Claim Missing Document
Check
Articles

Efek Pemberian Topikal Produk Metabolit Amniotic Membrane Stem Cell (PM-AMSC) pada Penuaan Kulit Febrina Dewi Pratiwi; Dwi Murtiastutik; Cita Rosita Sigit Prakoeswa
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 30 No. 2 (2018): AGUSTUS
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.486 KB) | DOI: 10.20473/bikk.V30.2.2018.95-101

Abstract

Latar Belakang: Penuaan merupakan proses penurunan fungsi dan kapasitas cadangan seluruh organ dalam tubuh manusia, termasuk kulit. Proses menua instrinsik di kulit dipercepat oleh berbagai faktor ekstrinsik, dan yang paling dominan adalah pajanan sinar ultraviolet (UV). Proses ini disebut sebagai skin photoaging atau premature aging skin (kulit menua dini). Berbagai terapi fisik topikal telah digunakan untuk menghilangkan gejala penuaan. Penelitian stem cell di bidang kosmetik merupakan hal baru yang menjanjikan. Tujuan: Mengevaluasi efek terapi Produk Metabolit Amniotic Membrane Stem Cell (PM-AMSC) pada penuaan kulit. Metode: Dua belas subjek photoaging di Divisi Kosmetik Unit Rawat Jalan (URJ) Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya dipilih untuk diberikan PM-AMSC sebanyak tiga kali dengan interval dua minggu. Evaluasi variabel pori, kerutan, spot (polarized), spot (UV), dan skin tone dengan alat skin analyzer (Janus), yang dilakukan pada minggu 0, 4, dan 8. Hasil:  Dua belas (12) subjek menyelesaikan studi. Rerata perbaikan klinis photoaging dari baseline hingga akhir studi pada variabel pori yakni 53,58±4,252 menjadi 48,17±4,859 (p=0,006), variabel kerutan yakni 13,75±6,930 menjadi 8,17±4,366 (p=0,019), dan spot (UV) yakni 17,17±9,024 menjadi 10,83±5,967 (p=0,029). Efek samping minimal berupa eritem pada 4 subjek (33,3%) dan urtikaria pada 1 subjek (8,3%). Simpulan: Terapi PM-AMSC sebagai terapi rejuvenasi alternatif memberikan perbaikan klinis photoaging dan memiliki efek samping minimal yang dapat ditoleransi.
Faktor Risiko Kandidiasis Vulvovaginalis (KVV) Dewi Puspitorini; Linda Astari; Yuri Widya; Sylvia Anggraeni; Evy Ervianti; Cita Rosita Sigit Prakoeswa; Sunarso Suyoso
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 30 No. 3 (2018): DESEMBER
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.151 KB) | DOI: 10.20473/bikk.V30.3.2018.193-200

Abstract

Latar Belakang: Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) merupakan penyakit inflamasi vulva dan vagina yang disebabkan oleh spesies Candida. Penyakit ini menyerang hampir tiga per empat wanita usia subur. Terdapat berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit ini. Penanganan yang baik terhadap faktor-faktor tersebut diharapkan dapat menurunkan angka kejadian KVV. Tujuan: Mengevaluasi faktor-faktor yang memengaruhi KVV. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif cross-sectional untuk mengamati faktor-faktor predisposisi KVV pada 12 April 2017 hingga 11 Juli 2017 di Unit Rawat Jalan RSUD Dr Soetomo Surabaya. Hasil: Didapatkan 25 pasien KVV dengan distribusi usia terbanyak adalah usia 15-24 tahun, lama keluhan terbanyak adalah 1-9 bulan, riwayat predisposisinya antara lain diabetes melitus, kondisi penurunan sistem imun, dan yang terbanyak adalah pemakai douching vagina. Hasil pemeriksaan klinis didapatkan semua pasien dengan vulva dan vagina eritema dan edema. Hasil pemeriksaan sediaan basah didapatkan blastospora positif dengan pseudohifa negatif sebesar 20%, blastospora positif dengan pseudohifa positif sebesar 48%, blastospora negatif dengan pseudohifa negatif sebesar 32%, dan tidak didapatkan blastospora negatif dengan pseudohifa positif. Pemeriksaan mikroskopis pengecatan Gram didapatkan blastospora positif dengan pseudohifa negatif sebesar 16%, blastospora negatif dengan pseudohifa positif sebesar 4%, blastoposra positif dengan pseudohifa positif sebesar 52%, dan blastospora negatif dengan pseudohifa negatif sebesar 28%. Didapatkan 100% sampel tumbuh koloni pada media Saboroud Dextrose Agar (SDA). Simpulan: KVV disebabkan oleh spesies Candida, yang tumbuh 100% pada media SDA. Terdapat faktor-faktor predisposisi yang sangat berpengaruh terhadap kejadian KVV.
The Effect of Media Exposure, Family Closeness, and Knowledge about Sexually Transmitted Disease on Sexually Transmitted Disease Risk Behaviors in Senior High School Students Oki Wihardiyanto; Flora Ramona Sigit Prakoeswa; Cita Rosita Sigit Prakoeswa
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 31 No. 1 (2019): APRIL
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.429 KB) | DOI: 10.20473/bikk.V31.1.2019.55-59

