p-Index From 2020 - 2025
8.037
P-Index
This Author published in this journals
All Journal HAYATI Journal of Biosciences Jurnal Akuakultur Indonesia Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan (Journal of Soil Science and Environment) ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Jurnal Ilmu Lingkungan Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Jurnal Perikanan dan Kelautan Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Journal of Aquatropica Asia Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Omni-Akuatika LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Jurnal Intek Akuakultur Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Indonesian Aquaculture Journal Jurnal Riset Akuakultur Media Akuakultur Jurnal Kelautan Nasional Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology) Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan JURNAL PERIKANAN TROPIS Jurnal Abdi Insani PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan Nekton Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Manfish Journal Jurnal Salamata Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika LIMNOTEK Journal of Marine Studies Jurnal Perikanan JARI : Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
Claim Missing Document
Check
Articles

Effect of electrical field on gonadal development of goldfish in saline media Nirmala, Kukuh; Habibie, Ahmad; Arfah, Harton
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 1 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2938.394 KB) | DOI: 10.19027/jai.14.9-17

Abstract

ABSTRACT The aim of this study was to evaluate the effect of electric field exposure duration at the voltage of 10 volt on goldfish Carassius auratus auratus gonadal development maintained in 3 ppt salinity media. The experiment consisted of four treatments in triplicates i.e. control, two, four, and six minutes of electrical-field exposure. The experiment design used was completely randomized design. Fish used was female goldfish at the density of 4 fish/aquarium with an average total length of 12.27±0.05 cm and average body weight of 22.29±0.54 g. Result of study showed that the electrical-field exposure at 10 volt for all duration treatments in 3 ppt of media salinity did not give significant effect on gonadosomatic index (GSI) and gonadal development of goldfish. Keywords: electrical field, Carassius auratus auratus, gonad, salinity  ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh lama waktu pemaparan medan listrik dengan voltase 10 volt terhadap perkembangan gonad ikan komet Carassius auratus auratus yang dipelihara pada media bersalinitas 3 ppt. Perlakuan pada penelitian ini terdiri atas empat perlakuan, yaitu: perlakuan kontrol, dua, empat, dan enam menit. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Ikan uji yang digunakan adalah ikan komet betina. Jumlah ikan yang digunakan adalah 4 ekor/akuarium dengan panjang total rata-rata 12,27±0,05 cm dan bobot tubuh rata-rata 22,29±0,54 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian medan listrik sebesar 10 volt dengan lama waktu pemaparan medan listrik pada semua perlakuan durasi di media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter indeks gonadosomatik (GSI) dan perkembangan gonad ikan komet. Kata kunci: medan listrik, Carassius auratus auratus, gonad, salinitas
Growth of off-flavours-caused phytoplankton in milkfish culture fertilized with different N:P Azis, Rahmadi; Affandi, Ridwan; Nirmala, Kukuh; Prihadi, Triheru
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 1 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3018.594 KB) | DOI: 10.19027/jai.14.58-68

