p-Index From 2020 - 2025
7.335
P-Index
This Author published in this journals
All Journal HAYATI Journal of Biosciences Jurnal Akuakultur Indonesia Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan (Journal of Soil Science and Environment) ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Jurnal Ilmu Lingkungan Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Jurnal Perikanan dan Kelautan Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Journal of Aquatropica Asia Omni-Akuatika LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Jurnal Intek Akuakultur Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Indonesian Aquaculture Journal Jurnal Riset Akuakultur Media Akuakultur Jurnal Kelautan Nasional Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology) Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan JURNAL PERIKANAN TROPIS Jurnal Abdi Insani PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Manfish Journal Jurnal Salamata Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika LIMNOTEK Journal of Marine Studies Jurnal Perikanan JARI : Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
Claim Missing Document
Check
Articles

BIOCHEMICAL RESPONSES AND GENETIC EXPRESSIONS OF SYNTHETIC COMMON CARP POPULATIONS EXPOSED TO HIGH-AMMONIA REARING ENVIRONMENT yogi Himawan; Alimuddin Alimuddin; Kukuh Nirmala; Imron Imron; Joni Haryadi
Indonesian Aquaculture Journal Vol 16, No 1 (2021): (June, 2021)
Publisher : Center for Fisheries Research, Agency for Marine and Fisheries Research and Human Resource

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/iaj.16.1.2021.13-19

Abstract

Carp is one of the leading freshwater aquaculture commodities in Indonesia. Further improvement of carp strains by the Research Institute for Fish Breeding (RIFB), Sukamandi, Indonesia, has produced a synthetic F2 carp. The strain is assembled from different strains of carps and has shown better growth and health characteristics. Considering that high environmental ammonia (HEA) has affected most carp grow-out systems, this study aimed to determine the performance of the synthetic carp populations in a high ammonia rearing environment. The treatments were rearing media of the synthetic carp seed populations added with and without (control) 200 mg/L NH4Cl arranged in three replicates. A total of 30 fish seeds/aquarium, weighed 10-15 g/fish, was used in the study. Dissolved oxygen levels were maintained above 2 mg/L using aeration. This study shows that higher tolerant carp populations had red blood cells of 232.66 ± 17.24 cells/mL, indicating a direct effect of high ammonia on red blood cell count (p<0.05). Cortisol levels of 80.90 ± 6.35 ng/mL in resistant carp indicate significant differences (p<0.05). The relative expressions of the HSP70 gene in the liver (Log10) ranged between 0.72 and 2.80. The values demonstrate that high ammonia-resistant synthetic carp have a higher relative expression ratio of the HSP70 gene than the less resistant group. This research concluded that the populations of synthetic F2 carp showed a degree of resistance against high-ammonia rearing conditions. When it is ready for aquaculture, this synthetic carp strain could be farmed in high density using intensive systems in HEA-affected artificial lakes and reservoir
ANALISIS KUALITAS RUMPUT LAUT Gracilaria gigas YANG DIBUDIDAYA PADA HABITAT LAUT DAN TAMBAK, NUSA TENGGARA BARAT Farah Diana; Kukuh Nirmala; Dinar Tri Soelistyowati
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 1 (2014): (April 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.843 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.1.2014.59-65