Abstract

Background: Sexually Transmitted Diseases (STDs) is one of the reproductive health problems that caused by unsafe sexual behavior. STDs can be caused by multiple factors, such as influenced by media exposure, family closeness, and the knowledge about STDs. The aim of this research is to evaluate the correlation between media exposure, family closeness, and knowledge about STDs on STDs risk behaviors in senior high school students. Methods: This study used cross sectional method, with 92 subjects of senior high school students, using family closeness questionnaire, media exposure questionnaire, and sexual knowledge and behavior questionnaire. The data were analyzed by Wilcoxon test and logistic regression test. Results: Based on the Wilcoxon test, the relation of media exposure, family closeness, and the knowledge about STDs with STDs risk behaviors obtained z scores 3.316 (p=0.001), -8.352 (p=0.000), -5.000 (p=0.000), respectively. The regression test showed a correlation value between media exposure, closeness, and the knowledge about STDs with STDs risk behavior of each 3.561 (p=0.040), 1.417 (p=0.011), 5.553 (p=0.037). Conclusion: There is a relationship between media exposure, family closeness, and the knowledge of STDs on STDs risk behaviors in senior high school students. Knowledge about STDs is the most influential factor in STDs risk behavior compared to media exposure and family closeness.
Clinicoepidemiological Profile of Severe Cutaneous Adverse Drug Reaction: A Retrospective Study Damayanti Damayanti; Menul Ayu Umborowati; Sylvia Anggraeni; Cita Rosita Sigit Prakoeswa; Marsudi Hutomo; Hari Sukanto
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 31 No. 1 (2019): APRIL
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2926.113 KB) | DOI: 10.20473/bikk.V31.1.2019.1-6

Abstract

Background: Drug eruption were varied from mild to severe reaction. Few studies have assessed the severe cutaneous adverse drug reaction (SCADR), especially in the setting of general hospital. Purpose: To evaluate clinicoepidemiological profile of SCADR at Dermatology and Venereology Ward Dr. Soetomo Hospital, Surabaya, Indonesia. Methods: All SCADR patients at Dr. Soetomo Hospital, Surabaya, Indonesia in the period of January 2016 – June 2017 was evaluated. Stevens-Johnson Syndrome (SJS), Toxic Epidermal Necrolysis (TEN), Acute Generalized Exanthematous Pustulosis (AGEP), Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptoms (DRESS) and exfoliative dermatitis cases were included in the study. Results: There were 24 patients in this study, consisted of 11 SJS cases, 1 TEN case, 2 SJS/TEN-overlap cases, 10 exfoliative dermatitis cases. The mean of latent period between drug intake and onset of symptoms was 15.8 days. The most common offending drug was mefenamic acid (20.9%), followed by cefadroxil and phenytoin (each 16.7%). Antibiotics was the highest frequent offending drug-groups (62.5%), followed by non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs). Prompt withdrawal of the offending drugs, systemic corticosteroid, and supported therapy were given to all patients, which gave good results in 21/24 patients (87.5%). Conclusion: Antibiotics were the most common offending drug-groups. SCADR might give high mortality rate, but early diagnosis, prompt withdrawal of the suspected drugs, closed monitoring to evaluate complications can improve the prognosis of SCADR.
Profil Pasien Dermatitis Kontak Alergi Akibat Kosmetik Marissa Astari Rubianti; Cita Rosita Sigit Prakoeswa
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 31 No. 1 (2019): APRIL
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.163 KB) | DOI: 10.20473/bikk.V31.1.2019.35-40

