan psikologi Islam untuk membangun model ketahanan psikospiritual yang holistik dan kontekstual.
Konsep Self-Healing dalam Al-Qur’an: Studi Kitab Tafsir Al-Azhar Karya HAMKA Q.S Al-Baqarah Ayat 45 dan 153 Hazmi, M. Hafiz Mauluddin; Bashori, Bashori
Jurnal Ilmiah Al-Furqan: Al-qur'an Bahasa dan Seni Vol. 12 No. 1 (2025): Jurnal Ilmiah Al-Furqan: Al-qur'an Bahasa dan Seni
Publisher : STAI Darul Quran Payakumbuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69880/al-furqan.v12i1.243

Abstract

Generation Z is often perceived as having weak mental resilience, with high rates of mental health issues among adolescents. The I-NAMHS 2022 report indicates that one in three teenagers experiences mental health disorders, and 59.1% of Generation Z feels distressed. The primary causes include excessive technology use, stress, sedentary lifestyles, social pressure, and high expectations. Effective solutions, such as self-healing, are crucial for calming oneself, reducing stress, and enhancing comfort to improve mental health. This article discusses the concept of self-healing from an Al-Qur'an perspective through Q.S. Al-Baqarah verses 45 and 153, emphasizing prayer (salat) and patience (sabar) as means to achieve inner peace and strengthen the soul. This study employs library research with a qualitative-descriptive approach to analyze the concept of self-healing in the Al-Qur'an. Primary sources include the Al-Qur'an and Tafsir Al-Azhar by HAMKA, while secondary sources comprise relevant books and journal articles. The research findings demonstrate that in addressing mental health issues, particularly among Generation Z, the self-healing concept taught in Q.S. Al-Baqarah verses 45 and 153 is highly relevant. These verses teach the importance of patience and prayer in strengthening the soul, overcoming emotional burdens, and achieving inner tranquility. By applying the values of forgiveness, gratitude, self-compassion, and mindfulness through prayer and patience, individuals can enhance their mental well-being, face life's pressures with greater calm, and strengthen their emotional resilience.
EFEKTIVITAS DAN TANTANGAN E-LEARNING TAHSIN DAN TAFSIR: INTEGRASI AL DAN PERILAKU GEN Z Loka, Dara Puspita; Bashori, Bashori
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK) Vol 14, No 5 (2025): MEI 2025
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jppk.v14i5.94256

Abstract

The digital transformation of Islamic education has opened new avenues for Qur’anic instruction, particularly in the domains of tahsin (Qur’anic recitation) and tafsir (interpretation) through e-learning platforms. Among Generation Z learners, who are digital natives with a strong preference for interactive and flexible learning environments online learning has gained popularity. However, the phonetic precision required in tahsin and the conceptual depth of tafsir present unique challenges to effective delivery via digital platforms. This study aims to explore the effectiveness and challenges of Qur’anic e-learning by analyzing the integration of Artificial Intelligence (AI) technologies and the learning characteristics of Gen Z. Using a qualitative descriptive approach, data were obtained from academic literature, platform analysis (such as Tarteel and Ngaji.ai), and documentation from existing studies. Findings indicate that AI enhances learning through adaptive features such as voice recognition, microlearning, and gamification. Nevertheless, limitations persist in terms of emotional engagement, spiritual mentoring, and the depth of interpretative understanding. This research provides a novel synthesis of digital pedagogy, AI technology, and Gen Z learning behavior in the context of Islamic education. It recommends a hybrid learning model that balances technological innovation with human mentorship to ensure that Qur’anic education remains comprehensive, spiritually enriching, and pedagogically effective for the digital generation.
Perbandingan Semantik Ṣadr, Qalb, Dan Lubb Dalam Al-Qur'an: Analisis Makna Dan Konteks Abdullah Abdullah; Bashori Bashori
JURNAL ILMIAH NUSANTARA Vol. 2 No. 4 (2025): Jurnal Ilmiah Nusantara Juli
Publisher : CV. KAMPUS AKADEMIK PUBLISING