Abstract

Gracilaria gigas merupakan tumbuhan tingkat rendah yang berasal dari laut danumumnya dibudidaya di tambak. Pengembangan budidaya rumput laut di tambak bertujuan memperluas kawasan produksi dengan produktivitas yang tinggi, kualitas rumput laut dan agar yang berbeda dengan di laut. Budidaya Gracilaria gigas di tambak dilakukan di Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat dengan menggunakan metode broadcast dengan luas area budidaya 1.500 m2. Sedangkan budidaya di laut dilakukan di Teluk Gerupuk, Lombok Tengah dengan metode long line dengan luas area budidaya 1.250 m2. Parameter yang diukur meliputi performa dan kualitas rumput laut, serta kualitas air. Parameter kualitas air yang diukur adalah: suhu, salinitas, pH, NO3-N, NO2-N, NH3-N, PO4-P, dan kecerahan yang diambil pada hari ke-0, 10, 20, dan 30. Rata-rata produktivitas Gracilaria gigas di laut lebih tinggi 12,72% daripada di tambak. Sebaliknya rendemen agar dan kekuatan gel Gracilaria gigas hasil budidaya di tambak hampir tiga kali lipat lebih tinggi daripada di laut dan berkorelasi positifdengan kandungan N perairan dan indeks percabangan. Kualitas rumput laut berhubungan erat dengan suhu, DO, PO4-P, dan NH3-N terlarut dalam air. Tingginya rendemen agar dan kekuatan gel di tambak disebabkan oleh banyaknya kandungan nutrien dan unsur hara, sedangkan tingginya produktivitas hasil budidaya Gracilaria gigas di laut disebabkan oleh adanya respons struktural dan tekanan turgor pada rumput laut.
TOKSISITAS AKUT NONILPHENOL PADA STADIA AWAL IKAN NILA, Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) DAN IKAN KOMET, Carassius auratus (Linnaeus, 1758) Muhamad Yamin; Eddy Supriyono; Kukuh Nirmala; Muhammad Zairin Jr.; Enang Haris; Riani Rahmawati
Jurnal Riset Akuakultur Vol 12, No 1 (2017): (Maret 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.95 KB) | DOI: 10.15578/jra.12.1.2017.77-84

Abstract

Ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan komet (Carassius auratus) adalah komoditas ikan konsumsi dan ikan hias air tawar yang paling banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia. Namun keberadaan bahan pencemar seperti nonilphenol dapat mengancam produktivitas kegiatan budidaya ikan tersebut karena dapat menyebabkan gangguan perkembangan bahkan kematian khususnya pada tahap awal perkembangan ikan (early development stage). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toksisitas akut median lethal concentration (LC50) nonilphenol pada larva ikan nila dan ikan komet. Penelitian dilakukan di laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BPPBIH) Depok. Penelitian terdiri atas uji mencari nilai kisaran (range finding test/RFT) dan dilanjutkan dengan uji akut. Level konsentrasi nonilphenol diatur berdasarkan deret logaritmik di mana untuk RFT menggunakan konsentrasi 0,01; 0,10; dan 1,00 mg/L; sedangkan level konsentrasi nonilphenol untuk uji akut ditentukan dari hasil RFT. Hasil analisis probit menujukkan nilai LC50 nonilphenol pada jam ke-96 pada larva ikan nila dan ikan komet berturut-turut berada pada konsentrasi nonilphenol 0,33 dan 0.10 mg/L. Sementara kematian 100% (LC100) larva ikan nila dan ikan komet pada jam ke-96 masing-masing berada pada konsentrasi 0,61 dan 0,50 mg/L. Merujuk pada kriteria toksisitas bahan dari Komisi Pestisida Departemen Pertanian, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nonilphenol tergolong dalam bahan berbahaya dengan daya racun yang sangat tinggi.Nile tilapia (Oreochromis niloticus) and comet goldfish (Carassius auratus) are the major fresh water fish commodities in Indonesia used for both consumption and ornamental fish. However, production of the fish threatened by the presence of nonylphenol which can interfere with early development stage. Research objectives were to evaluate acute toxicity of nonylphenol to larval of nile tilapia and comet goldfish and to compare median lethal concentration (LC50). Research was carried out in the RDIOF, Depok. Experiments consisted of range finding test/RFT and accute test. Nonylphenol concentrations of RFT were 0.01, 0.10, and 1.00 mg/L. The results showed that LC50-96 hours of tilapia and comet were 0.33 and 0.10 mg/L respectivelly. Total mortality (LC100-96 hours) for tilapia and comet were 0.61 and 0.50 mg/L respectivelly. These results of nonylphenol concentrations, according to toxic level criteria by The Department of Agriculture’s Pesticide Commission, is categorized as dangerous goods with very high level of toxicity.
TINGKAT PENYERAPAN NITROGEN DAN FOSFOR PADA BUDIDAYA RUMPUT LAUT BERBASIS IMTA (INTEGRATED MULTI-TROPHIC AQUACULTURE) DI TELUK GERUPUK, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT Erna Yuniarsih; Kukuh Nirmala; I Nyoman Radiarta
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 3 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (817.07 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.3.2014.487-500

