Articles
Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Transmigran : Studi Sosio-Ekonomi di Tiga Kampung di Distrik Masni Kabupaten Manokwari
P. Tulak, Paulina;
Hadi Dharmawan, Arya
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 3 No. 2 (2009): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (186.638 KB)
|
DOI: 10.22500/sodality.v3i2.5866
Among the primary objectives of transmigration program are to increase the economic status of transmigrant farm-households and enhancing rural infrastructures of the local region. To see wether such objective is attainable, a study of transmigrant farm households has been conducted in West Papua. The study attempts: (1) to know whether there is any relation between the socio-cultural/ethnical background of the transmigrant farm-household with the achievement of welfare status, (2) to analyze factors influencing to the income level of transmigrant farm-households, and (3) to understand how the farm households enhance the degree of economic status by building numerous livelihood strategies. The methods as used in the analysis are: (1) income level analysis of the households, (2) gini-ratio analysis, and (3) descriptive analysis. The results of this study are: socio-cultural (ethnical) setting of transmigrant has a substantial influence to the achievement of welfare level. Javanese transmigrant showed a much higher income achievement due to their strong engagement in the non-farm economy, as compared to Papuanese transmigrant farm-households. The non-farm economy provides a strong basis for economic growth at household level. However, the growth of non-farm economy unexpectedly caused an increasing tendency of income disparity among different farm household strata. Since non-farm economy shares a positive contribution for regional economic growth, the study concludes, that the government needs to take seriously this economic sector into account when regional development needs to be well-accomplished in West Papua.
Modal Sosial Dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin Di Kecamatan Tanah Sareal Dan Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor)
Martianto, Drajat;
Alfiasari, .;
Hadi Dharmawan, Arya
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 3 No. 1 (2009): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (408.156 KB)
|
DOI: 10.22500/sodality.v3i1.5869
Nilai sosial yang terpelihara baik seperti kepercayaan, jaringan sosial, dan norma sosial menjadi hal yang menguntungkan bagi interaksi antar anggota masyarakat. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis kondisi modal sosial dan potensinya dalam menguatkan ketahanan pangan pada rumah tangga miskin di lokasi penelitian. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kedung Jaya, Kecamatan Tanah Sareal dan Kelurahan Tajur, Kecamatan Bogor Timur. Penelitian ini menunjukkan bahwa kecukupan modal sosial lebih terlihat di Kelurahan Kedung Jaya, dan keberadaan modal sosial tersebut berpotensi dalam menentukan ketahanan pangan rumah tangga miskin. Rumah tangga yang mempunyai kepercayaan lebih tinggi dalam menjalin hubungan tanpa rasa saling curiga, mempunyai kepercayaan lebih tinggi dalam menjaga lingkungan tetap langgeng (sustain), mempunyai hubungan sosialnya lebih banyak dalam pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangganya, dan istrinya bukan penduduk asli lingkungan tempat tinggal merupakan rumah tangga yang mempunyai tingkat ketahanan pangan lebih baik.
Perubahan Sistem Pertanian dan Munculnya Strategi “Amphibian” dalam Praktek Moda Produksi (Studi Kasus pada Empat Komunitas Petani Kakao di Propinsi Sulawesi Tengah dan Nangroe Aceh Darussalam)
Fadjar, Undang;
Hadi Dharmawan, Arya;
Felix Sitorus, MT
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 2 No. 2 (2008): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (324.599 KB)
|
DOI: 10.22500/sodality.v2i2.5887
