Articles
Tanggung Jawab Moral Ilmuan dan Netralitas Ilmu
Sopian, Asep;
Natsir, Nanat Fatah;
Haryanti, Erni
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2022): JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan)
Publisher : STKIP Yapis Dompu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (470.882 KB)
|
DOI: 10.54371/jiip.v5i1.395
Penelitian ini menjelaskan tentang hubungan antara ilmu dan moral. Hubungan antara ilmu dan moral adalah sangat erat bahwa setiap usaha manusia untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman dari berbagai segi harus berpedoman pada ajaran agama dan paham ideologi dalam bersikap dan bertindak. Sementara itu tanggung jawab ilmuwan di masyarakat adalah suatu kewajiban seorang ilmuwan untuk mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian permasalahan sosial tersebut. Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial, bukan saja karena dia adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat namun yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Hakikatnya ilmu itu mempunyai nilai Netral (nol), dengan ilmu itu netral maka perkembangan ilmu pengetahuan bisa berkembang. Sehingga tidak tercampuri dengan suatu hal yang dapat menjadikan ilmu atau itu sendiri menjadi terhambat dalam perkembangannya.
Tinjauan Kritis terhadap Ontologi Ilmu (Hakikat Realitas) dalam Perspektif Sains Modern
Nurasa, Ace;
Natsir, Nanat Fatah;
Haryanti, Erni
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2022): JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan)
Publisher : STKIP Yapis Dompu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (495.507 KB)
|
DOI: 10.54371/jiip.v5i1.396
Penelitian ini menjelaskan tentang tinjauan kritis terhadap ontologi ilmu (hakikat realitas) dalam perspektif sains modern. Ontologi mempelajari tentang objek apa yang ditelaah ilmu, perwujudannya dan hubungannya dengan daya tangkap manusia, sehingga dapat menghasilkan ilmu pengetahuan. Metode yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode atau pendekatan kepustakaan (library research), bahwa studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembahasan ontologi tidak mencakup pada proses, prosedur dan manfaat dari suatu objek yang ditelaah ilmu, tetapi lebih kepada perwujudannya. Ontologi sains merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sains, termasuk sains modern, struktur sains dan karakteristik sains. Hakikat sains menjawab pertanyaan apa sains itu sebenarnya, struktur sains menjelaskan tentang cabang-cabang sains, dan karakteristik sains menjelaskan tentang karakter atau ciri dari sains menurut para ahli.
Integrasi Ilmu M. Amin Abdullah dan Kuntowijoyo
Juhana, Hendri;
Natsir, Nanat Fatah;
Haryanti, Erni
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2022): JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan)
Publisher : STKIP Yapis Dompu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (508.384 KB)
|
DOI: 10.54371/jiip.v5i1.397
Penelitian ini menjelaskan tentang integrasi ilmu M. Amin Abdullah dan Kuntowijoyo. Metode yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode atau pendekatan kepustakaan (library research), bahwa studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bangunan pemikiran Jaring laba-laba keilmuan Amin Abdullah adalah sebuah peta konsep yang menggambarkan paradigma bangunan keilmuan. Peta konsep ini adalah sebuah epistemologi teoantroposentrik-integralistik memadukan antara wahyu, pemikiran, teori, dan berbagai isu kontemporer. Bangunan epistemologi pemikiran Amin Abdullah ini merupakan pengembangan dari para ilmuan sebelumnya, baik dari kalangan Islam maupun Barat. Akan tetapi, konsep integrasi antara Islam dan ilmu pengetahuan Kuntowijoyo adalah upaya “demistifikasi Islam”, Kuntowijoyo menggunakan istilah pengilmuan Islam yang merupakan gerakan dari teks ke konteks. Pengilmuan Islam mempunyai dua metodologi yaitu integralisasi dan Objektifikasi yang bertujuan untuk mengakrabkan antara Islam dan ilmu untuk untuk mencegah ilmu sekuler masuk dan menyebar di tengah masyarakat muslim.
