Articles
Konsep Defamiliarisasi pada Desain Museum Tambang Pasir Sungai Brantas
Septi Triana;
I Gusti Ngurah Antaryama
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (590.852 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373520.v5i2.18945
Aktivitas penambangan pasir tradisional di Sungai Brantas telah menjadi bagian dari budaya yang dikenal oleh masyarakat sekitar. Meski sempat tergeser oleh adanya modernisasi peralatan penambangan pasir, teknik tradisional ini kembali digalakkan sebagai respon permasalahan hilangnya karakteristik kawasan tersebut akibat kegiatan penambangan pasir modern. Arsitektur merupakan cara untuk membentuk identitas pada suatu kawasan, salah satunya dengan menerapkan pendekatan Regionalisme Kritis yang mengacu pada masa depan perkembangan suatu kawasan. Hal-hal terkait dengan budaya tambang pasir yang telah ada dihidupkan kembali secara aktif dan dijadikan bagian dari kebudayaan universal dalam bentuk yang baru dan berbeda. Artikel ini bertujuan untuk menginterpretasi ulang nilai-nilai dalam proses penambangan pasir tradisional di Sungai Brantas. Metoda desain Precedent digunakan untuk memperoleh abstraksi dari nilai-nilai tersebut kemudian menerapkannya ke dalam obyek arsitektur. Perwujudkan konsep Defamiliarisasi telah mampu dihadirkan dalam tatanan massa dan pola sirkulasi dalam ruang pada obyek desain Museum Tambang Pasir.
Penerapan Metode Hybrid Architecture dalam Perancangan Pasar
Hugo Cantona;
I Gusti Ngurah Antaryama
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (259.483 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373520.v5i2.19019
Eksistensi kaum marginal di perkotaan sering kali terabaikan sehingga kebutuhan dasar mereka cenderung dinomorduakan, padahal sebagian dari penduduk kota besar di Indonesia adalah kaum marginal. Salah satu kebutuhan tersebut adalah tempat tinggal dan tempat untuk bekerja setiap harinya. Untuk itu, diperlukan suatu sarana yang khusus dirancang dan diperuntukkan bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah dengan segala rutinitas keseharian dan aktivitas yang mereka miliki. Sebuah pasar tradisional dengan hunian bagi para penjual di dalamnya dirasa mampu merepresentasikan potrait kehidupan kaum marginal yang hidup di perkotaan dengan segala keterbatasan yang mereka miliki. Selain itu, pengalihfungsian lahan menjadi pasar malam di lain waktu dirasa dapat menjadi salah satu solusi untuk memfasilitasi kebutuhan hiburan bagi masyarakat marginal yang tinggal di dalamnya. Dengan pendekatan perilaku, penerapan metode hibrid pada sirkulasi berbentuk ramps yang mengelilingi badan bangunan dan program ruang dalam sebuah perancangan pasar merupakan salah satu contoh sarana yang dapat memfasilitasi kebutuhan aktivitas sosial ekonomi masyarakat marginal yang hidup di dalamnya.
Arsitektur Titik Balik: Participatory Design dan Memori Kolektif
Mahdi Irfani Muhammad;
I Gusti Ngurah Antaryama
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (405.005 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373520.v5i2.20784
Kenangan adalah ingatan yang akan menjadi cerminan manusia dalam menghadapi keadaan kedepannya. Sehingga, momen akan kenangan itu sendiri harus dibangkitkan. Arsitektur sebagai media membangkitkan momen tidak hanya sebatas intrusi ruang semata. Namun, juga mengajak pengguna dan penghuni untuk berpartisipasi dalam membangkitkan momen tersebut. Karena ruang bukanlah sesuatu yang statis melalui material yang disajikannya. Selama ini, kita tidak pernah menyadari bahwa arsitektur yang kita alami sehari-hari selalu menjadi bagian dari kenangan hidup kita. Dari permasalahan ini penulis menyadari perlu adanya sesuatu dari rancangan yang membuat user menyadari bahwa mereka sedang merakit kenangan mereka sendiri. Rancangan yang dapat disempurnakan oleh penggunanya, seperti baju jemuran yang menjadi elemen estetika, sirkulasi yang diberi pekerasan sendiri oleh penggunanya, dan material yang bersifat temporer yang diganti secara berkala, akan memberi kesadaran secara penuh kepada penggunanya bahwa mereka sedang merajut kenangan mereka terhadap tempat tinggal mereka.
