Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Bystander Effect dan Personal Cost terhadap Whistleblowing System pada karyawan perbankan di Kota Pekanbaru. Fenomena whistleblowing merupakan mekanisme penting dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan, namun keefektifannya dipengaruhi oleh faktor psikologis maupun risiko pribadi yang dirasakan karyawan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan penyebaran kuesioner kepada 220 karyawan dari 44 perusahaan perbankan di Kota Pekanbaru. Sampel yang kembali dan bisa digunakan sebanyak 60 responden. Data dianalisis menggunakan regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS, meliputi uji instrumen (validitas dan reliabilitas), uji asumsi klasik (normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas), serta pengujian hipotesis (uji t, uji F, dan koefisien determinasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Bystander Effect berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Whistleblowing System, artinya semakin tinggi bystander effect, semakin rendah kecenderungan karyawan menggunakan sistem whistleblowing; (2) Personal Cost berpengaruh positif dan signifikan terhadap Whistleblowing System, yang berarti semakin tinggi risiko pribadi yang dirasakan, semakin besar kecenderungan karyawan memanfaatkan sistem whistleblowing yang dianggap lebih aman; dan (3) Bystander Effect dan Personal Cost secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Whistleblowing System, dengan nilai Adjusted R² sebesar 0,467, sehingga 46,7% variasi whistleblowing system dapat dijelaskan oleh kedua variabel, sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain di luar penelitian. Implikasi dari penelitian ini adalah pentingnya perusahaan perbankan memperkuat budaya etis, meningkatkan sosialisasi whistleblowing system, serta memberikan perlindungan nyata bagi pelapor, sehingga dapat meminimalkan hambatan akibat bystander effect dan personal cost.