Dalam tradisi tanean lanjeng Etnik Madura, pemenuhan makan sehari-hari dibebankan kepada orang tua . Para ibu muda, berpola pikir “ngakan apa ca’en reng toa’. Artinya urusan makan sehari-hari apa kata orang tua. Dalam tradisi tersebut, satu rumah dihuni sekitar 12-13 orang (ayah, ibu, nenek, kakek, anak-anak, menantu, dan para cucu). Anak dan menantu bekerja dan seluruh hasil kerjanya untuk pembelian kebutuhan sekundair berupa asset tidak bergerak dan tidak disisakan untuk makan sehari-hari. Hal ini berdampak pada pola pikir mereka menjadi “ngakan sabedena, se penting kenyang”, ‘makan seadanya (tanpa lauk), yang penting kenyang”. Tradisi tersebut tidak ada pembedaan pemenuhan gizi pada ibu hamil, menyusui, balita, dan yang lain. Rendahnya pemenuhan gizi pada ibu hamil, menyusui, dan balita menjadi penyebab gizi buruk dan stunting di Desa Dharma Tanjung, Kec. Camplong, Kabupaten Sampang. Rendahnya pendidikan orang tua dengan pola pikir “tak osah sekola gi-tenggi, se penting bisa alanduk”, ‘tidak usah sekolah tinggi-tinggi, yang penting bisa mencangkul’, juga menjadi penyebab gizi buruk dan stunting karena penghasilan tidak mencukupi. Bagaimana perubahan pola pikir? Metode pengabdian ini dilakukan melalui penyuluhan, diskusi, Tanya jawab, dan FGD. Hasilnya menunjukkan bahwa pola pikir tentang pola makan, pentingnya pendidikan anak, dan pentingnya pembuatan rumah tinggal dapat berdampak pada tingginya angka stunting di Desa Dharma Tanjung Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang. Perubahan pola pikir dapat mencegah kasus gizi buruk dan stunting di masyarakat untuk mencapai kemandirian kesehatan.