Abstract

Pengembangan budidaya laut berbasis IMTA (Integrated Multi-Trophic Aquaculture) merupakan suatu metode yang dirancang untuk mengatasi masalah lingkungan yang terkait dengan penggunaan pakan pada kegiatan akuakultur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat penyerapan nitrogen dan fosfor pada budidaya rumput laut berbasis IMTA di Teluk Gerupuk Kabupaten Lombok Tengah. Rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii dan Eucheuma spinosum dibudidayakan dengan metode rawai (long line). Pengamatan terhadap rumput laut dan kondisi perairan dilakukan setiap 15 hari; mulai hari ke-0 sampai hari ke-45. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan tingkat penyerapan nitrogen dan fosfor antara dua jenis rumput laut yang dibudidayakan. Total penyerapan nitrogen rumput laut K. alvarezii di lokasi IMTA mencapai 86,95 ton N/ha/tahun atau lebih tinggi 24,6% dibandingkan dengan E. spinosum yang mencapai 69,78 ton N/ha/tahun. Sedangkan untuk tingkat penyerapan fosfor, K. alvarezii mencapai 20,56 ton P/ha/tahun atau lebih tinggi 136,7% dibandingkan dengan E. spinosum yang hanya mencapai 8,69 ton P/ha/tahun. Berdasarkan luasan kawasan potensial budidaya rumput laut di Teluk Gerupuk, maka potensi penyerapan nitrogen dan fosfor untuk rumput laut K. alvarezii di kawasan ini masing-masing mencapai 27.996,93 ton N/tahun dan 6.619,16 ton P/tahun. Sedangkan untuk E. spinosum potensi penyerapan nitrogen dan fosfor masing-masing mencapai 22.470,02 ton N/tahun dan 2.796,82 ton P/tahun. Penerapan budidaya rumput laut berbasis IMTA secara jelas memberikan keuntungan ekonomi dan ekologi dengan adanya peningkatan biomassa dan perbaikan kondisi lingkungan budidaya.
KAJIAN PERBEDAAN LAMA PENYINARAN DAN INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA SINTASAN BENIH IKAN TENGADAK Barbonymus schwanenfeldii Mochamad Nurdin; Kukuh Nirmala; Ani Widiyati
Jurnal Riset Akuakultur Vol 10, No 3 (2015): (September 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (85.58 KB) | DOI: 10.15578/jra.10.3.2015.371-378

Abstract

Lama penyinaran dan intensitas cahaya merupakan teknik sederhana manipulasi lingkungan untuk meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lama penyinaran dan intensitas cahaya yang terbaik terhadap pertumbuhan, serta sintasan benih ikan tengadak. Ikan uji adalah benih tengadak dengan rata-rata bobot dan panjang badan awal 0,12±0,04 g dan 2,01±0,22 cm. Ikan dipelihara dalam bak plastik 50 L sebanyak 50 ekor/bak dan diberi pakan tiga kali sehari. Intensitas cahaya yang berbeda dan penentuan lama penyinaran dengan automatic timer. Perlakuan terdiri atas (A1B1) lama penyinaran enam jam dan intensitas cahaya 250 lux, (A1B2) lama penyinaran enam jam dan intensitas cahaya 400 lux, (A1B3) lama penyinaran enam jam dan intensitas cahaya 550 lux, (A2B1) lama penyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 250 lux, (A2B2) lama penyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 400 lux, (A2B3) lama penyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 550 lux, (A3B1) lama penyinaran 18 jam dan intensitas cahaya 250 lux, (A3B2) lama penyinaran 18 jam dan intensitas cahaya 400 lux, (A3B3) lama penyinaran 18 jam dan intensitas cahaya 550 lux. Setiap perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan sintasan benih ikan tengadak yang terbaik bila dipelihara pada lama penyinaran 12 jam dan intensitas cahaya 550 lux.
EVALUASI PENGGUNAAN JENIS SELTER BERBEDA TERHADAP RESPONS STRES DAN KINERJA PRODUKSI PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR Cherax quadricarinatus DALAM SISTEM RESIRKULASI Arif Faisal Siburian; Kukuh Nirmala; Eddy Supriyono
Jurnal Riset Akuakultur Vol 13, No 4 (2018): (Desember 2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.738 KB) | DOI: 10.15578/jra.13.4.2018.297-307

