Background: Penularan HIV, sifilis, dan hepatitis B dari ibu ke anak masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Untuk mengatasinya, Kementerian Kesehatan meluncurkan Program Triple Eliminasi melalui peningkatan skrining antenatal, pengobatan dini, dan edukasi kesehatan. Namun, implementasi di tingkat kabupaten, seperti di Grobogan dan Brebes, masih menghadapi tantangan berupa lemahnya koordinasi lintas sektor, keterbatasan sumber daya, serta keterlibatan organisasi profesi yang belum optimal. Metode: Kegiatan pengabdian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif melalui diskusi kelompok terarah, evaluasi program, dan analisis situasi untuk memperkuat peran Koalisi Organisasi Profesi (KOPI). Hasil: Dari 15 organisasi profesi dalam KOPI Triple Eliminasi, hanya sekitar 60% yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan bersama. Kedua kabupaten belum memiliki legitimasi formal berupa Surat Keputusan Dinas Kesehatan, dan sebagian besar dari 55 tenaga kesehatan peserta FGD belum mendapatkan pelatihan komprehensif, sehingga kapasitas implementasi program masih terbatas. Kesimpulan: Optimalisasi kolaborasi KOPI berpotensi besar mempercepat pencapaian target Triple Eliminasi, namun membutuhkan mekanisme kerja terpadu, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, serta legalisasi formal melalui SK. Temuan ini bersifat kualitatif dan memerlukan penelitian kuantitatif lanjutan untuk mengukur efektivitas kolaborasi secara lebih sistematis.