Etnofarmasi merupakan ilmu hubungan antara kebiasaan sebuah kelompok masyarakat yang ditinjau dari farmasetiknya. Untuk mempertahankan pengetahuan pengobatan tradisional khususnya suku Lampung, maka perlu dilakukan pendokumentasian dengan pendekatan etnofarmasi. Jenis penelitian ini observasional deskriptif melalui pendekatan kuantitatif, dengan teknik pengambilan sampel yakni snowball sampling melalui wawancara dengan metode total sampling. Data diolah secara kuantitatif melalui perhitungan indeks nilai budaya atau ICS. Sebanyak 40 spesies tumbuhan dari 28 famili dimanfaatkan sebagai obat oleh suku Lampung di Pekon Margakaya. Tumbuhan yang paling banyak digunakan yaitu dari famili Zingiberaceae diantaranya kunyit (Curcuma longa), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kencur (Kaemferia galanga), jahe (Zingiber officinale), dan lengkuas (Alpinia galanga). Cara pemanfaatan tumbuhan obat yaitu direbus, ditumbuk, konsumsi langsung, dan diparut. Berdasarkan perhitungan ICS, tumbuhan yang memiliki nilai budaya paling tinggi yaitu kunyit (Curcuma longa) dengan nilai 90 kriteria signifikansi tinggi. Semakin tinggi nilai ICS maka semakin tinggi nilai budaya seperti halnya kunyit yang dipakai oleh masyarakat suku Lampung