Studi tentang perubahan sistem pertanian dan munculnya strategi “amphibian” dalam praktek moda produksi dilakukan sebagai studi multikasus pada empat komunitas petani kakao. Dua komunitas petani berada di Propinsi Sulawesi Tengah (satu komunitas petani berasal dari etnis Bugis dan satu komunitas lain berasal dari etnis Kaili), sementara dua komunitas lain berada di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (semua komunitas petani berasal dari etnis Aceh). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh kapitalisme pada komunitas petani telah meningkatkan beberapa elemen penting dari moda produksi prakapitalis, khususnya pada kegiatan yang berhubungan dengan pengambilan modal bukan lahan yang dibutuhkan petani untuk memproduksi padi di lahan sawah, dan pada kegiatan yang berhubungan dengan pasar kakao. Bagaimanapun, pada saat yang sama, keragaman unsur dari moda poduksi prakapitalis masih dipraktekkan oleh sebagian petani, baik pada kegiatan yang berhubungan dengan padi sawah maupun memproduksi perkebunan kakao. Dalam hal ini, para petani (komunitas petani) menerapkan baik keragaman unsur dari moda produksi kapitalis maupun keragaman unsur dari moda produksi prakapitalis. Temuan ini sangat signifikan berkontribusi dalam tipologi baru dari moda produksi sebagaimana apa yang disebut dengan istilah “moda produksi amphibian”
Analisis Sosio-Ekologi dan Sosio-Budaya Burung Berkicau di Dua Kota di Indonesia: Teladan dari Surabaya dan Yogyakarta
Supriyadi, Anton;
Soetarto, Endriatmo;
Hadi Dharmawan, Arya
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 2 No. 1 (2008): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (257.433 KB)
|
DOI: 10.22500/sodality.v2i1.5889
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek sosio-budaya komunitas penggemar burung di Jawa. Konteksnya adalah keterkaitan antara konstruksi pemaknaan yang berkembang di tingkat komunitas dengan setting sosio-kultural di mana komunitas itu berada, termasuk di dalamnya adalah dinamika dalam setting sosio-kultural komunitas. Pemahaman mengenai setting sosio-kultural dalam hal ini difokuskan pada dimensi kepentingan aktor yang bermain dalam komunitas penggemar burung maupun komunitas lain dalam ranah yang lebih luas. Penelitian ini dilakukan dengan memilih dua lokasi yang berbeda latar setting sosio-kulturalnya, yaitu Surabaya dan Yogyakarta. Surabaya merepresentasikan setting sosio-kultural masyarakat Jawa yang berpusat pada kegiatan ekonomi pesisir, sedangkan Yogyakarta merepresentasikan masyarakat Jawa yang berpusat pada tradisi Jawa kerajaan yang masih kuat. Temuan dari lapangan menunjukkan adanya perbedaan diantara kedua lokasi tersebut dalam merepresentasikan kekuatan aktor yang bermain sebagai manifestasi dari setting sosio-kultural serta dinamika konstruksi pemaknaan yang berkembang di tingkat komunitas terhadap burung.
Pengelolaan Sampah Rumahtangga Berbasis Komunitas: Teladan dari Dua Komunitas di Sleman dan Jakarta Selatan
Dwi Utami, Beta;
Siswi Indrasti, Nastiti;
Hadi Dharmawan, Arya
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 2 No. 1 (2008): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (219.092 KB)
|
DOI: 10.22500/sodality.v2i1.5893
Studi kasus pengelolaan sampah rumahtangga di Wedomartani (Sleman, Yogyakarta, Daerah Istimewa) dan Banjarsari (Jakarta Selatan) memberikan perspektif alternatif untuk meminimalisasi timbunan sampah yang dikelola oleh pemerintah melalui skenario daur ulang sampah dengan mengkombinasikan aspek teknis, ekologi, ekonomi, sosial budaya, kebijakan dan kelembagaan. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan sampah rumahtangga dari sumbernya di Wedomartani dan Banjarsari; 2) untuk membuat sintesis pola pengelolaan sampah berbasis komunitas; 3) untuk menguji dan mengevaluasi efektivitas dan efisiensi pola dari kedua studi kasus tersebut. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni 2005 sampai Agustus 2006. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan pengambilan sampel. Analisis data dilakukan secara deskriptif meliputi analisis efektivitas biaya, analisis regresi, analisis varian dan t-test. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat memberikan beberapa keuntungan yakni : 1) mengurangi 57 persen sampah 70 persen dari total jumlah sampah; 2) efisiensi biaya sebesar 23 persen sampai 37 persen dibandingkan pengelolaan secara konvensional; 3) peningkatan nilai ekonomi dengan penjualan barang daur ulang, pelayanan pelatihan daur ulang dan bentuk-bentuk diversifikasi yang lain; 4) menciptakan harmoni sosial antar banyak pihak. Implementasi kedua pola ini di Bogor belum dapat dilakukan secara optimal karena belum terpenuhinya prasyarat untuk mencapainya. Tingkat biaya operasional juga belum dapat dicapai secara menguntungkan.