Abstract

ABSTRACT Milkfish culture in ponds currently use inorganic fertilizers for growing phytoplankton. Giving of urea and SP (superphosphate) too much in the pond environment will cause eutrophication and often cause fish smell of mud (off-flavours). Off-flavours in fish is caused by two chemical compounds those are geosmin and 2-methylisoborneol (MIB). Research was performed to evaluate the growth of off-flavours-caused phytoplankton in milkfish culture fertilized by different N:P. This study used nine ponds. Ponds are used for fish rearing area of 600 m2. Fish reared in ponds at the density of 1 fish/m2 for 90 days. The study were showed that types of phytoplankton obtained were the phylum Chlorophyta, Cyanophyta, Bacillariophyta, Dinoflagellate, Glaocophyta, and Euglenophyta. Percentage abundance of phytoplankton that produced geosmin and MIB (Cyanophyta) in each treatment was less than 50% of the percentage of total phytoplankton. Organoleptic scores showed that the treatment pond G (N:P ratio 4) score of 7 (not fresh, no off-flavours). Organoleptic scores of treatments with N:P ratio 5, 15 and 30 in pond A (freshwater pond) and pond B (brackish water pond) were 8 (fresh, no off-flavours). Keywords: extensive pond-culture, phytoplankton, N:P ratio, organoleptic  ABSTRAK Budidaya bandeng di tambak saat ini menggunakan pupuk anorganik untuk menumbuhkan fitoplankton. Pemberian pupuk urea dan SP (superphosphate) yang berlebihan pada lingkungan budidaya akan menyebabkan kondisi perairan tersebut menjadi sangat subur dan sering menyebabkan ikan bau lumpur off-flavours. Bau lumpur di ikan disebabkan oleh dua senyawa kimia yaitu geosmin dan 2-methylisoborneol (MIB). Penelitian dilakukan untuk menguji pertumbuhan fitoplankton penyebab bau lumpur pada tambak ikan bandeng dipupuk dengan N:P berbeda. Penelitian ini menggunakan sembilan petak tambak. Tambak yang digunakan berukuran 600 m2. Ikan ditebar di tambak dengan kepadatan 1 ikan/m2 dan dipelihara selama 90 hari. Hasil penelitian menunjukkan fitoplankton yang didapatkan antara lain berasal dari filum Chlorophyta, Cyanophyta, Bacillariophyta, Dinoflagellata, Glaocophyta, dan Euglenophyta. Kelimpahan fitoplankton Cyanophyta lebih kecil dibandingkan dengan fitoplankton bukan Cyanophyta yaitu di bawah 50%. Skor organoleptik perlakuan tambak G (rasio N:P 4) yaitu 7 (kurang segar, tidak bau lumpur). Skor organoleptik perlakuan rasio N:P 5, 15, dan 30 di tambak A (tambak air tawar) dan tambak B (tambak air payau) adalah 8 (segar, tidak bau lumpur). Kata kunci: budidaya kolam ekstensif, fitoplankton, rasio N:P, organoleptik
The effectiveness of Lemna perpusilla as phytoremediation agent in giant gourami culture media on 3 ppt Marda, Alexander Burhani; Nirmala, Kukuh; Harris, Enang; Supriyono, Eddy
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 2 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3077.813 KB) | DOI: 10.19027/jai.14.122-127

Abstract

ABSTRACT The wasted from feed and feces containt nitrogen and phosphorus can decreased fertility and feability water quality. Lemna perpusilla (duckweed) is prospective to use as an agent of phytoremediation of organic waste and can used as animal feed because it has high protein content. Meanwhile water salinity could be accelerate the growth of giant gourami. The aim of this research was to analyze the ability of L. perpusilla in absorbing nutrients nitrogen and phosphorus in water salinity of 3 ppt. The research was conducted four treatments and three replications. The treatments were A (L. perpusilla and 3 ppt salinity), B (L. perpusilla, 3 ppt salinity and filter), C (L. perpusilla, 3 ppt salinity and aeration), and D (L. perpusilla, 3 ppt salinity, filter and aeration). Experiment were carried in aquaria 50×33×50 cm3 in size with density of gourami fish 150/49.5 L for one month. The results showed that the ability of L. perpusilla to absorb N and P decreased from the beginning of the study due to lack of nutrient source of N and P in the aquaculture media, but increased because the impact of the feeding and  metabolism of the gourami. There was no different treatment effect for decreased N and P (P> 0.05). The highest nitrite level was found in D treatment, it means that L. perpusilla not be able to absorb  N and P in the media 3 ppt salinity. However, the addition of 3 ppt salinity gives the best results for the survival rate and feed efficiency ratio. Keywords: phytoremediation, Lemna perpusilla, giant gourami fish, nitrogen and phosphorus  ABSTRAK Limbah pakan dan feses yang mengandung nitrogen dan fosfor dapat menyebabkan penurunan kesuburan dan kelayakan kualitas air. Lemna perpusilla (duckweed) baik digunakan sebagai agen fitoremediasi organik untuk limbah dan dapat digunakan sebagai pakan hewan karena mengandung protein yang tinggi, sementara media bersalinitas mampu mempercepat pertumbuhan ikan gurami. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan L. perpusilla dalam mengabsorbsi nutrisi nitrogen dan fosfor pada air bersalinitas 3 ppt. Penelitian ini terdiri atas lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah A (L. perpusilla dan salinitas 3 ppt), B (L. perpusilla, salinitas 3 ppt dan filter), C (L. perpusilla, salinitas 3 ppt dan aerasi), dan D (L. perpusilla, salinitas 3 ppt, aerasi dan filter). Akuarium yang digunakan berukuran 50×33×50 cm3 dengan kepadatan ikan gurami 150 ekor/49,5 L dan waktu pemeliharaan selama satu bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan L. perpusilla menyerap limbah N dan P berkurang dari awal penelitian karena kurangnya sumber nutrisi N dan P pada media pemeliharaan, namun beranjak meningkat yang berdampak dari adanya pemberian pakan dan sisa metabolisme dari ikan gurame. Tidak ada perlakuan yang berpengaruh terhadap pengurangan N dan P (P>0,05). Nilai nitrit tertinggi terdapat pada perlakuan D, hal ini berarti bahwa L. perpusilla tidak mampu untuk menyerap limbah N dan P pada media bersalinitas 3 ppt. Namun penambahan salinitas 3 ppt memberikan hasil yang terbaik bagi derajat kelangsungan hidup ikan gurami dan efisiensi pakan. Kata kunci: fitoremediasi, Lemna perpusilla, ikan gurami, nitrogen dan fosfor 
Addition of CaCO3 to culture media at the salinity of 3 g/L for freshwater tambaqui growth Hastuti, Yuni Puji; Yudistira, Chandra; Nirmala, Kukuh; Nurusallam, Wildan; Faturochman, Kurnia
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 1 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3290.803 KB) | DOI: 10.19027/jai.15.32-40