Abstract

Sintasan yang rendah pada pembenihan lobster air tawar tidak terlepas dari karakteristik lobster air tawar yang teritorial pada areal yang terbatas, sering menunjukkan sifat agresif pada umur muda, dan memiliki perilaku kanibalisme. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh penggunaan selter yang berbeda terhadap respons stres dan kinerja produksi sehingga dapat menentukan jenis selter yang tepat untuk pendederan lobster air tawar Cherax quadricarinatus. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah penggunaan selter yang berbeda yakni pipa PVC, roster (ventilasi blok), tali rafia, dan tanpa selter (kontrol). Benih lobster air tawar yang digunakan memiliki bobot rata-rata awal berkisar antara 0,60±0,09-0,64±0,02 g dan panjang total rata-rata awal berkisar antara 2,55±0,06-2,61±0,03 cm yang dipelihara dalam sistem resirkulasi selama 60 hari. Perlakuan dengan penggunaan selter ataupun tanpa selter (kontrol) tidak memberikan pengaruh signifikan (P>0,05) terhadap respons stres, namun memberikan pengaruh signifikan (P<0,05) pada kinerja produksi benih lobster air tawar di akhir penelitian. Perlakuan terbaik pada penelitian ini adalah penggunaan selter tali rafia dengan kadar glukosa sebesar 101,00±17,35 mg/dL; protein total sebesar 5,00±0,36 g/dL; sintasan sebesar 86,67± 0,00%; bobot rata-rata akhir sebesar 2,86-3,46 g; panjang total rata-rata akhir sebesar 4,47-5,08 cm; laju pertumbuhan bobot spesifik sebesar 2,92±0,21%/hari; laju pertumbuhan panjang spesifik sebesar 1,15±0,08%/hari; rasio konversi pakan sebesar 2,97±0,05; dan biomassa total sebesar 45,02±1,10 g. Penggunaan tali rafia sebagai selter menjadi perlakuan yang terbaik karena kemampuan tali rafia memisahkan banyak individu sehingga dapat mengurangi kanibalisme dengan cara meminimalkan kontak antarbenih lobster air tawar.The low survival rate in seed production of freshwater crayfish is mainly caused by the territorial behavior of freshwater crayfish which leads to aggressiveness and cannibalism behavior even at a young age. This research aimed to determine the effect of using different nursery shelters on stress responses and production performance of freshwater crayfish Cherax quadricarinatus. This research used a completely randomized design consisted of four treatments, each with triplicate. The treatments used were different shelters made from PVC pipes, ventilation blocks, raffia ropes, and no shelters as controls. The freshwater crayfish seeds had initial weights ranged from 0.60±0.09-0.64±0.02 g, and total length ranged from 2.55±0.06-2.61±0.03 and reared in a recirculation system for 60 days. The results of the research showed that all treatments including controls did not have a significant effect (P>0.05) on stress responses but had a significant effect (P<0.05) on the production performance of freshwater crayfish seed at the end of this research. The seeds reared with raffia ropes shelter had the best production performance indicated by its glucose level of 101.00±17.35 mg dL1, total protein level of 5.00±0.36 g dL1, survival rate of 86.67 ± 0.00%, final average weight of 3.46 ± 0.08 g, final average total length of 5.08 ± 0.12 cm, specific weight growth rate of 2.92±0.21% per day, specific length growth rate of 1.15± 0.08% per day, feed conversion ratio of 2.97±0.05, and total biomass of 45.02±1.10 g. The use of raffia ropes is considered as the best shelter for freshwater crayfish seed as it provides more space to separate individual seeds which can reduce cannibalism behaviour due to minimum contact between individual seeds.
EFEKTIVITAS KINERJA MEDIA BIOFILTER DALAM SISTEM RESIRKULASI TERHADAP KUALITAS AIR UNTUK PERTUMBUHAN DAN SINTASAN IKAN RED RAINBOW (Glossolepis incisus Weber) Nurhidayat Nurhidayat; Kukuh Nirmala; D. Djokosetyanto
Jurnal Riset Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Agustus 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.075 KB) | DOI: 10.15578/jra.7.2.2012.279-292