Struktur Nafkah Rumahtangga dan Pengaruhnya terhadap Kondisi Ekosistem Sub DAS Citanduy Hulu
Andi Astuti, Yusticia;
Hadi Dharmawan, Arya
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 2 No. 1 (2008): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (327.628 KB)
|
DOI: 10.22500/sodality.v2i1.5895
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis ketergantungan rumahtangga pedesaan pada sumberdaya alam, (2) untuk menganalisis tipe dari aktivitas ekonomi rumahtangga pedesaan yang memberi dampak pada degradasi sumberdaya alam, (3) untuk menganalisis willingness to pay (WTP) dari rumahtangga pedesaan sebagai ekspresi atas komitmen masyarakat pedesaan pada rehabilitasi sumberdaya alam dan pengelolaan kualitas lingkungan mereka, dan (4) untuk menganalisis hubungan antara struktur aktivitas rumah tangga pedesaan dengan degradasi sumberdaya alam di Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy. Struktur pendapatan rumahtangga pedesaan sangat tergantung pada kelimpahan sumberdaya alam di wilayah tersebut. Hal ini tampak dari struktur distribusi pendapatan, yang menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan diperoleh dari sektor pertanian. Ketergantungan yang tinggi pada aktivitas pertanian memberikan pengaruh pada tekanan ekologi yang besar di kawasan tersebut. Kondisi itu tampak di Desa Medanglayang dan Citamba terutama bagi rumahtangga pedesaan yang berpendapatan rendah di sektor pertanian. Pada kelompok pendapatan ini tampak bahwa rata-rata erosi dan sedimentasi yang diakibatkan oleh aktivitas pertanian mereka sangat tinggi. Studi kasus dari Kertamukti menunjukkan bahwa ketika pendapatan di luar pertanian lebih tinggi, maka tingkat kerusakan sumberdaya alam lebih rendah. Hasil temuan ini merujuk pada suatu kesimpulan bahwa faktor keterdesakan ekonomi menyebabkan kerusakan sumberdayaa lam di Hulu DAS Citanduy
Konversi Lahan Pertanian Dan Perubahan Struktur Agraria (Studi Kasus di Kelurahan Mulyaharaja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat)
Dharmawan, Arya Hadi;
Sihaloho, Martua;
Rusli, Said
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 1 No. 2 (2007): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (269.345 KB)
|
DOI: 10.22500/sodality.v1i2.5928
Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang bertujuanmenganalisis konversi lahan pertanian dan perubahan struktur agraria di Kelurahan Mulyaharja. Strategi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitati.Dampak konversi lahan pertanian di Kelurahan Muliahardja adalah ketimpangan struktur agraria lahan terhadap kehidupan masyarakat menyangkut perubahan pola penguasaan lahan, pola nafkah dan hubungan pola produksi. Ketimpangan struktur agraria berimplikasi terhadap kehidupan/kesejahteraan masyarakat. Tesis yang ‘dibangun’ adalah ‘keadilan agraria’. Inti/gagasan tesis ini adalah perubahan struktur agraria yang menyebabkan tekanan sosial yang tidak merata, dimana kaum berpendapatan rendah/miskin adalah penderita utama atas hadirnya perubahan tersebut (fakta-fakta ketidak-adilan agraria) Harapan ke depan adalah proses pembangunan yang memperhatikan ‘keadilan agraria’ (pembangunan agraria yang memihak pada kaum miskin.
Transformasi Struktur Nafkah Pedesaan: Pertumbuhan “Modal Sosial Bentukan” dalam Skema Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di Kabupaten Kuningan
M Purnomo, Agustina;
Hadi Dharmawan, Arya
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 1 No. 2 (2007): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (271.028 KB)
|
DOI: 10.22500/sodality.v1i2.5931
Sumber-sumber nafkah bentukan (constructed livelihood resources) yang disemaikan bagi petani oleh agensi ekstra-lokal (Negara), ternyata tidak serta-merta dimaknai secara sama-dan-sebangun oleh masyarakat lokal. Respons yang diberikan secara berbeda itu disebabkan, masyarakat lokal memiliki logika, sistem etika atau cara-pandang yang berbeda dalam membangun sistem nafkah mereka. Sistem norma, nilai dan tradisi lokal ikut mempengaruhi proses formasi sistem nafkah pedesaan secara keseluruhan. Pembentukan sumber-sumber nafkah artifisial yang menggunakan rasionalisme ekonomi non-lokal membawa akibat pada inefisiensi sistem yang mubazir. Respons non-receptive dari petani lokal atas hadirnya keterlimpahan kelembagaan nafkah bentukan (artificial livelihood institution endowment) yang dibangun oleh agensi ekstra-lokal di sekitar hutan di Kuningan Jawa Barat, menjadi bukti bahwa memang ada perbedaan sistem rasionalitas yang nyata antara Negara (dalam hal ini Perum Perhutani) dengan apa yang dianut oleh komunitas lokal. Studi ini hendak melihat mengapa sebuah kelembagaan nafkah hasil bentukan dari agensi ekstra-lokal (Perum Perhutani) mengalami disfungsionalitas-peran dalam menopang dan mentransformasikan keseluruhan sistem nafkah di pedesaan sekitar hutan
Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan: Pandangan Sosiologi Nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Barat dan Mazhab Bogor
Dharmawan, Arya Hadi
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 1 No. 2 (2007): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (337.201 KB)
|
DOI: 10.22500/sodality.v1i2.5932
Kajian kemiskinan yang dilakukan oleh Sajogyo dan sekelompok sarjana ilmu sosial di Institut Pertanian Bogor (IPB) selama tiga dekade terakhir di abad 20, tidak dapat dielakkan akhirnya menyentuh ranah studi “mekanisme bertahan hidup” baik yang dibangun pada aras individu, rumahtangga, maupun aras kelompok. Analisis sistem nafkah dalam konteks transformasi struktur agraria dan pedesaan yang dikembangkan Soyogyo dan murid-muridnya, menghasilkan cara pandang yang khas tentang sistem penghidupan (livelihood system) dan kaitannya dengan dinamika perubahan sosial pedesaan. Konsistensi analisis yang dibangun tentang sistem penghidupan dan nafkah pedesaan mengantarkan studi nafkah berkembang cabang baru dalam sosiologi, yaitu sosiologi nafkah (livelihood sociology). Tulisan ini mengupas serba ringkas perbandingan tradisi/mazhab Bogor (Sajogyo dan para muridnya) dan mazhab Eropa (Chambers dan kawan-kawan dari Sussex Inggris) dalam menganalisis sistem penghidupan dan nafkah pedesaan.
Krisis-Krisis Socio-Politico-Ecology di Kawasan Konservasi: Studi Ekologi Politik di Taman Nasional Gunung Merapi
Repelita Kuswijayanti, Elisabet;
Hadi Dharmawan, Arya
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 1 No. 1 (2007): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (274.367 KB)
|
DOI: 10.22500/sodality.v1i1.5938
Gunung Merapi telah lama menjadi kawasan penopang kelangsungan sistem penghidupan (livelihood system) masyarakat lokal di dua provinsi yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta/DIY dan Jawa Tengah. Sejak 4 Mei 2004, Gunung Merapi ditetapkan sebagai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan (SK Menhut) Nomor 134/2004. Segera setelah kebijakan itu dijalankan, terlihat dampak sosio-politiko-ekologis di tiga kawasan yang berbeda letak geografis dan khas secara ekologis lokal, yaitu: 1) Desa Ngargomulyo di Magelang Jawa Tengah, 2) kawasan penambangan pasir di Jurangjero Ngargosoka Magelang Jawa Tengah dan 3) kawasan wisata Kaliurang di Kabupaten Sleman, DIY. Untuk mengantisipasi dinamika eko-politik lebih jauh disusun studi dengan dua tujuan utama: 1) memetakan realitas hak-hak pemilikan/penguasaan atas sumberdaya alam (SDA) serta mekanisme akses pemanfaatan SDA di TNGM dan 2) menganalisis konflik-konflik sosial dan benturan kepentingan yang berlangsung sebagai akibat tumpang-tindihnya klaim pemanfaatan SDA serta “konflik advokasional†yang melibatkan multi-pihak seperti Organisasi Non-Pemerintah Lingkungan (Ornop-L), instansi Negara, swasta dan masyarakat lokal. Hasil studi mengungkapkan bahwa SK Menhut tentang TNGM sebagai conservation zone serta-merta membatasi akses komunitas lokal kepada sumber-sumber nafkah asli yang selama ini ada di Gunung Merapi (lahan pertanian dan aktivitas ekstraksi SDA lain). Penetapan status TNGM yang membiarkan penambangan pasir beroperasi secara ekstraktif di dalam kawasan konservasi oleh para penambang dari luar komunitas lokal dianggap sebagai fenomena ketidakadilan sosio-ekologis. Studi merekomendasikan: 1) perlu adanya kesepahaman atas pengertian konsep zona-konservasi sehinga access mechanism yang ditetapkan dan dipraktekkan oleh semua pihak 2) Proses perumusan dan implementasi serta penafsiran sebuah kebijakan pengelolaan SDA mensyaratkan perlunya membuka akses-akses komunikasi antar pihak, agar konflik kepentingan dapat ditekan.