Tipologi Integrasi Ilmu Agama dalam Pemikiran Islam Kontemporer
Kardi, Kardi;
Natsir, Nanat Fatah;
Haryanti, Erni
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2022): JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan)
Publisher : STKIP Yapis Dompu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (448.306 KB)
|
DOI: 10.54371/jiip.v5i1.398
Penelitian ini menjelaskan tentang tipologi integrasi ilmu agama dalam pemikiran islam kontemporer. Metode yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode atau pendekatan kepustakaan (library research), bahwa studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kajian tipologi adalah suatu ilmu yang mempelajari sesuatu tentang type, ilmu yang mempelajari tentang pengelompokan berdasarkan tipe atau jenis secara spesifik, tipologi berasal dari dua suku kata yaitu tiupo yang berarti pengelompokan dan logos adalah yang mempunyai arti ilmu atau bidang ilmu. Sedangkan menurut Budi A. Sukanda adalah sebuah pengklasifikasian sebuah type berdasarkan atas penelusuran terhadap asal- usul. Menurut Ian R Barbour mengusulkan empat tipologi untuk memetakan pendekatan yang dipakai dalam hubungan antara ilmu (Sains) dan agama yakni tipologi Konflik, tipologi independensi, tipilogi dialog, dan tipologi integrasi. Ke empat pendekatan tersebut adalah untuk memetakan bagaimana pendekatan tipologi integrasi ilmu agama yakni pembauran antara ilmu dan agama hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Ide integrasi pertama kali digagas oleh sayyed hosein Nasr tahun 1976, kemudian gagasan itu dilanjutkan oleh Syeik Muhammad Naqib.
Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Ningsih, Indah Wahyu;
Natsir, Nanat Fatah;
Haryanti, Erni
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2022): JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan)
Publisher : STKIP Yapis Dompu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (498.416 KB)
|
DOI: 10.54371/jiip.v5i1.400
Penelitian ini menjelaskan tentang gagasan islamisasi ilmu pengetahuan. Metode yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode atau pendekatan kepustakaan (library research), bahwa studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa munculnya isu Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan sebuah respon atas dikotomi antara ilmu agama dan sains yang dimasukkan Barat sekuler dan budaya masyarakat modern ke dunia Islam. Kemajuan yang dicapai sains modern telah membawa pengaruh yang menakjubkan, namun di sisi lain juga membawa dampak yang negatif, karena sains modern (Barat) kering nilai atau terpisah dari nilai agama. Di samping itu Islamisasi Ilmu Pengetahuan juga merupakan reaksi atas krisis sistem pendidikan yang dihadapi umat Islam, yakni adanya dualisme sistem pendidikan Islam dan pendidikan modern (sekuler) yang membingungkan umat Islam.
Aksiologi Ilmu Pengetahuan dan Keislaman
Mayasari, Annisa;
Natsir, Nanat Fatah;
Haryanti, Erni
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2022): JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan)
Publisher : STKIP Yapis Dompu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (465.716 KB)
|
DOI: 10.54371/jiip.v5i1.401
Penelitian ini menjelaskan tentang aksiologi ilmu pengetahuan dan keislaman. Metode yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode atau pendekatan kepustakaan (library research), bahwa studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mengkaji filsafat tidak lepas dari ruang lingkup manusia. Karena pada dasarnya manusialah yang menentukan apakah sesuatu itu baik atau tidak baik, benar atau salah, netral atau tidak netral. Karena pada hakekatnya ilmu itu netral dan bebas nilai. Menurut Einstin, bahwa ilmu tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Oleh karena itu, aksiologi dalam ilmu pengetahuan adalah produk dari ilmu yakni etika, nilai, estitika dan moral. Aksiologi lebih menghasilkan produk yaitu untuk apa ilmu pengetahuan dipergunakan, dan bagaimana kaitannya ilmu pengetahuan dipergunakan dengan aspek moral. Bagaimana prosedural penggunaan ilmu pengetahuan berkaitan dengan moral. Bagaimana penentuan obyek pengetahuan dikaitkan dengan moralatau etika dalam kehidupan. Sementara Aksiologi dalam pandangan islam berbeda dengan ilmuwan barat. Islam menyatakan bahwa Agama yang melahirkan ilmu pengetahuan. Ilmua bagian dari agama itu sendiri, karena itu Rasulullah Saw mewajibkan manusia untuk mencari Ilmu. Sementara tujuan dari agama adalah mencari ridha Allah dan datangnya kebenaran itu dari Allah SWT.