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kinerja media biofilter zeolit dan bioball dalam perbaikan kualitas air yang akan meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan red rainbow (Glossolepis incisus Weber) pada sistem resirkulasi. Wadah percobaan berupa akuarium dengan ukuran 100 cm x 60 cm x 40 cm sebanyak 24 buah, masing-masing ditebar ikan sebanyak 60 ekor/akuarium. Ikan uji yang digunakan dengan bobot awal 0,71 g dan panjang 3,51 cm. Perlakuan yang digunakan dalam percobaan adalah media biofilter: A. zeolit 100%, B. zeolit 75% + bioball 25%, C. zeolit 50% + bioball 50%, D. zeolit 25% + bioball 75%, E. bioball 100%, dan F. kontrol. Pakan yang digunakan adalah pelet komersial, diberikan 5% dari bobot total ikan yang diberikan sebanyak tiga kali (pagi, siang, dan sore). Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan enam perlakuan yang diulang sebanyak empat kali. Hasil pengamatan perlakuan media biofilter zeolit 75% + bioball 25% memberikan kualitas air terbaik dengan kualitas baik (kategori IV), dengan efektivitas oksidasi amonia sebesar 95,03±0,31% dan biomassa bakteri non patogen (nitrifikasi) dengan jumlah koloni (8,6±1,91) x 106. Pertumbuhan panjang total dan sintasan yang diperoleh 66,67% (2,34 cm) dan 96,67%.
PENYERAPAN KARBON PADA BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii dan Gracilaria gigas DI PERAIRAN TELUK GERUPUK, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT Erlania Erlania; Kukuh Nirmala; Dinar Tri Soelistyowati
Jurnal Riset Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Agustus 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.18 KB) | DOI: 10.15578/jra.8.2.2013.287-297

Abstract

Pengikatan karbon oleh algae fotoautotrofik berpotensi untuk mengurangi pelepasan CO2 ke atmosfer dan dapat membantu mencegah percepatan terjadinya pemanasan global. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat penyerapan karbon pada budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii dan Gracilaria gigas berdasarkan aktivitas fotosintesis serta variabel-variabel yang mempengaruhinya. Budidaya rumput laut dilakukan dengan metode long-line di perairan Teluk Gerupuk, Lombok Tengah pada satu unit long-line dengan luas area 1.250 m2. Selama penelitian, dilakukan pengujian terhadap sampel rumput laut dan sampel air laut dari lokasi budidaya yang diambil pada hari ke-0, 10, 20, 30, dan 45 pemeliharaan. Laju penyerapan karbon total berdasarkan biomassa panen pada G. gigas hampir 300% lebih tinggi dibandingkan K. alvarezii. Selain itu, laju pertumbuhan dan produksi karbohidrat pada G. gigas juga lebih tinggi, yang mengindikasikan laju fotosintesis yang lebih tinggi, dan didukung oleh indeks percabangan yang juga lebih tinggi. Potensi penyerapan karbon di perairan Teluk Gerupuk mencapai 6.656,51 ton C/tahun untuk budidaya K. Alvarezii dan 19.339,02 ton C/tahun untuk budidaya G. gigas. Penyerapan karbon berhubungan dengan kandungan pigmen dan laju pertumbuhan rumput laut, serta konsentrasi CO2 dan kecerahan perairan.
PEMANFAATAN PERIFITON PADA JUMLAH SUBSTRAT BERBEDA TERHADAP KUALITAS AIR DAN KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) Atma Jaya Salman Muin; Kukuh Nirmala; Mia Setiawati; Yuni Puji Hastuti
Jurnal Riset Akuakultur Vol 15, No 3 (2020): (September, 2020)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.738 KB) | DOI: 10.15578/jra.15.3.2020.165-173

