Murdani Abdullah
Division of Gastroenterology, Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia/Dr. Cipto Mangunkusumo General National Hospital

Published : 41 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Perbedaan pH Lambung pada Pasien Dispepsia dengan atau Tanpa Diabetes Melitus Tipe 2 Anam, Ilum; Syam, Ari Fahrial; Saksono, Dante; Abdullah, Murdani
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 1, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan. Sindroma dispepsia sering dialami oleh penderita DM. Asam lambung salah satu faktor agresif terjadinya sindroma dispepsia dan tukak lambung. Penelitian ini bertujuan untuk mencari perbedaan pH lambung pada pasien dispepsia DM dengan yang bukan DM dan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara pH lambung dengan proteinuria dan HbA1c. Metode. Pasien terdiri dari 30 kelompok DM dan 30 kelompok bukan DM. Masing-masing kelompok dihitung pH lambung basal. pH lambung basal diukur dgn memasukkan elektroda kateter kedalam lambung selama 30 menit kemudian di rekam dgn alat pH Metri merek Digitrapper pH-Z. Beratnya komplikasi DM diukur dengan mikroalbuminuria, sedangkan kendali gula darah diukur dgn HbA1c. Dilakukan uji chi square utk mencari perbedaan pH lambung kelompok DM dgn yg bukan DM, dengan terlebih dahulu menentukan titik potong dgn analisa ROC (Receiver Operating Caracteristic). Dilakukan uji korelasi antara pH lambung basal dengan mikroalbuminuria dan HbA1c pada kelompok pasien DM Hasil. pH lambung basal pada dispepsia DM vs non DM (2.30±0.83 vs 2.19±0.52). Dgn uji chi square terdapat perbedaan bermakna antara kelompok DM dengan yang bukan DM. Pada uji korelasi antara pH lambung dengan mikroalbuminuria dijumpai r = 0.47 dan p < 0.05, sedangkan HbA1c dijumpai r=0,59 dan p > 0.05. Simpulan. Ada perbedaan bermakna pH lambung basal antara pasien dispepsia DM dengan pasien dispepsia bukan DM. Ada korelasi antara pH lambung basal dengan mikroalbuminuria, sedangkan dengan HbA1c tidak ada korelasi. pH lambung basal pada pasien DM adalah 2.03±0.83 sedangkan pada yang bukan DM adalah 2.19±0.52.
Korelasi Antara Kadar Matriks Metalloproteinase 9, Laju Endap Darah, Faktor Reumatoid, dan Lama Sakit dengan Gambaran Radiologis pada Pasien Artritis Reumatoid Aji, Giri; Sumariyono, Sumariyono; Kusumawidjaja, Kahar; Abdullah, Murdani
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 2, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan. Artritis Reumatoid (AR) merupakan penyakit autoimun dengan etiologi yang belum jelas, gejala utama dari AR adalah keradangan pada sendi yang ditandai dengan sinovitis simetris dan erosi tulang, walaupun perjalanan penyakit AR sulit diduga dengan sifat kronik-remisi-eksaserbasi namun secara umum hasil akhir dari AR adalah deformitas sendi. Penelitian terakhir pada AR menunjukkan adanya overekspresi dari sejumlah enzim matrix metallopeoteinases (MMPs) yang mempunyai kemampuan degradasi komponen kolagen dam matriks ekstraseluler tulang rawan Beberapa penelitian menemukan keterlibatan MMP-2, MMP-9, MMP-1 ,MMP-8 dan MMP-3 pada penyakit AR. Penelitian di Taiwan oleh Chang Yh menunjukkan peningkatan kadar aktivitas MMP-9 pada pasien AR di Taiwan dibandingkan pada populasi normal. Giannelli melaporkan peningkatan kadar MMP-2, MMP- 9, Tissue Inhibitor Matrix proteinase 1 dan Tissue Inhibitor Matrix proteinase 2 pada pasien dengan AR dan artritis psoriasis, Gruber juga melaporkan adanya peningkatan yang bermakna dari kadar MMP-9 atau gelatinase B pada serum pasien AR. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai peran MMP-9 atau gelatinase B pada serum pasien AR, serta mencari korelasi antara kadar MMP-9, laju endap darah (LED), faktor reumatoid dan lama sakit dengan gambaran radiologis pada pasien AR. Metode. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang analitik dengan metode sampling konsekutif yang dilakukan di poliklinik Reumatologi/Ilmu Penyakit Dalam RSUPN Cipto Mangunkusumo. Sebagai variabel bebas adalah : kadar matriks metalloproteinase 9, laju endap darah (LED) , faktor reumatoid dan lama sakit sementara variabel tergantung adalah skor radiologis Sharp. Hasil. Dari 46 subjek penelitian didapatkan peningkatan kadar rerata MMP-9 yaitu sebesar 104,82 ng/ml, rerata LED 58,5 mm/jam, rerata kadar faktor reumatoid 57,13 IU/ml dan rerata lama sakit adalah 4,83 tahun. Korelasi antara kadar MMP-9 dengan skor erosi tulang secara radiologis adalah r=0,3 dengan p=0,02 (bermakna), sementara korelasi antara lama sakit dengan gambaran radiologis ( skor Sharp) r=0,36 dengan p=0,014 (bermakna). Korelasi antara LED, dan faktor reumatoid dengan gambaran radiologis adalah r=0,10,p=0,24;dan r=0,19,p=0,09. Simpulan. Didapatkan peningkatan kadar MMP-9 pada pasien AR, kadar MMP-9 berkorelasi dengan gambaran erosi tulang secara radiologis, lama sakit berkorelasi dengan gambaran radiologis (skor Sharp), Faktor reumatoid dan LED tidak berkorelasi dengan gambaran radiologis (skor Sharp).
Probabilitas Temuan Kanker Kolorektal pada Pasien Simtomatik Berdasarkan Unsur-Unsur Asia Pacific Colorectal Screening (APCS) Lubis, Muhammad Yamin; Abdullah, Murdani; Hasan, Irsan; Suwarto, Suhendro
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 2, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan. Kanker Kolorektal (KKR) masih menjadi masalah besar di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya. Kolonoskopi dapat melihat lesi di kolon tetapi biayanya mahal bila dilakukan pada semua pasien asimtomatik. Memakai komponen unsur-unsur Asia Pacific Colorectal Screening (APCS) dapat memprediksi KKR pada pasien simtomatik sehingga kolonoskopi hanya merupakan modalitas untuk menstratifikasi KKR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui probabilitas kanker kolorektal menggunakan unsur-unsur APCS pada penderita simtomatik. Metode. Penelitian kasus-kontrol retrospektif dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, sejak bulan Februari 2014 hingga Mei 2014. Data dikumpulkan dari catatan rekam medis pasien di RSCM. Kelompok kasus adalah subjek dengan kanker kolorektal, kelompok kontrol adalah subjek non-kanker kolorektal. Analisis bivariat dilakukan pada 4 variabel bebas dari unsur-unsur APCS yaitu usia, jenis kelamin, riwayat keluarga menderita KKR dan merokok. Semua variabel yang mempunyai nilai p Hasil. Pada 246 subjek, didapatkan wanita 127 (51,6 %), laki-laki 119 (48,4 %). Rerata usia 53 tahun, rentang usia 17 sampai 90 tahun. Berdasarkan hasil analisis multivariat terdapat dua variabel probabilitas terjadinya KKR berdasarkan unsur-unsur APCS yang memiliki kemaknaan secara statistik, yaitu usia, ≥50 tahun (OR 1,682; IK95% 1,002-2,823; p=0,049) dan riwayat keluarga menderita KKR (OR 4,865; IK95% 1,340-17,665; p=0,016). Probabilitas terjadinya KKR usia ≥50 tahun: 53,33%; penderita yang ada riwayat keluarga menderita KKR: 76,49%, usia ≥50 tahun serta ada riwayat keluarga menderita KKR : 84,74%. Probabilitas terjadinya KKR penderita simtomatik pada jenis kelamin dan merokok tidak bisa digunakan pada penelitian ini. Simpulan. Probabilitas terjadinya KKR pada populasi simtomatik paling tinggi pada usia diatas 50 tahun disertai dengan riwayat keluarga KKR.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Terapi Antibiotik Empirik pada Pasien Sepsis Berat dan Syok Sepsis di Bangsal Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Katu, Sudirman; Suwarto, Suhendro; Pohan, Herdiman T.; Abdullah, Murdani