Kajian Terhadap Gerakan Kebangkitan Epistimologi (Epistimological Movement) Tacit Knowledge Michael Polanyi
Rosanti, Atik;
Natsir, Nanat Fatah;
Haryanti, Erni
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2022): JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan)
Publisher : STKIP Yapis Dompu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (469.925 KB)
|
DOI: 10.54371/jiip.v5i1.403
Penelitian ini menjelaskan tentang kajian terhadap gerakan kebangkitan epistimologi (epistimological movement) tacit knowledge Michael Polanyi. Metode yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode atau pendekatan kepustakaan (library research), Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Filsafat sangat penting bagi kehidupan manusia karena dapat memecahkan berbagai persoalan kehidupan. Akibat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan telah banyak melahirkan paham baru. Kehadiran paham baru sebagai kritik bagi paham sebelumnya. Kritik Polanyi terhadap paham Positivisme karena paham tersebut terlalu melihat ilmu pengetahuan dari asplek objektivitasnya semata. Kritiknya mengahsilkan sebuah karyanya yang berjudul “Segi Tak Terungkap Ilmu Pengetahuan”. Relevansi pemikiran Polanyi pada lembaga pendidikan melalui kebijakan internal dalam upaya peningkatan mutu sekolah. Sekolah perlu memberikan otonomi serta keleluasaan pada wali kelas untuk mengatur kelas secara inovatif serta kreatif agar terciptanya kelas yang produktif dan nyaman sehingga peserta didik mampu mengembangkan dan memunculkan potensinya yang masih tersembunyi. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh wali kelas dalam manajemen kelasnya, diantaranya: Pertama, Pertemuan rutin Wali Kelas dan Orang Tua Peserta Didik. Kedua, Penataan Kelas Bersama. Ketiga, Membangun Kehangatan Kelas. Kempat, Melakukan Quality Time Bersama. Kelima, Layanan Konseling Wali Kelas. Terakhir, Koordinasi dengan Berbagai Pihak.
Konsep Wahyu Memandu Ilmu sebagai Paradigma Keilmuan UIN Sunan Gunung Djati
Ridwan, Wawan;
Natsir, Nanat Fatah;
Haryanti, Erni
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2022): JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan)
Publisher : STKIP Yapis Dompu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (523.241 KB)
|
DOI: 10.54371/jiip.v5i1.404
Penelitian ini menjelaskan tentang konsep wahyu memandu ilmu sebagai paradigma keilmuan UIN Sunan Gunung Djati. Metode yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode atau pendekatan kepustakaan (library research), bahwa studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa UIN Sunan Gunung Djati Bandung (disingkat UIN Bandung) mengusung visi yang jelas dan pasti berbeda (distinct) dengan Perguruan Tinggi yang lain. Kampus UIN juga terus berupaya meningkatkan manajemen dan teknologi sebagai fitur andalan untuk mencapai kualitas Perguruan Tinggi. Institusi ini menggunakan paradigma WMI (Wahyu Memandu Ilmu) sebagai landasan filofisnya, menjadikan visi UIN Bandung menjadi sangat khas dibandingkan dengan yang lain. Perhatikan visi UIN Bandung berikut: Menjadi Universitas Islam Negeri yang Unggul dan Kompetitif Berbasis Wahyu Memandu Ilmu dalam Bingkai Akhlak Karimah di ASEAN tahun 2025. Dengan visi ini, paradigma keilmuan UIN Bandung dan kebijakan pengembangn Perguruan Tinggi bersifat terintegrasi dengan nilai-nilai wahyu (agama), yakni sesuatu yang tidak bersifat parsial atau dikotomis. Paradigma WMI dengan demikian bukan sekedar landasan dalam menetukan arah dan kebijakan lembaga tetapi menjadi pedoman penyelenggaraan Perguruan Tinggi. Pada ranah akademik dimana core bussines-nya menyelenggarakan pendidikan, paradigma tersebut menjadi acuan dalam pembentukan kepribadian dan pengembangan disiplin ilmu.