Abstract

Latar Belakang: Kontak erat kosmetik dalam waktu yang lama dengan kulit, menginisiasi proses sensitisasi dari beberapa kandungan bahan kimia yang ada di dalamnya. Banyaknya kasus dermatitis kontak alergi (DKA) akibat kosmetik diakibatkan oleh beragamya produk kosmetik yang beredar di pasaran seperti sabun, shampoo, deodorant, pasta gigi, krim wajah, tabir surya, dan parfum. Tujuan: mengevaluasi profil pasien DKA akibat kosmetik dan pelayanan pasien DKA akibat kosmetik di Divisi Alergi Instalasi Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2014-2017. Metode: Studi retrospektif dari data sekunder rekam medik pasien baru DKA akibat kosmetik selama periode 4 tahun (2014-2017). Hasil: Pasien baru DKA akibat kosmetik terbanyak tahun 2017 sebanyak 8.6 % dari total kunjungan pasien dermatitis kontak di divisi alergi. Pasien perempuan lebih banyak daripada laki-laki dengan kelompok umur terbanyak pada usia 20-30 tahun (37,7%). Bahan penyebab terbanyak yang dilaporkan adalah krim pagi. Manifestasi klinis terbanyak bentuk makula eritematosa disertai dengan rasa gatal dengan eliminasi bahan penyebab sebagai penatalaksanaan utama pada DKA akibat kosmetik. Sebanyak 53 (18,3%) pasien dilakukan pemeriksaan uji tempel dan 20 (37,7%) pasien menunjukkan hasil yang positif dengan karakteristik hasil uji tempel 100% pasien menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan as-is dan 45% pada bahan reagen standar. Sebanyak 19,7% pasien memiliki riwayat atopi pada diri sendiri dan 6,5% pada keluarganya. Simpulan: Profil DKA akibat kosmetik dapat disebabkan karena bahan yang terkandung di dalam suatu produk kosmetik dan tidak berhubungan dengan riwayat atopi pada diri sendiri maupun keluarga pasien.
Efektivitas Lactobacillus plantarum terhadap Serum Imunoglobulin E Total dan Indeks Scoring Atopic Dermatitis (SCORAD) Pasien Dermatitis Atopik Dewasa laissa Bonita; Cita Rosita Sigit Prakoeswa; Afif Nurul Hidayati
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 31 No. 3 (2019): DESEMBER
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.663 KB) | DOI: 10.20473/bikk.V31.3.2019.78-84