Abstract

ABSTRACT Increasing of freshwater tambaqui Colossoma macropomum demand makes the farmers increase the production of the consumption fish and seed. Acceleration of the production cycle can increase total production level, and reduce the level of osmotic work can be used to improve fish growth. This study aimed to analyze the effect of the addition of calcium carbonate (CaCO3) in the saline medium of 3 g/L on the growth of freshwater tambaqui juvenile. Tambaqui used has a body length of 1.93 ± 0.1 cm and weight of 0.26 ± 0.03 g. The experiment used 15 units of aquarium at size of 30×15×25 cm3 and filled with 9 L of saline water, then added lime CaCO3 according to treatment. The treatments were control (0 mg/L CaCO3), A (50 mg/L CaCO3), B (100 mg/L CaCO3), C (150 mg/L CaCO3), and D (200 mg/L CaCO3). The study was conducted for 30 days of maintenance. Fishes were fed on bloodworms ad libitum or provided three times a day. The results showed that survival, daily growth rate, and absolute length growth of the CaCO3 treatments significantly higher (P<0.05) that that of control.  Furthermore, survival, daily growth rate, and absolute length growth among the CaCO3 treatments were the same.  Thus, addition CaCO3 of 50 mg/L saline water of 3 g/L can be applied to increase culture performance of freshwater tambaqui. Keywords: freshwater tambaqui, CaCO3, salinity  ABSTRAK Permintaan terhadap ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang semakin meningkat membuat pembudidaya menambah produksi ikan konsumsi dan benih. Percepatan siklus produksi dapat meningkatkan total produksi budidaya, dan energi dari optimasi kerja osmotik dapat dialokasikan untuk pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambahan kalsium karbonat (CaCO3) pada media bersalinitas terhadap pertumbuhan benih ikan bawal air tawar. Benih ikan bawal yang digunakan memiliki panjang 1,93±0,1 cm dengan bobot 0,26±0,03 g. Akuarium yang digunakan berukuran 30×15×25 cm3 sebanyak 15 unit dan diisi air bersalinitas 3 g/L sebanyak 9 L, kemudian ditambahkan kapur CaCO3 sesuai perlakuan. Dosis setiap perlakuan terdiri atas kontrol (0 mg/L CaCO3), A (50 mg/L CaCO3), B (100 mg/L CaCO3), C (150 mg/L CaCO3), dan D (200 mg/L CaCO3). Penelitian dilakukan selama 30 hari pemeliharaan dengan pemberian pakan cacing sutra secara ad libitum atau diberikan tiga kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, dan panjang mutlak pada perlakuan penambahan kapur CaCO3 lebih tinggi (P<0,05) daripada kontrol. Sementara itu, derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, dan panjang mutlak antarperlakuan penambahan kapur CaCO3 tidak berbeda. Dengan demikian, penambahan CaCO3 sebanyak 50 mg/L air dapat diterapkan untuk perbaikan performa budidaya ikan. Kata kunci: ikan bawal air tawar, CaCO3, salinitas
Penentuan bobot kayu apu Pistia stratiotes L. sebagai fitoremediator dalam pendederan ikan gurami Lac. ukuran 3 cm Nirmala, Kukuh; Wardani, Sulistia; Hastuti, Yuni Puji; Nurusallam, Wildan
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 2 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3326.098 KB) | DOI: 10.19027/jai.15.2.180-188