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 2, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan. Salah satu faktor utama yang berperan pada keberhasilan terapi pada pasien sepsis berat dan syok sepsis adalah penggunaan antibiotika empirik yang adekuat. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor utama apa yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan antibiotika empirik pada pasien sepsis berat dan syok sepsis. Metode. Studi kohort retrospektif dengan subjek dari data rekam medik (RM) pasien yang telah di rawat inap di ruang ICU dan perawatan Penyakit dalam RSCM Jakarta antara bulan Januari 2011 - Juni 2012. Kriteria inklusi adalah semua data RM pasien dewasa dengan sepsis, sepsis berat dan syok sepsis yang di rawat di ruang rawat inap penyakit dalam/HCU/ICU RSCM. Kriteria eksklusi adalah data tidak lengkap dan SOFA skor >14. Analisis multivariat dilakukan untuk menilai kuat hubungan relative risk (RR) di antara masing-masing variabel determinan yang memiliki kemaknaan statistik sebagai prediktor kesesuaian dosis, jenis, kombinasi dan waktu pemberian antibiotika empirik terhadap akhir perawatan sepsis berat dan syok sepsis dengan ROC (receiver operator curve) dan nilai AUC (area under curve) serta mencari faktor yang paling berperan dari variabel determinan tersebut. Hasil. Waktu pemberian antibiotika empirik lebih dari 6 jam, pemberian jenis antibiotika empirik yang tidak sesuai berdasarkan sumber infeksi, pemberian dosis antibiotika empirik yang tidak sesuai, pemberian antibiotika empirik tunggal, jumlah disfungsi organ yang lebih dari 3 berdasarkan skor SOFA berpengaruh terhadap meningkatnya angka kematian pada pasien sepsis berat dan syok sepsis. Dari faktor tersebut di atas yang paling berpengaruh terhadap meningkatnya angka kematian adalah waktu pemberian antibiotika lebih dari 6 jam, dosis antibiotika yang tidak sesuai, penggunaan antibiotika empirik tunggal dan skor SOFA yang lebih dari 8. Simpulan. Hal yang paling berpengaruh terhadap meningkatnya angka kematian adalah waktu pemberian antibiotika lebih dari 6 jam, dosis antibiotika yang tidak sesuai, penggunaan antibiotika empirik tunggal dan skor SOFA yang lebih dari 8.
Faktor-faktor Risiko Terjadinya Proktitis Radiasi Kronik pada Pasien Kanker Leher Rahim yang Mendapatkan Terapi Radiasi Mulia, Mulia; Makmun, Dadang; Abdullah, Murdani; Supriana, Nana
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 2, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan. Proktitis radiasi merupakan komplikasi yang sering dijumpai akibat terapi radiasi pada pasien keganasan pelvis. Berbeda dengan proktitis radiasi akut yang umumnya self-limiting, proktitis radiasi kronik (PRK) dapat berdampak pada menurunnya kualitas hidup dan meningkatnya biaya kesehatan, morbiditas, dan bahkan mortalitas pasien. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi insidens dan faktor-faktor risiko terjadinya PRK pada pasien kanker leher rahim (KLR) yang mendapatkan terapi radiasi. Metode. Dilakukan analisis retrospektif pada pasien-pasien KLR yang mendapatkan terapi radiasi di Departemen Radioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta selama kurun waktu 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2010. Data mengenai pasien, faktor yang berhubungan dengan terapi radiasi, dan PRK akibat komplikasi lanjut dari terapi radiasi dikumpulkan dari catatan medik pasien. Hasil. Selama periode tersebut, terdapat 234 pasien yang memenuhi kriteria penelitian. Dengan median follow-up selama 30 bulan, didapatkan 12 pasien [5,1% (IK 95% 2,28-7,92%)] mengalami PRK (6 proktitis, 6 proktosigmoiditis). PRK terjadi pada 7-29 bulan setelah terapi radiasi selesai (median 14,5 bulan) dan 87% dari seluruh PRK terjadi dalam 24 bulan pertama setelah terapi radiasi. Dengan analisis multivariat Cox regresi, didapatkan hubungan bermakna antara dosis total radiasi yang diterima rektum >65 Gy (HR 7,96; IK 95% 2,30-27,50; p=0,001) dan usia ≥60 tahun (HR 5,42; IK 95% 1,65-17,86; p=0,005) dengan terjadinya PRK. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara teknik radiasi 2 dimensional external radiation therapy (2D-XRT) (HR 1,36; IK 95% 0,41-4,51; p=0,616), riwayat histerektomi (HR 1,14; IK 95% 0,34-3,79; p=0,83), dan indeks massa tubuh (IMT) Simpulan. Insidens kumulatif PRK selama 3 tahun pada pasien KLR yang mendapatkan terapi radiasi adalah 5,1% (IK 95% 2,28-7,92%). Dosis total radiasi yang diterima rektum >65 Gy dan usia ≥60 tahun merupakan faktor risiko potensial terjadinya PRK pada pasien KLR yang mendapatkan terapi radiasi. Teknik radiasi 2D-XRT, riwayat histerektomi, dan IMT
Faktor Risiko Methicillin Resistant Staphylococcus aureus pada Pasien Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak di Ruang Rawat Inap Putra, Mochamad Iqbal Hassarief; Suwarto, Suhendro; Loho, Tonny; Abdullah, Murdani
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 1, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Infeksi kulit dan jaringan lunak (IKJL) oleh MRSA di ruang rawat inap merupakan masalah nosokomial yang meningkat prevalensinya setiap tahun. Hal tersebut akan meningkatkan angka mortalitas, biaya dan lama rawat bila tidak dikelola dengan baik. Faktor-faktor risiko terjadinya infeksi MRSA pada pasien IKJL di ruang rawat inap penting untuk diketahui agar dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan dan pengendalian terhadap faktor-faktor risiko tersebut sehingga pada gilirannya diharapkan kejadian MRSA pada pasien IKJL dapat dicegah atau dikendalikan. Tujuan: Mengetahui proporsi IKJL oleh MRSA dan mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko terinfeksi MRSA pada penderita IKJL di ruang rawat inap Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Metode: Penelitian ini menggunakan studi kasus kontrol. Data dikumpulkan dari catatan rekam medis pasien rawat inap RSCM yang memiliki IKJL. Kelompok kasus adalah subjek dengan IKJL oleh MRSA, kelompok kontrol adalah subjek dengan IKJL oleh non-MRSA. Analisis bivariat dilakukan pada 9 variabel bebas yaitu pemakaian antibiotik sebelum kultur, infeksi HIV, IVDU, penggunaan kortikosteroid, prosedur medis invasif, DM, keganasan, riwayat hospitalisasi dan ruang rawat. Semua variabel yang mempunyai nilai p Hasil: Selama periode penelitian, proporsi MRSA pada pasien IKJL yang dilakukan kultur di ruang rawat inap adalah 47% (IK 95% 42%- 52%). Terdapat 171 pasien yang memenuhi kriteria, 71 pasien terinfeksi MRSA (kasus) dan 100 pasien terinfeksi non-MRSA (kontrol). Berdasarkan hasil analisis multivariat terdapat tiga variabel yang memiliki kemaknaan secara statistik, yaitu keganasan (OR 6,139; IK 95% antara 1,81-20,86; p=0,004), antibiotik quinolone (OR 4,592; IK 95% antara 2,06-10,23; p Simpulan: Keganasan, penggunaan antibiotik quinolone dan prosedur medis invasif merupakan faktor risiko IKJL oleh MRSA di ruang rawat inap.