Abstract

Latar Belakang: Dermatitis Atopik (DA) dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan sel T-helper (Th) 1 dan Th2 yang diduga memengaruhi kadar imunoglobulin (Ig) E, yang juga memengaruhi indeks Scoring Atopic Dermatitis (SCORAD). Studi mengenai efek terapi probiotik pada DA telah dilakukan, namun hanya sedikit dilakukan pada dewasa dan hasilnya bervariasi. Lactobacillus plantarum IS-10506 (LP IS-10506) adalah probiotik indigenous asal Indonesia yang telah diuji secara in vitro maupun in vivo. Tujuan: Mengevaluasi efek terapi probiotik LP IS-10506 terhadap serum Ig E total dan indeks SCORAD dalam pengobatan DA. Metode: Uji klinis acak terkontrol tersamar ganda terhadap 30 pasien, dilakukan randomisasi untuk mendapatkan probiotik atau plasebo selama 8 minggu. Kadar serum Ig E total dan indeks SCORAD dievaluasi sebelum dan sesudah intervensi. Hasil: Lima belas subjek kelompok probiotik dan 15 subjek kelompok plasebo telah menyelesaikan studi. Tidak didapatkan perbedaan bermakna rerata kadar Ig E total kelompok probiotik dan plasebo pada akhir studi, masing-masing 470,833 + 751,329 IU/ml dan 222,826 + 181,681 IU/ml (p=0,350). Rerata penurunan indeks SCORAD pada kelompok probiotik lebih besar dibandingkan plasebo dengan perbedaan bermakna pada akhir studi, masing-masing 9,6133 + 2,552 dan 13,133 + 5,029 (p= 0,022). Simpulan: Tidak didapatkan perbedaan bermakna pemberian probiotik dalam hal penurunan kadar serum Ig E total dibandingkan kelompok kontrol. Penurunan indeks SCORAD bermakna pada kelompok probiotik dibandingkan kelompok kontrol.
Studi Retrospektif: Reaksi Kusta Tipe 1 Ridha Ramadina Widiatma; Cita Rosita Sigit Prakoeswa
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 31 No. 2 (2019): AGUSTUS
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.976 KB) | DOI: 10.20473/bikk.V31.2.2019.144-149

Abstract

Latar Belakang: Reaksi kusta tipe 1 terjadi akibat perubahan keseimbangan antara cell mediated immunity (CMI) dan basil Mycobacterium leprae di saraf dan kulit pasien kusta dengan hasil akhir berupa upgrading atau reversal. Pasien kusta tipe subpolar memiliki imunitas yang tidak stabil sehingga sering mengalami reaksi tipe 1 yang berulang terutama tipe Borderline Borderline (BB). Gejala klinis reaksi tipe 1 berupa peradangan kulit maupun saraf dapat menimbulkan kecacatan bila tidak ditangani secara tepat. Tujuan: Mengevaluasi gambaran umum, diagnosis, dan terapi reaksi kusta tipe 1. Metode: Studi retrospektif terhadap rekam medis kunjungan baru pasien kusta selama 4 tahun (2014 – 2017) di Divisi Kusta Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr Soetomo Surabaya. Hasil: Total 68 pasien baru kusta dengan reaksi tipe 1 (13,2% dari seluruh pasien baru Divisi Kusta), 60,3% berjenis kelamin laki-laki, 41,2% berusia 15–34 tahun, dan tipe kusta terbanyak adalah tipe BB (72,1%). Gejala reaksi pada kulit berupa keluhan penebalan bercak merah lama (80,9%), reaksi terutama terjadi saat masih dalam pemberian multidrug therapy (66,2%). Gejala saraf tepi pada reaksi tipe 1 yang terbanyak adalah tanpa gejala (66,7%). Terapi terbanyak yang diberikan adalah obat antiinflamasi nonsteroid (45,6%) dan kortikosteroid (29,4%). Simpulan: Diagnosis reaksi tipe 1 perlu ditegakkan dengan benar melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menentukan penatalaksanaan yang tepat. Penggalian riwayat tentang faktor pemicu sangat penting untuk mencegah reaksi tipe 1 berulang atau berkepanjangan.
Efikasi Seramid, Mentol, dan Polidokanol dibandingkan Jeli Petrolatum terhadap Keparahan Dermatitis Atopik Ringan Dewi Nurasrifah; Menul Ayu Umborowati; Diah Mira Indramaya; Iskandar Zulkarnain; Cita Rosita Sigit Prakoeswa
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 31 No. 2 (2019): AGUSTUS
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.295 KB) | DOI: 10.20473/bikk.V31.2.2019.91-97