Abstract

ABSTRACT The use of high stocking density in nursery causes a decrease of  water quality. Technology that can be used to solvethe low water quality in nursery of giant goramy was phytoremediation using Pistia stratiotes L. Purpose of this research was to determine the best weight ratio between P. stratiotes L. and 33 L water in nursery giant goramy size 3 cm. Giant goramy size 3 cm was maintained in an aquarium and was treated with different weight of P. stratiotes L. consisted of 45 g, 90 g, 135 g, and controls P. stratiotes L. 0 g. Cleaning and water change was done once a week. This research showed that the treatment of P. startiotes L. 45g/33 L water gave the best result in survival rate, absolute length of the growth, specific growth rate, feed efficiency and economically profitable. Keywords: phytoremediation, water lettuce, Osphronemus goramy L., nursery  ABSTRAK Penggunaan padat tebar tinggi pada pendederan ikan gurami mengakibatkan kualitas air menjadi buruk. Salah satu teknologi yang bisa digunakan untuk mengatasi kualitas air yang buruk pada pendederan ikan gurami adalah fitoremediasi menggunakan tanaman kayu apu. Tujuan penelitian ini adalah menentukan bobot kayu apu dengan volume air 33 L pada pendederan ikan gurami ukuran 3 cm. Ikan gurami ukuran 3 cm dipelihara di dalam akuarium dan diberi perlakuan bobot tanaman kayu apu berbeda yaitu 45 g, 90 g, dan 135 g, serta kontrol  (kayu apu 0 g). Penyiponan dan pergantian air dilakukan setiap satu minggu sekali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kayu apu 45 g/33 L air menunjukkan hasil tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan bobot harian, efisiensi pakan yang paling baik, serta lebih menguntungkan dibandingkan dengan perlakuan kontrol (kayu apu 0 g). Kata kunci: fitoremediasi, kayu apu, Oshpronemus goramy L., pendederan 
Survival and growth responses of snakehead fish Channa striata Bloch. juvenile in aerated and unaerated acid sulfate water Purnamawati, ,; Djokosetiyanto, Daniel; Nirmala, Kukuh; Surawidjaja, Enang Harris; Affandi, Ridwan
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3193.335 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.1.60-67

Abstract

ABSTRACT  The aim of the research was to analyze survival rate, specific growth rate, albumin, and feed efficiency and physiological (blood glucose, cortisol, dan haemoglobin) responses of snake head fish juvenil that reared at aerated and unaerated of tidal land water have been conducted in the laboratory. Experiments using completely randomized design with aerated and unaerated as a treatment, and each treatment has twelve replications. The snakehead fish juvenil wich length 2.4±0.2 cm and weight of 0.21±0.05 g reared in the aquarium that are size 30×25×35 cm (water volume 25 L) with a stocking density 2 juvenile/L, for 40 days. The fishes were fed with commercial feed with protein content about 40%, feeding two times a day (morning and afternoon) were at satiation. Replacement of water done every two days about 10% of the total water volume in the aquarium. The results showed that unaerated median significantly affected to biometric and physiological response of juvenile of snake head fish. The media un-aerated gives the best results shown by the higher value of survival (92%), specific growth rate (6.73%/ day), feed efficiency (78.22%), protein retention (41.91%), energy retention (30.81%) value of albumin (6.60 g/100 mL) and the haemoglobin (5.58 g/dL), and have the lowest value of cortisol (21.49 ng/L) and blood glucose (43.36 mg/100 mL). Keywords: acid sulfate water, growth rate, aeration, Channa striata   ABSTRAK  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respons kelangsungan hidup, pertumbuhan spesifik, albumin, dan efisiensi pakan dan fisiologis (kortisol, glukosa darah, dan hemoglobin) juvenil ikan gabus yang dipelihara dengan dan tanpa aerasi pada media air rawa pasang surut. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan aerasi dan tanpa aerasi sebagai perlakuan, dan masing-masing perlakuan memiliki 12 ulangan. Juvenil ikan gabus berukuran panjang 2,4±0,3 cm dan bobot 0,21±0,03 g dipelihara dalam akuarium 30×25×35 cm (volume 25 L) dengan padat tebar 2 ekor/L, selama 40 hari. Ikan diberi pakan berupa pakan komersial dengan kadar protein ±40%, pemberian pakan dua kali sehari (pagi dan sore) at satiation. Penggantian air dan penyiponan dilakukan dua hari sekali sebanyak 10% dari volume total dalam akuarium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tanpa aerasi berpengaruh nyata terhadap respons biometrik dan fisiologis juvenil ikan gabus. Media tanpa aerasi memberikan hasil yang lebih baik ditunjukkan oleh kelangsungan hidup (92%), laju pertumbuhan spesifik (6,73%/ hari), efisiensi pakan (78,22%), retensi protein (41,91%), retensi energi (30,81%), kadar albumin (6,60 g/100 mL), dan hemoglobin (5,85 g/dL) yang lebih tinggi, sedangkan kadar kortisol (219 ng/L) dan glukosa darah (43,36 mg/100 mL) yang terendah. Kata kunci: media sulfat masam, pertumbuhan, aerasi, Channa striata
Application of gamal Gliricidia sepium leaves compost as depuration agent of leads (Pb) in the body organ of red tilapia Oreochromis sp. Robin, ,; Nirmala, Kukuh; Harris, Enang; Affandi, Ridwan; Jusadi, Dedi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3275.112 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.1.83-91