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61722/jinu.v2i4.4940

Abstract

The Qur’an frequently employs the terms ṣadr, qalb, and lubb to represent the inner dimensions of human spirituality. This study aims to compare the semantic meanings of these three key terms and to construct their hierarchical relationship within the structure of Qur’anic spiritual consciousness. Using a library-based research method and the semantic approach developed by Toshihiko Izutsu, this study analyzes the network of meanings and conceptual interrelations among the terms based on their Qur’anic usage. The findings reveal that ṣadr serves as the initial gateway of the soul, receptive to either divine guidance or satanic whispers; qalb acts as a dynamic center of belief, doubt, and moral fluctuation; while lubb represents the purified intellect, reflecting the highest stage of spiritual awareness. These terms form a spiritual hierarchy that not only illustrates stages of faith development but also reflects the Qur’anic worldview of human nature. The study contributes to the advancement of Qur’anic semantic theory and provides a foundational model for further applied research in spiritual education and character development rooted in divine values.
KAJIAN SEMANTIK KATA RAHMAH DALAM AL-QUR’AN: STUDI TERHADAP AYAT-AYAT TENTANG HUBUNGAN ANTARMANUSIA Feni Andri Mulyani; Bashori Bashori
Jurnal Intelek Dan Cendikiawan Nusantara Vol. 2 No. 3 (2025): JUNI-JULI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini mengkaji makna semantik kata rahmah dalam Al-Qur'an dengan fokus pada ayat-ayat yang berhubungan dengan interaksi antarmanusia, yaitu QS. Ar-Rum ayat 21, QS. Al-Hujurat ayat 10, dan QS. Al-Isra ayat 24. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui analisis semantik dan penafsiran tematik dengan merujuk pada Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab. Hasil kajian menunjukkan bahwa rahmah memiliki makna yang kontekstual dan multidimensional: sebagai dasar cinta kasih dalam relasi suami istri, sebagai semangat rekonsiliasi dalam ukhuwah sosial, serta sebagai bentuk empati dan penghormatan dalam hubungan anak dan orang tua. Secara semantik, kata rahmah mencakup makna kelembutan, kasih sayang, empati, dan keadilan yang aktif. Temuan ini menegaskan bahwa rahmah bukan sekadar nilai spiritual, melainkan juga prinsip sosial yang membentuk masyarakat yang harmonis, adil, dan penuh kepedulian. Kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman Al-Qur'an yang lebih kontekstual dan aplikatif, khususnya dalam menjawab tantangan sosial kontemporer.
Analisis Semantik Kata A`ma dalam Al-Qur`an: Pendekatan Toshihiko Izutsu dan Relevansi Etika Sosial terhadap Difabel Netra Selvi Amanda; Bashori Bashori
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 7 (2025): JULI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini membahas makna kata a`mâ dan turunannya dalam Al-Qur’an serta relevansinya terhadap etika sosial terhadap difabel netra. Kata a`mâ tidak hanya merujuk pada kebutaan fisik, tetapi juga memiliki makna kiasan seperti kebutaan hati dan kesesatan spiritual. Tujuan penelitian ini adalah menggali medan makna kata tersebut serta implikasi sosialnya dalam membangun sikap inklusif terhadap penyandang difabel netra. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan semantik Al-Qur’an menurut Toshihiko Izutsu. Penelitian ini menganalisis ayat-ayat yang mengandung lafaz a`mâ, mengelompokkan berdasarkan tema, serta mengkaji relasi makna dengan konsep-konsep lain seperti nûr, bashîr, ghisyâwah, dan khatama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Al-Qur’an memberikan makna yang dalam dan berlapis terhadap kebutaan, tidak hanya sebagai kondisi biologis tetapi juga sebagai simbol hilangnya petunjuk. Hal ini memperkaya perspektif Islam tentang disabilitas, menekankan pentingnya kesadaran sosial, penghormatan, dan perlakuan adil terhadap difabel netra sebagai bagian dari tanggung jawab moral umat
KAJIAN SEMANTIK SINONIMITAS KATA FUAD DAN QALB DALAM AL-QUR'AN: ANALISIS DALAM KONTEKS HUBUNGAN MANUSIA DENGAN TUHAN M. Farid Ridha; Bashori, Bashori
MUSHAF JOURNAL: Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis Vol. 5 No. 2 (2025)
Publisher : CV. Adiba Aisha Amira

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article analyzes the semantic equivalence of the words Qalb and Fu’ad in the Qur'an and their implications for understanding the relationship between humans and God in Islamic theology. The method used is qualitative with a semantic analysis and exegesis approach on Qur’anic verses containing both terms, supported by exegeses such as Al Misbah, Al Sya'rawi, and others. The results of the study show that Qalb and Fu’ad are not absolute synonyms. Qalb refers to the center of spiritual dynamics that is subject to change (taqallub), functioning as the receptacle for revelation, emotions, and intentions. Meanwhile, Fu’ad denotes a stable inner aspect, serving as the repository of belief (akidah) after undergoing a rational process. The theological implications include: (1) Qalb as a battleground for spiritual struggles that requires the maintenance of purity, (2) Fu’ad as the foundation of steadfast faith, and (3) the interconnection of both forming a holistic relationship between humans and God. In conclusion, this semantic understanding enriches the concept of Islamic spiritual psychology, particularly in tazkiyat al-nafs (purification of the soul) and human accountability before God.