Abstract

Latar Belakang: Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit kompleks dengan gejala klinis berspektrum luas. Penyakit ini ditandai dengan gejala gatal yang dominan sampai dapat mengganggu kualitas tidur, dan dapat menyebabkan infeksi sekunder. Patogenesis DA meliputi gangguan sawar kulit, faktor lingkungan, agen infeksius, dan abnormalitas sistem imun. Gangguan sawar kulit menjadi faktor utama yang harus diperbaiki salah satunya dengan pemberian pelembap seawal mungkin. Tujuan: Membandingkan efikasi pelembap yang mengandung seramid, mentol, dan polidokanol dengan jeli petrolatum pada pasien DA derajat ringan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental analitik dengan menggunakan metode uji klinis acak terkontrol tersamar tunggal, membandingkan terapi pelembap yang mengandung seramid, polidokanol, dan mentol dengan pelembap jeli petrolatum pada pasien DA anak dan dewasa dengan derajat keparahan ringan yang dinilai melalui indeks scoring of atopic dermatitis (SCORAD). Hasil: Penghitungan nilai SCORAD sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan atau kontrol memiliki perbedaan yang tidak  signifikan  dengan nilai p>0,05. Simpulan: Pemberian kedua jenis pelembap dapat menurunkan derajat keparahan SCORAD pada pasien DA.
Diagnosis and Management of Leprosy Medhi Denisa Alinda; Silvani Geani; Regitta Indira Agusni; Bagus Haryo Kusumaputra; Novianti Rizky Reza; Cita Rosita Sigit Prakoeswa; Muhammad Yulianto Listiawan
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 32 No. 2 (2020): AUGUST
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/bikk.V32.2.2020.149-157

Abstract

Background: Leprosy is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium leprae, which tends to attack peripheral nerves and skin. The diagnosis of leprosy is based on the presence of one of three cardinal signs. Early diagnosis of leprosy is critical and is made through clinical examination and investigation. Purpose: To discuss the diagnosis, laboratory examination, and treatment of leprosy, considering that early diagnosis and appropriate treatment are the key elements in breaking the chain of transmission and preventing leprosy patients' disabilities. Review: Leprosy is a chronic granulomatous infectious disease caused by the Mycobacterium leprae. Based on clinical appearance, histopathology findings, and immunological, leprosy is grouped into six forms using the Ridley-Jopling classification, namely Tuberculoid (TT), Borderline Tuberculoid (BT), Borderline-borderline Mid-borderline (BB), Borderline-lepromatous (BL), Subpolar Lepromatous (LLs), and Polar Lepromatous (LLp). Based on the treatment category, leprosy is grouped into paucibacillary (PB) and multibacillary (MB). Leprosy is often diagnosed clinically, and skin scraping smear remains the preferred laboratory method. The negative results of smear skin scraping may not necessarily exclude leprosy. Therefore, a higher sensitivity test might be needed to detect M. leprae. Treatment with Multi-Drug Therapy (MDT) is adjusted based on the type of leprosy, whether it belongs to the PB or MB group. Treatment of PB type, regimens are rifampicin and dapsone, while in MB type, the patients received rifampicin, dapsone, and clofazimine regimens. Conclusion: A proper diagnosis for leprosy, both through physical examination and laboratory examination, is required to determine an effective MDT treatment and break the chain of disease transmission.
Efek Pemberian Lactobacillus plantarum IS-10506 terhadap Indeks Scoring Atopic Dermatitis (SCORAD) Pasien Dermatitis Atopik Dewasa Derajat Ringan-Sedang: Uji Klinis Acak Terkontrol, Tersamar Ganda Abdul Karim; Trisniartami Setyaningrum; Cita Rosita Sigit Prakoeswa
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 31 No. 3 (2019): DESEMBER
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.415 KB) | DOI: 10.20473/bikk.V31.3.2019.85-92