Perubahan Kendali Glikemik dan Plasminogen Activator Inhibitor-1 (PAI-1) pada Penyandang Diabetes Melitus Tipe-2 yang Berpuasa Ramadhan di RSUPN Cipto Mangunkusumo Khomimah, Khomimah; Waspadji, Sarwono; Yunir, Em; Abdullah, Murdani
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 1, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Penyandang diabetes melitus (DM) mempunyai risiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskular (PKV), yang progresivitasnya dipercepat oleh penurunan kapasitas fibrinolisis. Penyandang DM yang berpuasa Ramadhan mengalami berbagai perubahan yang dapat memengaruhi kendali glikemik dan status fibrinolisisnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui penurunan fruktosamin dan plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1). Metode: Penelitian dikerjakan dengan metode kuasi eksperimental one group design self control study pada penyandang DM tipe-2 yang berpuasa Ramadhan dan berusia 40-60 tahun. Hasil: Penelitian ini menunjukkan sebagian besar subjek memiliki 3 faktor risiko PKV dan dengan kendali glikemik yang jelek sebelum puasa Ramadhan. Terdapat penurunan yang bermakna pada glukosa puasa plasma, tetapi tidak bermakna pada glukosa darah 2 jam setelah makan. Tidak terdapat perbedaan asupan kalori pada 18 subjek yang dianalisis. Tidak didapatkan penurunan yang bermakna pada fruktosamin serum maupun PAI-1 plasma. Kendali glikemik yang dicapai sebelum dan asupan kalori selama berpuasa Ramadhan kemungkinan merupakan faktor yang memengaruhi penurunan fruktosamin. Selain glukosa darah, faktor yang memengaruhi kadar PAI-1 plasma di antaranya adalah insulin plasma, angiotensin II, faktor pertumbuhan dan inflamasi, yang tidak diukur dalam penelitian ini. Simpulan: Tidak terdapat penurunan kadar fruktosamin serum sesudah berpuasa Ramadhan lebih dari sama dengan 21 hari pada penyandang DM tipe-2. Tidak terdapat penurunan kadar plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) plasma sesudah berpuasa Ramadhan lebih dari sama dengan 21 hari pada penyandang DM tipe-2.
Modifikasi Skor TIMI sebagai Model Prediksi Mortalitas 30 Hari Pasien STEMI Muda Mansur, M. Tasrif; Yamin, Muhammad; Rusdi, Lusiani; Abdullah, Murdani; Karim, Birry; Rumende, Cleopas Martin; Marbun, Maruhum Bonar H.; Shatri, Hamzah
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 10, No. 4
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction. Cardiovascular disease is a leading cause of death worldwide. Three-quarters of these deaths occur in lowand middle-income countries among individuals in their productive years. ST-segment elevation myocardial infarction (STEMI) is a dangerous manifestation of coronary artery disease (CAD) and can lead to sudden death. Smoking and a family history of early CAD are major risk factors for STEMI cases. However, their role in any risk stratification system for patients has not been clearly established. The most widely used score in assessing the prognosis of STEMI patients is the TIMI score, but its accuracy in the young patient population is still unknown. The objectives of this study were to determine the proportion of mortality in young STEMI patients at RSCM, validate the TIMI score in young patients, and develop a risk stratification system for young STEMI patients. Methods. This research is a retrospective cohort study using medical record data from the Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital (RSCM) on patients aged ≤50 years who were treated for ST-elevation myocardial infarction (STEMI) from 2018 to 2022. Univariate analysis was conducted to obtain subject characteristics and the 30-day mortality proportion of young STEMI patients. Bivariate Cox regression analysis was performed to examine the relationship between smoking and a family history of early coronary artery disease (CAD) with 30-day mortality. The TIMI score was validated in the study subjects of young patients. Multivariate analysis was conducted to obtain a new prediction model, and the model’s discriminatory performance was assessed using the area under the ROC curve (AUC), and model calibration was modified using the Hosmer-Lemeshow test. Results. A total of 164 study subjects were included. There were 107 patients (65.2%) with a smoking risk factor, while 39 patients (23.9%) had a family history of early CAD. The proportion of 30-day mortality among young patients was 7.9% (13 individuals). Statistical analysis showed that there was no correlation between 30-day mortality in young STEMI patients and a history of smoking (HR 0.0441 (95% CI 0.148-1.312)) or a family history of early CAD (HR 0.567 (95% CI 0.126- 2.559)). The TIMI score showed good predictive ability for 30-day mortality in young STEMI patients, with an AUC value of 0.836 (95% CI 0.717- 0.956). The combination of the TIMI score with the smoking history variable demonstrated good discriminatory performance in predicting 30-day mortality among young STEMI patients, with an AUC value of 0.875. However, when comparing the AUC values between the TIMI score and the TIMI score with the addition of the smoking history factor, no significant increase in accuracy was observed (p-value=0.215). Conclusions. The TIMI score demonstrates good discrimination and calibration in predicting 30-day mortality among young STEMI patients. The TIMI score, when combined with the smoking history factor, shows improved discriminatory performance and calibration in predicting 30-day mortality among young STEMI patients compared to the pure TIMI score but does not significantly enhance the accuracy.
