Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) merupakan tanaman herbal asli Indonesia yang dikenal luas karena kandungan fitokimia alaminya dan beragam aktivitas farmakologisnya. Tanaman ini telah digunakan secara tradisional dalam pengobatan berbagai penyakit seperti gangguan pencernaan, peradangan, dan gangguan fungsi hati. Studi ini merupakan kajian literatur yang bertujuan untuk merangkum data terkini mengenai senyawa aktif utama dalam temulawak serta aktivitas biologisnya yang telah dibuktikan melalui berbagai penelitian in vitro, in vivo, dan uji klinis. Berdasarkan analisis terhadap beberapa artikel ilmiah terbaru (5 tahun kebelakang), diketahui bahwa temulawak mengandung senyawa aktif seperti kurkuminoid (kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin), xanthorrhizol, minyak atsiri, serta senyawa fenolik dan flavonoid lainnya. Senyawa-senyawa tersebut memberikan efek biologis penting, termasuk aktivitas antioksidan dengan IC₅₀ sebesar 39,5 µg/mL terhadap radikal DPPH, aktivitas antiinflamasi melalui penurunan mediator inflamasi seperti PGE2, IL-6, dan TNF-α, serta aktivitas hepatoprotektif yang dibuktikan dengan penurunan kadar SGOT dan SGPT pada pasien dengan gangguan hati ringan. Selain itu, temulawak juga menunjukkan efek antimikroba terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, serta aktivitas antikanker dengan penurunan viabilitas sel MCF-7 hingga 52%. Berdasarkan hasil kajian ini, temulawak terbukti memiliki potensi besar sebagai agen fitoterapi multiguna yang aman dan menjanjikan untuk dikembangkan sebagai suplemen herbal atau bahan aktif dalam sediaan farmasi