Conflicting Factors in the Design of Naturally Ventilated Apartment in Warm Humid Tropics
Putri Melati Dewi;
I Gusti Ngurah Antaryama
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (718.098 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373520.v6i1.22619
One of the most effective strategies in designing a passive ventilation apartment in the warm humid tropical clime is to maximize airflow in a building. However designing such kind of apartment often contradicts with socio-economic aspects such as land usage, privacy and security. The reason for that is on one hand naturally ventilated apartment means maximizing openings as much as possible, on the other hand middle-upper income class people need high security and privacy. Method used for designing this apartment is Evidence Based Design, which makes use of current best evidence from research and precedent in the topic of thermal comfort and residential buildings. This passive design apartment seeks optimum solution to overcome contradictory aspects of thermal comfort and socio-economy, by integrating the main concept of maximizing airflow and maintaining privacy through architectural elements.
Mengaburkan Batas dan Orientasi dalam Susunan Program Ruang di KBRI Singapura
Hera Monica;
I Gusti Ngurah Antaryama
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (651.555 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.26336
Desain pada bangunan kedutaan memberikan sebuah perhatian kepada beberapa aspek, salah satunya adalah aspek keamanan. Dari sudut pandang arsitektur, keamanan sering kali direpresentasikan dalam wujud pengolahan batas. Batas tersebut menjadikan desain kedutaan mempunyai karakter desain yang khas. Namun desain khas yang mengamankan tersebut seringkali memudahkan orang dalam mengenal pola susunan tempat (mudah ditebak hierarkinya). Hal ini membuat pengamanan kasat mata maupun tidak kasat mata, harus ekstra keras dalam menjalankan tugas mereka untuk mengamankan kedutaan. Salah satu cara merancang desain kedutaan yang tetap memenuhi aspek keamanan adalah menghadirkan susunan bentuk acak dalam mengaburkan orientasi. Hal ini juga sejalan dengan representasi sebuah kedutaan Indonesia yang terkesan ramah terhadap negara lain. Maka diusulkan sebuah rancangan kedutaan berkonsep Chaos, dengan menggunakan metode Surrealist Devices sebagai parameter dalam mengacak. Rancangan kedutaan yang berada di Singapura tersebut, menghasilkan tiga massa yang terlihat menyatu. Pola bentuk pada bangunan maupun lanskapnya ditata distorsi, yang diharapkan mampu mendistraksi orang yang berada di sekitar kedutaan tersebut.
Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan
Sadida Aghnia;
I Gusti Ngurah Antaryama
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1038.855 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.27312
Pertumbuhan penduduk secara terus menerus di kawasan perkotaan, menyebakan berbagai dampak pada masyarakat kota salah satunya adalah tingkat stress yang meningkat. Untuk menjawab permasalahan tersebut, desain ini bertujuan untuk penyembuhan khususnya tingkat stress manusia dimana apartemen sebagai objek eksplorasi dalam desain secara tidak sadar. Karena banyaknya hal yang dipikirkan manusa perkotaan juga keterbatasan waktu membuat otak secara sadar tak ingin diberi ruang untuk bekerja lebih lagi. Fraktal dengan rentang dimensi 1.3-1.5 digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara menerapkan pola tersebut pada ekplorasi bentuk dan tatanan. Eksplorasi tersebut dipengaruhi oleh penentuan posisi-posisi paling optimal dari parameter yang memiliki banyak irisan. Penerapan pola fraktal ini menghasilkan arsitektur apartemen yang terdiri dari dua tower yang membesar di sisi atas dan halaman ditengahnya, dimana memungkinkan manusia bisa berinteraksi dengan elemen arsitektur secara visual. Dengan adanya interaksi visual tersebut, manusia dapat merasa lebih tenang karena melihat sebuah pola yang konfigurasinya dapat menurunkan tingkat stress manusia.