Abstract

ABSTRACT  This study was aimed to perform depuration of Pb contained in tilapia body. The experiments were conducted in aquarium using compost of Gliricidia sepium leaf at a concentration of 10g/L, 20 g/L, 30 g/L, 40 g/L, and 0 g/L (control). The result showed that Pb level in fish muscle immersed with compost of Gliricidia leaf at a dose of 30 g/L for five days successfully decreased to a safe limit for human consumption (<0.3 mg/kg). However, decrease of Pb level in fish liver and kidney to finally reach the safe limit required seven days. Decreasing level of lead in the organs of experimental fish along with the increasing level of Pb in compost and maintenance media indicated that Pb accumulated in fish were released into the maintenance media by compost through chelation process. To conclude, compost of G. sepium leaves can be used as the material for depuration of Pb in the body of tilapia Keywords: humic acid, fulvic acid, depuration, Gliricidia leaves, lead, red tilapia  ABSTRAK  Penelitian ini bertujuan untuk mendepurasi Pb yang terkandung di tubuh ikan nila. Percobaan dilakukan di dalam akuarium menggunakan kompos daun gamal pada konsentrasi 10 g/L, 20 g/L, 30 g/L, 40 g/L, dan 0 g/L (kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Pb di daging ikan yang direndam dengan kompos daun gamal pada konsentrasi 30 g/L selama lima hari, kadarnya menurun hingga batas aman untuk dikonsumsi manusia (<0,3 mg/ kg). Penurunan Pb di hati dan ginjal untuk mencapai kadar aman membutuhkan waktu yang lebih lama, yakni tujuh hari. Seiring dengan menurunnya kadar Pb dalam organ ikan uji, kisaran Pb dalam kompos dan media budidaya meningkat, menunjukkan bahwa Pb dari tubuh ikan dilepaskan ke media budidaya dan terjadi proses khelat oleh kompos. Dengan demikian, kompos daun gamal bisa digunakan sebagai bahan pendepurasi Pb dari tubuh ikan nila. Kata kunci: asam humat, asam fulvik, depurasi, daun gamal, timbal, nila merah
The concentration of optimum dissolved oxygen levels for growth of mangrove crab Scylla serrata seed in recirculation system Faturrohman, Kurnia; Nirmala, Kukuh; Djokosetiyanto, Daniel; Hastuti, Yuni Puji
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3251.944 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.1.109-117