ADIPOSE-DERIVED STEM CELL THERAPY ON NON-COMMUNICABLE DISEASE: A SYSTEMATIC REVIEW Tandarto, Kevin; Yuridian Purwoko, Reza; Oktarina, Caroline; Jonlean, Reganedgary; Irawan, Cosphiadi; Abdullah, Murdani; Adiwinata Pawitan , Jeanne
Journal of Stem Cell Research and Tissue Engineering Vol. 7 No. 1 (2023): JOURNAL OF STEM CELL RESEARCH AND TISSUE ENGINEERING
Publisher : Stem Cell Research and Development Center, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jscrte.v7i1.40636

Abstract

The increasing number of non-communicable diseases demands practical therapy innovations, including adipose-derived stem cell application. This study aimed to analyze the effectiveness of adipose stem cell therapy on non-communicable disease patients. The method used in this study was a systematic review according to PRISMA 2020 guidelines. The database search was done on PubMed, Google Scholar, Proquest, and the EBSCO host database between 2016 and 2021. ROBINS-I tool and RoB-2 were used to assess the risk of bias in the clinical trial study. The first literature search identified a total of 2615 articles. After exclusion for some reason, 6 articles were included in this systematic review study. A total of five studies were included in this study. Based on the risk of bias assessment of the included studies, it was found that all studies had a low risk of bias in all domains. This study showed that the efficacy of adipose-derived stem cell therapy was inconsistent; however, the results were promising. In addition, the results showed that adipose-derived stem cell therapy was safe without significant side effects. Further study was needed to identify therapeutic strategies based on Evidence-based Medicine (EBM).
Kesintasan Pasien Karsinoma Hepatoselular: Sebuah Studi Komprehensif tentang Pengaruh Awitan Dini versus Lambat dan Faktor Determinannya Achmad, Ibrahim; Jasirwan, Chyntia Olivia Maurine; Rajabto, Wulyo; Abdullah, Murdani; Nababan, Saut Horas H.; Nasution, Sally Aman; Koesnoe, Sukamto; Sari, Nina Kemala
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction. The prognosis for patients with Hepatocellular Carcinoma (HCC) is generally poor because most cases are diagnosed at an advanced stage. Several studies indicate that HCC is more prevalent and has a worse prognosis among younger individuals. This study aims to identify and compare the variations in survival rates between early and late-onset HCC patients at Cipto Mangunkusumo Hospital and investigate the factors that impact survival outcomes in both groups. Methods. Retrospective cohort study of HCC patients registered in HCC registry 2015-2022. Survival was visualized using Kaplan-Meier curves. Prognostic factor variables in the Cox Proportional Hazard Regression analysis by backward method in the final model became independent prognostic factors for overall survival. Results. There were 896 subjects. Patients with early onset had a median survival of 2.0 months (95% CI 1.0-2.9), while late-onset patients had a median survival of 4.0 months (95% CI 3.4-4.5) (p=0.021). During the observation period, the incidence of death in early onset was found to be higher compared to late onset (92.9% vs. 87.7%, p 0.032). In the multivariate analysis for early onset, hypertension comorbidity and lack of hepatitis treatment were prognostic factors increasing the risk of death with [HR 3.7 (95% CI: 1.0-12.7)] and [HR 2.4 (95% CI: 0.9-6.2)] (p=0.053). In the multivariate analysis for late onset, prognostic factors increasing the risk of death include AFP levels ≥200 ng/mL [HR 1.2 (95% CI: 1.0-1.5)], liver cirrhosis [HR 1.2 (95% CI: 1.0-1.3)], AJCC stage 4 as the most advanced stage [HR 4.5 (95% CI: 2.2-8.9)], supportive therapy [HR 5.2 (95% CI: 3.9-6.8)], and palliative therapy [HR 1.6 [95% CI: 1.2-2.2)]. Conclusion. The median survival of early-onset HCC patients is lower compared to late-onset ones because the majority are not given curative treatment. Independent prognostic factors in early-onset are hypertension and hepatitis treatment, while in late-onset AFP levels, liver cirrhosis, AJCC stage, and therapy are given.