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pemanfaatan jumlah substrat tali rafia yang berisi perifiton dalam meningkatkan kualitas air media pemeliharaan untuk pertumbuhan benih ikan gurame (Osphronemus gouramy). Perlakuan terdiri dari penambahan A (0 substrat), B (1 substrat), C (2 substrat), dan (3 substrat) tali rafia berisi perifiton (bobot 5 g/substrat). Benih ikan gurame 32 ekor (panjang total 4,8±0,30 cm dan bobot 1,9±0,38 g/ekor) dipelihara pada akuarium ukuran 27 cm x 30 cm x 60 cm. Selama pemeliharaan benih ikan gurame diberi pakan komersil secara at satiation tiga kali sehari. Parameter yang diamati adalah kualitas air, laju pertumbuhan spesifk, tingkat kelangsungan hidup, dan rasio konversi pakan. Hasil analisis kualitas air diperoleh nilai kisaran optimum untuk pertumbuhan benih ikan gurami pada perlakuan C (2 substrat) dan perlakuan D (3 substrat), Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata (P<0,05) pada penambahan substrat yang berbeda terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan gurame. Pada perlakuan C (2 substrat) memiliki performa pertumbuhan terbaik yaitu laju pertumbuhan spesifik panjang (cm) 1,33±0,03, laju pertumbuhan spesifik bobot (g) 4,03±0,12, tingkat kelangsungan hidup (%) 86,46±1,04, dan rasio konversi pakan 0,81±0,01. Substrat tali rafia dapat dimanfaatkan sebagai media menempelnya perifiton, pemanfaatan 2 substrat tali rafia (10 gr) dapat diperoleh beberapa kelas perifiton yang dapat dijadikan sumber pakan alami untuk meningkatkan performa pertumbuhan benih ikan gurame dan dapat mempertahankan kualitas air media pemeliharaan. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai pemanfaatan jenis substrat lainnya untuk meningkatkan produksi perifiton agar mengurangi penggunaan pakan komersil.The purpose of this study was to determine the optimum number of filled-periphyton raffia substrates serving as natural food to improve the growth performance of gouramy seeds (Osphronemus gouramy) and maintain the water quality rearing media. The treatments consisted of the addition of A (0 substrate), B (1 substrate), C (2 substrates), and D (3 substrates) raffia rope substrates filled with periphyton (5 g periphyton/substrate). Gouramy seeds of 32 individuals (total length 4.8±0.30 cm dan weight 1.9±0.38 g/ind.) were reared in an aquarium measuring 37 cm x 30 cm x 60 cm in size. During the rearing period, the gouramy seeds were fed with a commercial diet at satiation three times a day. The parameters observed were water quality parameters, specific growth rate, survival rate, and food conversion ratio. The results showed that treatment C (2 substrates) and D (3 substrates) had the optimum ranges of water quality to support the growth of gourami seeds. The statistical analysis also confirmed a significant (P<0.05) effect of the addition of different substrates to the growth performance of gouramy seeds. Gouramy seeds in treatment C (2 substrates) had the best growth performance in terms of specific length growth rate (cm) 1.33±0.03, specific weights growth rate (g) 4.03±0.12, survival rate (%) 86.46±1.04, and food conversion ratio 0.81±0.01. The raffia rope substrate can be used as a medium for attaching periphyton. The use of 2 raffia rope substrates (10 g) can be obtained from several classes of periphyton which can be used as a natural food source to improve the growth performance of gourami seeds and maintain the water quality of the maintenance media. It is necessary to carry out further studies regarding the use of other types of substrates to increase periphyton production in order to reduce the use of commercial feeds.
PERTUMBUHAN PERIFITON PADA SUBSRAT TALI RAFIA YANG BERPOTENSI SEBAGAI PAKAN ALAMI DI LINGKUNGAN PENDEDERAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Bianingrum Bianingrum; Kukuh Nirmala; Mia Setiawati; Yuni Puji Hastuti
Jurnal Riset Akuakultur Vol 15, No 4 (2020): (Desember, 2020)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.786 KB) | DOI: 10.15578/jra.15.4.2020.237-244