Abstract

ABSTRACT This study aimed to determine optimum dissolved oxygen (DO) through the addition of aeration and to evaluate the role of dissolved oxygen on production performance and stress responses of mangrove crab Scylla serrata. Experimental design used was complete randomized design with four treatments namely no aeration (A), one point aeration (B), two points aeration (C), and three points aeration (D). All treatments replicated three times. The crab with the average of body weight 45.6±2.1 g/individual cultured in a plastic box (40×30×30 cm3). The stocking densities was 10 crab/box. Crab was cultured within 42 days and were fed two times a day by restricted method (15% of the total biomass). The result showed that C treatment produced 5.51 mg/L dissolved oxygen and gave the best result of mangrove crabs production performance  with 60% survival, 0.83±0.03 g/day absolute growth rate and food conversion ratio 1.1. It also showed good response to the stress that indicated by the cortisol level (10.159 µg/dL). The best results of coefficient of diversity showed by D treatment that was 13.5%. The water quality during study period was fluctuative as affected by different dissolved oxygen value. Keyword: mangrove crabs, dissolved oxygen, production performance  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menentukan kadar oksigen terlarut (OT) atau dissolved oxygen (DO) yang optimum melalui penentuan titik aerasi serta mengevalusi peranan oksigen terlarut terhadap kinerja produksi dan respons stres kepiting bakau Scylla serrata. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat pelakuan (penambahan titik aerasi dengan rincian A, tidak menggunakan titik aerasi; B, satu titik aerasi; C, dua titik aerasi dan D, tiga titik aerasi) dan tiga ulangan. Kepiting bakau yang digunakan memiliki berat rata-rata 45,6±2,1 g/ekor dengan padat tebar 10 ekor/wadah. Wadah yang digunakan selama pemeliharaan adalah bak fiber plastik yang berukuran 40×30×30 cm3. Pemeliharaan kepiting bakau dilaksanakan selama 42 hari dan diberikan pakan dua kali sehari dengan metode restricted yakni sebesar 15% dari biomassa kepiting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan C yaitu penambahan dua titik aerasi menghasilkan nilai kelarutan oksigen rata-rata sebesar 5,51 mg/L dan memberikan hasil terbaik terhadap kinerja produksi kepiting bakau (tingkat kelangsungan hidup 60%; laju pertumbuhan mutlak 0,83±0,03 g/hari; dan rasio konversi pakan 1,1). Perlakuan C juga menunjukkan respons stres yang baik dengan memiliki nilai kortisol paling rendah dari perlakuan lain yaitu 10,159 µg/dL. Untuk parameter koefisien keragaman berat, hasil terbaik terjadi pada perlakuan D sebesar 23,3%. Kualitas air selama penelitian memiliki nilai yang fluktuatif di setiap perlakuan sebagai efek adanya perbedaan nilai kelarutan oksigen yang dihasilkan. Kata kunci: kepiting bakau, kelarutan oksigen, kinerja produksi
Optimization of stocking density in intensification of mud crab Scylla serrata cultivation in the resirculation system Hastuti, Yuni Puji; Nirmala, Kukuh; Rusmana, Iman; Affandi, Ridwan; Kuntari, Wahyu Budi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3535.327 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.2.253-260

Abstract

ABSTRACT This study aimed to determine optimum stocking density of mud crab Scylla serrata through the applied of different stocking density in every treatment in recirculation system. Experimental design used was complete randomized design (CRD) with three density treatments which were 5 (P1), 10 (P2), and 15 ind/container (P3). All treatments replicated three times. The crab with the average of body weight 150 g/ind cultured in a plastic box (40×30×30 cm). Crab was cultured within 60 days and were fed two times a day by at satiation method. The result showed that P2 treatment gave the best result of mangrove crabs production performance among all treatments with 73.33±5.77% survival rate, 0.68±0.01 g/ind/day absolute growth rate and food conversion ratio 10.11±0.01. Treatment P1 gave the good response of stress, it indicated by the lowest glucose of all tretamnets at the level of 31.91 mg/dL in the end of treatment periods. The water quality during study period was fluctuative as affected by different stocking density in the treatments. Keywords: mud crab, stocking density, production performance  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan padat tebar optimal kepiting bakau Scylla serrata melalui penerapan kepadatan tebar yang berbeda pada setiap perlakuan dalam sistem resirkulasi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan yaitu 5 (P1), 10 (P2), dan 15 ekor/wadah pemeliharaan (P3) dengan tiga ulangan. Kepiting bakau yang digunakan memiliki berat rata-rata 150 g/ekor. Wadah pemeliharaan yang digunakan selama pemeliharaan adalah kontainer plastik yang berukuran 40×30×30 cm. Pemeliharaan kepiting bakau dilaksanakan selama 60 hari dan diberikan pakan berupa ikan rucah dua kali sehari secara at satiation. Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P2 memberikan hasil kinerja produksi terbaik dibandingkan perlakuan lainnya dengan nilai kelangsungan hidup 73,33±5,77%, laju pertumbuhan mutlak 0,68±0,01 g/ekor/hari, dan rasio konversi pakan 10,11±0,01. Perlakuan P1 menunjukkan respons stres yang baik dengan memiliki nilai kadar glukosa paling rendah dari perlakuan lain yaitu 31,91 mg/dL pada akhir masa pemeliharaan. Kualitas air selama penelitian memiliki nilai yang fluktuatif di setiap perlakuan sebagai efek adanya perbedaan jumlah padat tebar setiap wadahnya Kata kunci: kepiting bakau, padat tebar, kinerja produksi
The frequency of calcium and magnesium differences in recirculation systems for increasing production of mudcrab Scylla serrata seed Nurussalam, Wildan; Nirmala, Kukuh; Supriyono, Eddy; Hastuti, Yuni Puji
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3436.105 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.2.144-153