Co-Authors A.A. Ketut Agung Cahyawan W Aan Santi Abdul A. Rani Abdul Aziz Rani Abdullah, Arman Adel Achmad Fauzi Achmad, Ibrahim Adang Bachtiar Adeputri Tanesha Idhayu Aditya Rachman, Aditya Adityo Susilo, Adityo Adiwinata Pawitan , Jeanne Adli, Mizanul Afifah Is Afistianto, Muhammad Fikri Ahmad Soefyani Ahmar Abyadh Aida Lydia, Aida Akmal Taher Alexander, Reinaldo Ali Djumhana Ali Imron Yusuf Amanda P Utari, Amanda P Amanda Pitarini Utari Anastasia Yoveline Andri Sanityoso Ari F Syam Ari F. Syam Ari Fahrial Syam Ari Wijayanti Ariadi Humardani Arleni Bustami Arman A Abdullah Arnelis Arnelis Artati Murwaningrum, Artati Ascobat, Purwantyastuti Asysyifa, Nisrina Aziz Rani Azzaki Abubakar, Azzaki Birry Karim Bisuk, Batara Bona Adhista Budhi Setianto Budi Tan Oto Budiman Bela Budiman Budiman Budimutiar, Felix C Martin Rumende Ceva W. Pitoyo Chairul R Nasution Chudahman Manan Chyntia Olivia Maurine Jasirwan, Chyntia Olivia Maurine Chyntia Olivia MJ Cleopas Martin Rumende Cosphiadi Irawan Czeresna Heriawan Soejono Dadang Makmun Daldiyono Daldiyono Daldiyono Hardjodisasto Daldiyono Hardjodisastro Dante Saksono Harbuwono Dasril Nizam Deddy Gunawanjati Dewantoro, Okto Dharmeizar Dharmeizar Dharmika Djojoningrat Diah Rini Handjari Diani Kartini Diany N Taher Diding Heri Prasetyo Djumhana A Dolly Dolven Kansera Dono Antono Dyah Purnamasari E. Mudjaddid A. Siswanto Deddy N.W.Achadiono Hamzah Shatri E. Mujaddid Edy Rizal Wahyudi Ekowati Rahajeng Ellen Susanti Elli Arsita Em Yunir, Em Ening Krisnuhoni Eric Daniel Tenda Evy Yunihastuti Fauzi Ahmad Muda Fiastuti Witjaksono Fransiska Hardi Fumiaki Kitahara Gaol, Donnie Lumban Giri Aji, Giri Guntur Darmawan Haloho, Raja Mangatur Harini Oktadiana, Harini Harmani Kalim Harry Isbagio Haryana, Sofia M Haryanto Surya Hasan Maulahela, Hasan Hasan Mihardja Hayatun Nufus Hazim, Ahmad Herdiman T Pohan Herdiman T. Pohan Heri Wibowo Hiroyuki Otsuka Hotmen Sijabat I. D.N. Wibawa Ibrahim Basir Ibrahim Basyir Idrus Alwi Ifransyah Fuadi, Ifransyah Ika Prasetya Wijaya Ikhwan Rinaldi Ilum Anam, Ilum Indra Marki Inge Sutanto Ingrid S. Surono Irfan Maulani Iris Rengganis Irsan Hasan Irwin Tedja Iskandar, Rizka Puteri Ivo Novita Sah Bandar Jacobus Albertus Jamhari Jamhari Jane Estherina Jeffri Gunawan Jeffry Beta Tenggara Jimmy Posangi Jonlean, Reganedgary Joseph JY Sung Judo Prihartono Julwan Pribadi Jumhana Atmakusuma Jusman, Sri W Kahar Kusumawidjaja, Kahar Kaka Renaldi Katharina Setyawati Kemalasari, Indira Kemalasari, Indira Khie Chen Khomimah Khomimah, Khomimah Kuntjoro