Abstract

Latar belakang: Efek terapi probiotik pada dermatitis atopik (DA) telah dibuktikan, namun hanya beberapa studi pada populasi dewasa dan hasilnya masih tidak konsisten. Ketidakseimbangan sel T-helper (Th)1 dan Th2 diduga memengaruhi kadar imunoglobulin (Ig) E, yang juga memengaruhi indeks Scoring Atopic Dermatitis (SCORAD). Penatalaksanaan standar yang telah ada hanya mengurangi gejala DA. Lactobacillus plantarum (LP) IS-10506 merupakan probiotik yang diisolasi dari dadih, suatu fermentasi susu kerbau tradisional asli Indonesia yang diharapkan akan memperbaiki gejala DA karena efek imunomodulator. Tujuan: Mengevaluasi perbaikan indeks SCORAD setelah pemberian LP IS-10506 pada DA dewasa derajat ringan-sedang. Metode: Uji klinis acak terkontrol tersamar ganda terhadap 30 pasien DA dewasa derajat ringan-sedang dirandomisasi untuk mendapatkan LP (dosis: 2x1010 cfu/hari) atau plasebo selama 8 minggu di Divisi Alergi Imunologi Instalasi Rawat Jalan (IRJ) Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Indeks SCORAD dievaluasi sebelum, minggu ke-4, dan sesudah intervensi (minggu ke-8). Hasil: Sebesar 15 sampel pada kelompok LP dan 15 sampel pada kelompok plasebo dapat menyelesaikan studi. Nilai SCORAD pada kelompok LP lebih rendah dibanding plasebo dengan rerata selisih yang berbeda bermakna pada minggu ke-4 (p = 0,040) dan minggu ke-8 (p = 0,022). Simpulan: Pemberian LP IS-10506 dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan pada DA dewasa derajat ringan-sedang karena memiliki efek imunomodulator.
Co-Authors Abdul Karim Abdullah, Salsabilla Putri Kinanti Afif Nurul Hidayati Afif Nurul Hidayati, Afif Nurul Agatha Anindhita Ardhaninggar Agatha Anindhita Ayu Ardhaninggar Agnes Sri Siswati Agung, Jeffrey Agus Aan Adriansyah Agus Sri Wardoyo Alpha Fardah Athiyyah Amak M. Yaqub Anang Endaryanto Anang Endaryanto Anggraen, Sylvia Anggraeni Noviandini Anggraeni Noviandini, Anggraeni Anggraeni, Sylvia Anna Surgean Veterini Antoni Miftah Antoni Miftah, Antoni Anum, Qaira Arifin Saiboo, Alvian Arlina Dewi Astindari Astindari Astindari, Astindari Ayu Umborowati, Menul Bagus Bagus Bagus Haryo Kusumaputra Bagus Haryo Kusumaputra Bagus Haryo Kusumaputra, Bagus Haryo Bella Ayu Paramitha Bintanjoyo, Lunardi Budi Prasetyo Budi Utomo Budi Utomo Budi Utomo Budiono Budiono Chesia Christiani Liuwan Christina Avanti Cindy Fransisca, Cindy Damayanti Damayanti Damayanti Damayanti Damayanti Damayanti Damayanti Damayanti Damayanti Damayanti Damayanti Damayanti Damayanti Damayanti Tinduh Deasy Fetarayani Devi, Aprilin Krista Dewi Nurasrifah Dewi Puspitorini Dhelya Widasmara Dhyah Aksarani Handamari Diah Mira Indramaya Diana Kartika Sari Diana Kartika Sari, Diana Kartika DINAR ADRIATY Dominicus Husada Dwi Murtiastutik Dwikora Novembri Utomo Dyah Ayu Pitasari DYAH FAUZIAH, DYAH Dyah Ratri Anggarini Dyah Ratri Anggarini, Dyah Ratri Eighty Mardiyan K, Eighty Eliza, Frizka Endang Wahyu Fitriani Erwin Astha Triyono Esti Hendradi Eva Lydiawati