Abstract

ABSTRACTMolting phase is one of many factors that can inhibit mudcrab growth. Recirculation system in culturing mudcrab has a weakness which is the decreasing of ions. Calcium and magnesium in the water can affect the molting phase. The aim of this study was to evaluate the best additional frequency of calcium and magnesium in recirculation system. This research used mudcrab seeds that have weight of 54.856±2.195 gram. This research used completely randomized design with four treatments and three replicates. The treatments were additional frequency of Ca and Mg, comprised of four levels, without additional Ca and Mg (A), additional 30 mg/L Ca and 30 mg/L Mg in every five days (B), additional 30 mg/L Ca, and 30 mg/L Mg in every 10 days (C), and additional 30 mg/L Ca and 30 mg/L Mg in every 15 days (D). The result showed that total of biomass in every treatments were A (379.99±86.16 gram), B (517.65±103.94 gram), C (808.68±59.29 gram), and D (1,054.41±73.54 gram). The highest final biomass was the D treatment (1,054,41±73.54), which was significantly different to others (P<0.05).Keywords: mudcrab, resirculation, calcium, magnesium, molting, production  ABSTRAKSalah satu faktor penghambat pertumbuhan kepiting bakau adalah fase molting. Sistem resirkulasi budidaya kepiting bakau memiliki kelemahan yaitu berkurangnya ion-ion. Fase moting pada kepiting bakau sangat dipengaruhi oleh keberadaan ion kalsium dan magnesium dalam air. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan frekuensi waktu penambahan kalsium dan magnesium terbaik dalam sistem resirkulasi. Penelitian ini menggunakan benih kepiting bakau dengan berat rata-rata 54,856±2,195 gram. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan penambahan Ca dan Mg sebanyak 30 mg/L terdiri atas empat macam frekuensi, yaitu tanpa penambahan Ca dan Mg (A), frekuensi lima hari sekali (B), frekuensi 10 hari sekali (C), dan frekuensi 15 hari sekali (D). Hasil penelitian menunjukkan jumlah biomassa masing-masing perlakuan adalah A (379,99±86,16 gram), B (517,65±103,94 gram), C (808,68±59,29 gram), dan D (1.054,41±73,54 gram). Perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan D dengan jumlah biomassa sebesar (1.054,41±73,54 gram) ini berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan lainnya. Kata kunci: kepiting bakau, resirkulasi, kalsium, magnesium, molting, produksi
Co-Authors . Rasmawan Adianto, Asep Agus Priyadi Agus Waluyo Ahmad Habibie, Ahmad Alexander Burhani Marda, Alexander Burhani Alimuddin Alimuddin Anang Hari Kristanto Ani Widiyati Ani Widiyati Ani Widiyati Ani Widiyati Anwar, Rifky Alwafi Any Widiyati Apriana Vinasyiam Aras, Annisa Khairani Arfan Afandi Arif Faisal Siburian Arlina Ratnasari Asep Rachmat Pratama Asri, Yuliana Astari, Belinda Atma Jaya Salman Muin Aziz, Haikal Azril, Muh Berlianti . Berry Juliandi Bianingrum