Harimurti Laras Budiyani, Laras Liem, Isabella Kurna Liem, Isabella Kurnia Lies Luthariana Lili Indrawati Lusiani Rusdi, Lusiani M Purnomo Isnaeni M Usman SM Maharani, Shabrina Mansur, M. Tasrif Marcellus Simadibrata Marcellus Simadibrata K Marthino Robinson Maruhum B.H. Marbun Masayuki A Fujino Masayuki A. Fujino Masdalina Pane Maulana Suryamin, Maulana Meriza, Tanggo Minarma Siagian Moch Ikhsan Mokoagow Mochamad Iqbal Hassarief Putra, Mochamad Iqbal Hassarief Mohammad Adi Firmansyah Mondrowinduro, Prionggo Muhadi Muhadi, Muhadi Muhammad Artisto Adi Yussac MUHAMMAD SYAFIQ Muhammad Yamin Muhammad Yamin Lubis, Muhammad Yamin Mulia Mulia Mustikarani, Dewi Mutiara, Rizka Muzellina, Virly Nanda Nababan, Saut Horas H. Nana Supriana Nanda N. Muhammad, Nanda N. Nata Pratama Novie Rahmawati Zirta Nully Juariah M Nur Rasyid Nur Riviati, Nur Nury Dyah, Nury Oktarina, Caroline Pambudi, Joko Rilo Pamela Abineno Pamela Abineno Damaledo Pangarapen Tarigan Pangestu Adi Parhusip, Santi Sumihar Rumondang Pattiiha, Arief Paulus Kusnanto Paulus Simadibrata Pradipta, Saraswati Primariadewi Rustamadji Purwantyastuti Purwantyastuti Purwita W Laksmi, Purwita W Rabbinu Rangga Pribadi Raden Nur Ista Rahmad Mulyadi, Rahmad Ralph Girson Rambe, Dirga S. Ratu Ratih Kusumayanti Raymond R. Tjandrawinata Riahdo Saragih Rianto Setiabudy Rino A Gani Rino Alvani Gani Rio Zakaria Risa Ismadewi, Risa Rizki Yaruntradhani Rozaliyan, Anna Rudi Putranto Rumagesan, Djahalia Rumende, Cleopas M. Ryan Ranitya Sabarudin, Adang Saleha Sungkar Salius Silih Sally Aman Nasution, Sally Aman Sari, Nina Kemala Sarwono Waspadji Sedijono Sedijono Seri Mei Maya Ulina Simadibrata, Daniel Martin Simanjuntak, Tiroy Sari Bumi Sirowanto Inneke Siti Setiati Soleha, Winna Sonar S. Panigoro Starry H. Rampengan Steven Sumantri Sudirman Katu, Sudirman Sugita, Peter Suhardjono Suhardjono Suharko Soebardi Suhendro Suhendro Suhendro Suwarto, Suhendro Sukamto Koesnoe Sumariyono Sumariyono Surono, Ingrid S Suryantini Suryantini Susanto, Liana W SUWIJIYO PRAMONO Suzana Ndraha Suzanna Immanuel Syari, Lucky Novita Tadashi Sato Tandan, Manu Tandarto, Kevin Telly Kamelia Tito Ardi Tjahjadi Robert Tedjasaputra Toman L Toruan Tonny Loho TR Fitriyani, TR Tri Juli Edi T Ummi Ulfah Madina, Ummi Ulfah Ummu Habibah, Ummu Velma Herwanto Vera Yuwono Wijaya, Anthony Eka Wirasmi Marwoto Wismandari Wisnu Wulandari, Yohannessa Wulyo Rajabto Yoga, Vesri Yohana Sitompul, Yohana Yonathan, I Wayan Murna Yuichiro Kojima Yundari, Yundari Yuridian Purwoko, Reza Yustar Mulyadi Zubairi Djoerban