Kajian terhadap Gerakan Kebangkitan Epistemologi (Epistemological Movement) Krisis Sains Modern Richard Tarnas
Munandar, Didih Syakir;
Natsir, Nanat Fatah;
Haryanti, Erni
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2022): JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan)
Publisher : STKIP Yapis Dompu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (459.445 KB)
|
DOI: 10.54371/jiip.v5i1.406
Penelitian ini menjelaskan tentang kajian terhadap gerakan kebangkitan epistemologi (epistemological movement) krisis sains modern Richard Tarnas. Metode yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode atau pendekatan kepustakaan (library research), bahwa studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peradaban modern seringkali dipandang sebagai hasil puncak peradaban manusia, ternyata tidak sepenuhnya disepakati kebenarannya, oleh karenanya terdapat banyak problem multidimensi, maka dibutuhkan solusi yang tepat terhadap segala problem-problem tersebut. Para ahli menyatakan bahwa jalan keluar dari permasalahan tersebut tidak lagi bisa ditangani oleh paradigma modernisme, sehingga mereka dengan tegas menyatakan, dunia pada pasca atau postmodernisme membutuhkan paradigma lain, terutama dalam upaya rekonstruksi pemikiran pendidikan. Pada masyarakat postmodern pasca industri, ilmu pada akhirnya mengalami delegitimasi, karena terbukti tidak dapat menghindar dari efek negatif yang dihasilkannya sendiri. Legitimasi yang menyatakan bahwa pengetahuan harus ditujukan demi pengetahuan, pada masa modern tidak dapat dipenuhi. Karena pengetahuan ternyata dihasilkan semata-mata untuk keuntungan semata, norma benar-salah tidak lagi berlaku sebagai standar, akan tetapi pragmatis demi menghasilkan sebesar- besarnya profit dengan pendanaan sedikit mungkin.
Sumbangan Pemikiran Jhon. F Haught mengenai Relasi Sains dan Agama
Najili, Hakin;
Natsir, Nanat Fatah;
Haryanti, Erni
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2022): JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan)
Publisher : STKIP Yapis Dompu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (499.624 KB)
|
DOI: 10.54371/jiip.v5i1.410
Penelitian ini menjelaskan tentang sumbangan pemikiran Jhon F Haught mengenai relasi sains dan agama. Metode yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode atau pendekatan kepustakaan (library research), bahwa studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Jhon F Haught “melihat? dan “memaknai? integrasi sains dan agama sebagai „dua wajah epistemologi? yang saling bersentuhan dan memunculkan sifat komplementasi yang mencerahkan. Ini menunjukkan bagaimana sains dan agama digali menuju kedalaman sehingga masing-masing akan bertemu pada muara yang sama. Keberanian Haught untuk mengolaborasi evolusi demi kompatibilitas agama merupakan satu keberanian karena pembacaan semacam itu meniscayakan adanya pergeseran teologis. Model integrasi Haught melahirkan teologi evolusi yang merupakan sebuah bangunan epistemologi-teologis “berwajah” rekonstruksionis modern yang membawa agama begitu jauh demi kesesuaiannya dengan perkembangan sains. Dengan kata lain, teologi menjadi tolak ukur teori-teori ilmiah tersebut dengan memasukkan entitas keislaman pada struktur sains.