Bianingrum Cecep Kusmana Chandra Yudistira, Chandra Chrismadha, Tjandra D. Djokosetiyanto D. Djokosetyanto Daniel Djokosetiyanto Daniel Djokosetiyanto Daniel Djokosetiyanto DEDI JUSADI Dewi Puspaningsih Dinamella Wahjuningrum Dinar Tri Soelistyowati Dini Islama Dodi Hermawan E. M. Adiwilaga E. Yuniar Eddy Supriyono Enang Haris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Surawidjaja, Enang Harris Erlania Erlania Erna Yuniarsih Ernik Yuliana Eva Prasetiyono Evi Susanti Farah Diana Farida Farida farida farida Febrina Amalia Fernando Jongguran Simanjuntak Gunawan, Bambang Kusmayadi Hamim Hamim Hamsiah, , Hamzah, Aris Sando Hanif Azhara, Muhammad Haris luthfi Harton Arfah Hastiadi Hasan Humairani, Humairani Hutapea, John Harianto I Nyoman Radiarta Idil Ardi Iis Diatin Ilyas, Anita Prihatini Imam Taufik Iman Rusmana Iman Sari Lubis, Vina Imron Imron Imron Imron, Imron Irzal Effendi Izhar Amirul Haq Jannesa Nasmi John Harianto Hutapea Joni Haryadi Julie Ekasari Kukuh Adiyana Kukuh Adiyana Kuntari, Wahyu Budi Kurnia Faturochman, Kurnia Kurnia Faturrohman Lilis Nurjanah M. Faisol Riza Ghozali M. Zairin Junior Melati, Aulia Firda Mia Setiawati Mochamad Nurdin Moh. Burhanuddin Mahmud Muh Azril Muhamad Yamin Muhammad Amien H Muhammad Ammar Muhammad Firmawan Muhammad Subhan Hamka Muhammad Zairin Jr. Munawar Khalil Nafisyah, Eva Nasrul, Muit Novi Susianti Nur Bambang Priyo Utomo Nur Fauziyah Nuradzani, Daffa Nurhidayat Nurhidayat Nurul Taufiqu Rochman Nurul Taufiqu Taufiqu Rochman Prama, Ega Aditya Pras, Eva Prasetiyono Pratama, Asep Rachmat Priyo Handoyo Wicaksono Puji Hastuti, Yuni Purnamawati, , Puspaningsih, Dewi Qorie Astria R. Wulandari Rahmadi Azis, Rahmadi Retnosari Retnosari Revfvi Al Ghaney Rizal Riani Rahmawati Ridwan Affandi RIDWAN AFFANDI Rina Hesti Utami Riri Ezraneti Riri Ezraneti Ris Dewi Novita Riza Purbo Widiasto Rizkiya, Iffi Rizky Armansyah Robin Robin Robin, , Ruku Ratu Borut Ruspindo Syahputra Sabilu, Kadir Sabilu, Murni Saputra, Henry Kasmanhadi Satya, Awalina Setyo Pertiwi Sheny Permatasari Sri Nuryati Sri Nuryati Sri Wahyuni Firman Sudarto Sudarto Sugeng Budiharsono Sugiarti Suhaiba Djai Suharyanto Sukenda . Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sumi Lestari, Fajar Syarif Budiman T. Budiardi Tatag Budiardi Tri Heru Prihadi Tri Heru Prihadi Tri Widiyanto Tridesianti, Siska Triheru Prihadi, Triheru Tyas Setioaji Vika Yuniar Wa Iba, Wa Iba Wahyu Wahyu Wardani, Sulistia WIDANARNI WIDANARNI Widiatmaka Widiatmaka widiatmaka Widiyati, Any Wijianto Wijianto Wijianto Wijianto Wildan Nurusallam Wildan Nurusallam, Wildan Wildan Nurussalam Wirantari, Ayu Puspa Wisriati Lasima Wiwin Ambarwulan Wiyoto Wiyoto Y. Hadiroseyani yogi Himawan Yogi Himawan Yosmaniar Yosmaniar Yosmaniar Yosmaniar Yuli Siti Fatma Yuli Siti Fatma Yuliana Asri Yuni Puji Hastuti Yuni Puji Hastuti Yuni Puji Hastuti