Abstract

Limbah pendederan ikan nila terdapat kelimpahan nutrien yang mampu dimanfaatkan oleh perifiton. Perifiton mampu menjaga kualitas air dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan tambahan ikan nila. Substrat yang baik memengaruhi pertumbuhan perifiton. Salah satu jenis substrat yang dapat digunakan adalah tali rafia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi jarak tali rafia terhadap pertumbuhan perifiton. Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan perbedaan jarak substrat tali rafia 15 cm, 25 cm, dan 35 cm. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai tertinggi untuk kelimpahan perifiton pada perlakuan 25 sebesar 10.779.375 sel cm-2, indeks keanekaragaman sebesar 1,90 sel cm-2, dan indeks keseragaman sebesar 0,69 sel cm-2. Perifiton yang teridentifikasi di antaranya kelas Cyanophycea (empat genus), Bacillariophyceae (lima genus), Chlorophyceae (lima genus), Protozoa (tiga genus), dan Rotifera. Substrat dengan jarak 25 cm merupakan jarak optimal dalam pertumbuhan perifiton selama 35 hari pada kolam budidaya. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa substrat tali rafia dengan jarak 25 cm menghasilkan pertumbuhan perifiton terbaik yang berpotensi sebagai pakan alami di lingkungan pendederan ikan nila Oreochromis niloticus.Feed and faecal wastes in the nursery media of nile tilapia Oreochromis niloticus are highly concentrated nutrients that could be utilized by naturally occurring periphyton. Periphyton can absorb the nutrients, maintain the water quality and be used as additional food for the cultured tilapia. Suitable substrate influences the growth of periphyton. One type of substrates that can be used is plastic/polypropylene raffia strings. The aim of this study was to evaluate different distance set up between raffia strings on periphyton growth. The experiment was arranged in a completely randomized design (CRD) consisting of varying distance set up of plastic raffia strings, i.e., 15 cm, 25 cm, and 35 cm as the treatments. The results show that the highest growth value was achieved by periphyton in raffia strings placed at 25 cm apart with a density of 10,779,375 cells cm-2, diversity index of 1.90 cell cm-2, and uniformity index of 0.69 cell cm-2. The periphyton identified included Cyanophycea (four genera), Bacillariophyceae (five genera), Chlorophyceae (five genera), Protozoa (three genera), and Rotifera. This current research recommends that the optimal distance between plastic raffia strings as periphyton substrate should be at 25 cm. Based on this study result, it can be concluded that raffia rope substrate with 25 cm distance produces the best periphyton that is potentially utilized as natural feed in nile tilapia Oreochromis niloticus rearing environment.