Pengalaman Meruang di Kampung Kalimas dengan Konsep Inversi Museum
Hanum Soraya;
I Gusti Ngurah Antaryama
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.27462
Kota Surabaya adalah kota metropolitan yang masih memiliki kampung-kampung padat di dalamnya dan kampung menjadi salah satu identitas dari Kota Surabaya. Banyak kampung yang sudah menjadi kampung wisata yang nyaman dikunjungi, namun masih banyak kampung-kampung yang menarik dan berpotensi yang belum menjadi kampung wisata.Salah satu kampung yang memiliki potensi untuk dijadikan kampung wisata ialah Kampung Kalimas di jalan Kalimas Timur yang merupakan perbatasan tiga daerah kota tua dan memiliki bangunan cagar budaya, yakni Menara Syahbandar yang dulunya dipakai untuk mengawasi kapal yang masuk lewat Kalimas.Kampung di Surabaya kebanyakan memiliki sifat yang ramah kepada wisatawan agar wisatawan merasa diterima dan nyaman berada di kampung tersebut, namun hal tersebut kurang nampak di kampung Kalimas ini, hospitalitas menjadi sebuah isu. Permasalahan desain yang dihadapi adalah bagaimana obyek arsitekur dapat dihadirkan di sebuah kampung yang padat dan tidak memunyai lahan kosong. Metode yang digunakan adalah metode untuk membuat Peta Nolli yakni perekaman jalan dan ruang publik dan Responses to Site- Contextualism oleh Kari Jormakka untuk menemukan bentuk kemudian diubah menjadi bentukan yang baru dengan karakteristik yang sama dengan kampung Konsep inversi dari museum membalikkan posisi kotak kaca yang biasanya digunakan untuk menyelubungi benda pameran sekarang digunakan untuk menyelubungi manusia agar kampung tersebut dapat dinikmati seperti museum raksasa.
Mengabadikan Makna Enjoyment pada Sentra Kuliner dan Oleh-Oleh
I Made Denny Krishnantara Surya;
I Gusti Ngurah Antaryama
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (205.334 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373520.v7i2.35082
Penutupan aktivitas prostitusi di kawasan Putat Jaya pada tahun 2014 lalu memberi dampak pada kehidupan masyarakat sekitar. Dampak tersebut terjadi akibat hilangnya daya tarik dari kawasan ini sehingga membutuhkan daya tarik atau brand baru. Re-brand-ing dilakukan dengan menggunakan teori makna dalam arsitektur. Citra yang akan dibentuk untuk kawasan Putat Jaya merupakan penggeseran citra “pleasure” yang erat dengan kegiatan prostitusi menjadi citra atau makna “enjoyment” yang akan diabadikan pada sebuah objek desain. Objek desain ini merupakan respon terhadap kebutuhan, potensi, dan profesi masyarakat setempat, yaitu sentra kuliner dan oleh-oleh. Pada proses desain sentra kuliner dan oleh-oleh, digunakan metode naratif untuk menceritakan mengenai makna enjoyment dalam objek desain. Sentra kuliner dan oleh-oleh didesain agar bisa menstimulus indra visual dan kinestetik, sehingga bisa menimbulkan kedekatan (immediacy) terhadap objek desain dan memunculkan makna enjoyment. Eksplorasi indra visual dan kinestetik dipadukan sehingga terbentuk konsep permukaan dinamis. Narasi desain dikaitkan dengan konsep permukaan dinamis untuk ditransformasi menjadi sebuah sentra kuliner dan oleh-oleh yang mengabadikan makna enjoyment. Maknn enjoyment pada arsitektur ini akan hadir pada bentuk permukaannya yang bergelombang dan berlipat-lipat.