Evy Ervianti Evy Ervianty, Evy Fajrin, Farah Meriana Farah Adiba, Asmahan Farahannisaa, Kintan Adelia Farhat Surya Ningrat Febrina D Pratiwi Febrina Dewi Pratiwi Fedik Abdul Rantam Ferdiansyah Ferdiansyah Mahyudin Ferriastuti, Widiana Fifa Argentina Flora Ramona Sigit Prakoeswa Gatot Soegiarto Geani, Silvani Hamidah, Berliana Hamzah Hardyanto Soebono Hari Basuki Notobroto Hari Sukanto Hari Sukanto Hari Sukanto, Hari Hartanto, Felix Heri Suroto I Gusti Ayu Agung Elis Indira I Gusti Ayu Agung Praharsini I Gusti Nyoman Darmaputra Indah Purnamasari Indah Purnamasari INDROPO AGUSNI Ingrid Suryanti Surono Ingrid Suryanti Suryono Intan Primasari Irma Tarida Listiyawati Irma Tarida Listiyawati, Irma Tarida Irmadita Citrashanty Irmadita Citrashanty Irmadita Citrashanty, Irmadita Iskandar Zulkarnain Iskandar Zulkarnain Isnaniyanti Fajrin Arifin Iswahyudi Iswahyudi Iswahyudi Izzatul Fithriyah Jastika, Faradistiani Rakhmawati Jayawarsa, A.A. Ketut Kartika Paramita Komaratih, Evelyn Kurniati Kurniati KUSUMASTUTI, ETTY HARY laissa Bonita Laksmi Wulandari Laura Navika Yamani Linda Astari, Linda Lubis, Ramona Sari Luh Made Mas Rusyati Lutvia Hidayati M. Yulianto Listiawan Made Putri Hendaria Mamuaja, Enricco Hendra Mappamasing, Hasnikmah Marissa Astari Rubianti Marsudi Hutomo Marsudi Hutomo Maya Weka Santi Maylita Sari Maylita Sari, Maylita Medhi Denisa Alinda, Medhi Denisa Medisika, Dhea Meita Ardini Pratamasari, Meita Ardini Menul Ayu Umborowati Menul Ayu Umborowati Menul Ayu Umborowati Menul Ayu Umborowati Menul Ayu Umborowati, Menul Ayu Muchtar, Vitayani Mulianto, Nur Rachmat Nadia Wirantari Nadia Wirantari, Nadia Nadya Divina Baihaqi Ni Made Inten Lestari Nisa Qurrota Ayun Novianti Rizky Reza Nugroho, Wisnu Triadi Nur Hidayah Nyoman Suryawati Oki Wihardiyanto Pakpahan, Cennikon Pepy D. Endraswari Pepy Dwi Endraswari, Pepy Dwi Prajitno, Subur Prameswari, Faida Ufaira Pratiwi, Karina Dyahtantri Puput Ade Wahyuningtyas Puteri, Rr. Astrid Aulia Artiono Rahmadewi Rahmadewi Rahmadewi Ratna Wahyuni RATNA WAHYUNI Regitta Indira Regitta Indira Agusni Renata Prameswari Renni Yuniati Retha Retha Ria Hanistya Ridha Ramadina Widiatma Ridha Ramadina Widiatma Rina Mutya Suzliana Riyana Noor Oktaviyanti Riyana Noor Oktaviyanti Romaniyanto Romaniyanto Romaniyanto Rubianti, Marissa Astari S.Pd. M Kes I Ketut Sudiana . Santi Martini Santoso, Kohar Hari Santoso Hari Sari, Desiana Widityaning Sari, Vida Cahlia Novita Sawitri Sawitri Sawitri Sawitri Sawitri Sawitri Sawitri Semedi, Bambang Pujo SHINZO IZUMI Silvani Geani Sri Awalia Febriana Sri L. Menaldi Subijanto Marto Soedarmo Sunarso Suyoso Tanojo, Natalia Tengku Riza Zarzani N Thinni Nurul Rochmah Tri Wibawa Trias Mahmudiono Trisniartami Setyaningrum Tristiana Erawati Troef Soemarno Troef Soemarno, Troef Widji Soeratri Willy Sandhika Wisnu Triadi Nugroho Wisnu Triadi Nugroho Wisnu Triadi Nugroho Yetti Hernaningsih Yohanes Aditya Adhi Satria Yuindartanto, Andre Yuri Widya Yusuf Wibisono Yuyun Rindiastuti