Co-Authors . Rasmawan Adianto, Asep Agus Priyadi Agus Waluyo Ahmad Habibie, Ahmad Alexander Burhani Marda, Alexander Burhani Alimuddin Alimuddin Anang Hari Kristanto Ani Widiyati Ani Widiyati Ani Widiyati Ani Widiyati Anwar, Rifky Alwafi Any Widiyati Aras, Annisa Khairani Arfan Afandi Arif Faisal Siburian Arlina Ratnasari Asep Rachmat Pratama Asri, Yuliana Atma Jaya Salman Muin Aziz, Haikal Azril, Muh Berlianti . Berry Juliandi Bianingrum Bianingrum Cecep Kusmana Chandra Yudistira, Chandra Chrismadha, Tjandra D. Djokosetiyanto D. Djokosetyanto Daniel Djokosetiyanto Daniel Djokosetiyanto Daniel Djokosetiyanto DEDI JUSADI Dewi Puspaningsih Dinamella Wahjuningrum Dinar Tri Soelistyowati Dini Islama Dodi Hermawan E. M. Adiwilaga E. Yuniar Eddy Supriyono Enang Haris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Surawidjaja, Enang Harris Erlania Erlania Erna Yuniarsih Ernik Yuliana Eva Prasetiyono Evi Susanti Farah Diana Farida Farida farida farida Febrina Amalia Fernando Jongguran Simanjuntak Gunawan, Bambang Kusmayadi Hamim Hamim Hamsiah, , Hamzah, Aris Sando Hanif Azhara, Muhammad Haris luthfi Harton Arfah Hastiadi Hasan Humairani, Humairani Hutapea, John Harianto I Nyoman Radiarta Idil Ardi Ilyas, Anita Prihatini Imam Taufik Iman Rusmana Iman Sari Lubis, Vina Imron Imron Imron Imron, Imron Irzal Effendi Izhar Amirul Haq Jannesa Nasmi John Harianto Hutapea John Harianto Hutapea Joni Haryadi Julie Ekasari Kukuh Adiyana Kukuh Adiyana Kuntari, Wahyu Budi Kurnia Faturochman, Kurnia Kurnia Faturrohman Lilis Nurjanah M. Faisol Riza Ghozali M. Zairin Junior Melati, Aulia Firda Mia Setiawati Mochamad Nurdin Moh. Burhanuddin Mahmud Muh Azril Muhamad Yamin Muhammad Amien H Muhammad Firmawan Muhammad Zairin Jr. Munawar Khalil Nafisyah, Eva Nasrul, Muit Novi Susianti Nur Bambang Priyo Utomo Nur Fauziyah Nuradzani, Daffa Nurhidayat Nurhidayat Nurul Taufiqu Rochman Nurul Taufiqu Taufiqu Rochman Prama, Ega Aditya Pras, Eva Prasetiyono Pratama, Asep Rachmat Priyo Handoyo Wicaksono Puji Hastuti, Yuni Purnamawati, , Puspaningsih, Dewi Qorie Astria R. Wulandari Rahmadi Azis, Rahmadi Retnosari Retnosari Revfvi Al Ghaney Rizal Riani Rahmawati RIDWAN AFFANDI Ridwan Affandi Rina Hesti Utami Riri Ezraneti Riri Ezraneti Ris Dewi Novita Riza Purbo Widiasto Rizkiya, Iffi Rizky Armansyah Robin Robin Robin, , Ruku Ratu Borut Ruspindo Syahputra Sabilu, Kadir Sabilu, Murni Saputra, Henry Kasmanhadi Satya, Awalina Setyo Pertiwi Sheny Permatasari Sri Nuryati Sri Nuryati Sri Wahyuni Firman Sudarto Sudarto Sugeng Budiharsono Sugiarti Suhaiba Djai Suharyanto Sukenda . Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sumi Lestari, Fajar Syarif Budiman T. Budiardi Tatag Budiardi Tri Heru Prihadi Tri Heru Prihadi Tri Heru Prihadi Tri Widiyanto Tridesianti, Siska Triheru Prihadi, Triheru Tyas Setioaji Vika Yuniar Wa Iba, Wa Iba Wahyu Wahyu Wardani, Sulistia WIDANARNI WIDANARNI Widiatmaka Widiatmaka widiatmaka Widiyati, Any Wijianto Wijianto Wijianto Wijianto Wildan Nurusallam Wildan Nurusallam, Wildan Wildan Nurussalam Wirantari, Ayu Puspa Wisriati Lasima Wiwin Ambarwulan Wiyoto Wiyoto Y. Hadiroseyani Yogi Himawan yogi Himawan Yosmaniar Yosmaniar Yosmaniar Yosmaniar Yuli Siti Fatma Yuli Siti Fatma Yuliana Asri Yuliana Asri Yuni Puji Hastuti Yuni Puji Hastuti Yuni Puji Hastuti