Fotografi berperan penting dalam sejarah Bangsa Indonesia. Lewat fotografi pada awalnya hanya dianggap sebagai dokumen ternyata malah menjadi sebuah medium propaganda. Objek penelitian lewat foto-foto karya IPPHOS (Indonesia Press Photo Service), khususnya pada foto pembacaan teks proklamasi, pengibaran sangsaka merah putih pada tanggal 17 Agustus 1945 dan Presiden Soekarno memeluk Jendral Soedirman. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kekuatan dan potensi fotografi sebagai medium propaganda dari pemerintah Indonesia, berdasarkan fungsi dari fotografi sebagai estetika pada masa revolusi fisik. Analisis terhadap fungsi fotografi sebagai alat propaganda pemerintah Indonesia pada masa revolusi fisik akan dilakukan melalui elemen estetika dari fotografi, sebagai pembacaan terhadap kode visual atas foto-foto IPPHOS sebagai perwujudan strategi perjuangan mempertahankan kemerdekaan antara tahun 1945-1949. Metode penelitian ini akan menggunakan perspektif penelitian kualitatif melalui metode pembacaan semiotika dan analisis ideologi terhadap foto-foto yang dianggap propaganda pemerintah Indonesia pada masa revolusi fisik. Untuk melihat bagaimana foto-foto pada masa revolusi fisik menjadi sebuah kode, atas apa yang akan disampaikan, baik itu secara verbal maupun non verbal. Lewat pembacaan dari makna denotasi dan konotasi diharapkan mampu dilihat dan dipahami oleh generasi pascakolonial sebagai bahan kajian sejarah fotografi Indonesia.