Adaptabilitas dalam Gelanggang Olahraga sebagai Solusi Penyelesaian Fenomena Short Life Architecture
Faiz Ramadiansyah;
I Gusti Ngurah Antaryama
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (423.158 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373520.v7i2.37009
Dewasa ini, beberapa arsitektur dan bangunan memiliki permasalahan yang kompleks. Salah satunya adalah arsitektur berumur pendek (short life architecture). Penyebabnya adalah karena arsitektur tersebut hanya memiliki satu jenis fungsi/tipologi. Akibatnya, ketika bangunan tersebut memiliki pergerseran fungsi maka bangunan tersebut tidak memiliki kesiapan untuk berubah fungsi dan cenderung ditinggalkan oleh masyarakat/pengguna. Sehingga untuk membuat bangunan yang memiliki kesiapan untuk berubah fungsi dibutuhkan pendekatan Arsitektur Fleksibel. Arsitektur fleksibel adalah arsitektur yang mampu beradaptasi dengan aktivitas yang ada. Sedangkan untuk membuat arsitektur fleksibel lebih terukur dan dapat ditransformasikan ke dalam elemen arsitektur dipakai metode disjungsi. Disjungsi adalah ‘perusakan’ sebuah tipologi bangunan agar bangunan memungkinkan memiliki fungsi tambahan yang tidak sesuai dengan tipologinya. Perusakan tipologi tersebut dibutuhkan agar Gelanggang Olahraga menjadi lebih adaptif. Adaptabilitas tersebut berupa bentukan/form, dan program ruang atau ruang luar pada Gelanggang Olahraga. Gelanggang Olahraga juga dirancang dengan prinsip superimposisi agar didapatkan bentukan bangunan yang dapat mengakomodasi berbagai macam aktivitas. Dengan demikian, bangunan rancang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan arsitektur yang berumur pendek (short life architecture).
Desain Kondominium Terpapar sebagai Stimulasi Kecerdasan
Dian Qurrota A'yun;
I Gusti Ngurah Antaryama
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (762.027 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373520.v7i2.37556
Intelektual manusia merupakan sebuah investasi dalam membangundunia. Manusia merupakan makhluk yang selalu berfikir dengan otak sepanjanghayatnya. Otak terdiri dari kompleksitas sistem saraf yang mengandung lebihdari seratus miliar neuron dan masing – masing neuron memiliki rata-rata 7000koneksi sinaptik dan sekitar 500 triliun sinapsis yang terkoneksi melalui mediumindra. Unsur dasar intelektual kognitif 50% pada otak merupakan indrawi visual,yang kemudian indrawi ini mengarah kepada spesifikasi visual konfigurasiterpapar. Konfigurasi ini mempunyai parameter dalam mendesain yaitu tinjauanspasial dan pencahayaan alami pada Bangunan. Hal tersebut meresponskebutuhan fungsional hunian generasi Homelander yang lahir pada tahun 2005keatas mempunyai kecenderungan sering menghabiskan waktu dirumah danketergantungan dengan alat digital yang menimbulkan dampak negatif,mempengaruhi daya pikir dan penurunan intelektual kognitif seiringperkembangan syaraf pada otak.Proyek ini ditunjang dengan Metode Desain diantaranya Researchsebagai pencapaian kumpulan data parameter dan sumbernya, sertaInterweaving, Repetition dan Rotation metode penyusun massa yang secaraefektif diterapkan pada elemen desain Kondominium.Terapan zoning acak menghasilkan setiap unit dengan luasan ekonomiyang berbeda memanifestasikan kualitas yang relatif sama. Denah menukikmenciptakan berbagai sudut binar dan pandangan kemeruangan luar yangspektakuler. Podium berkontur kompleks bersamaan dengan gubahan massajamak memicu aktivasi sel-sel pada sulkus lingual masyarakat sekitar yangmenjadikan Kondominium merespon kondisi eksisting. Fasad kaca up down leftright view mewujudkan penghuni dapat mengeksplor pandangan ke segala arahdengan jarak pandang yang lebih luas, serta instalasi hollow light pipe dan atriumdi desain sebagai pencahaayan alami area ruang dan koridor bentang lebar yangtidak maksimal tersinari cahaya alami. Batasan kekuatan struktur pun menjadisesuatu yang tereksplor guna menunjang capaian yang ada. Setiap elemen desaindiputuskan berdasarkan parameter terpapar yang secara tegas merealisasikankeintegrasian secara menyeluruh.