p-Index From 2020 - 2025
6.687
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Keperawatan Indonesia Nurse Media Journal of Nursing Majalah Keperawatan Unpad Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Majalah Kedokteran Bandung Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing) Jurnal NERS MEDISAINS Medula Jurnal Berita Ilmu Keperawatan JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Jurnal Keperawatan Sriwijaya Health Notions Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Jurnal Keperawatan Padjadjaran Belitung Nursing Journal Jurnal Keperawatan Silampari Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing) Journal of Health Science and Prevention Jurnal Kreativitas PKM Jurnal Keperawatan Komprehensif (Comprehensive Nursing Journal) NERS Jurnal Keperawatan Journal of Nursing Care PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Jurnal Perawat Indonesia Jurnal Kesehatan Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences Journal Media Karya Kesehatan Health Information : Jurnal Penelitian Malahayati International Journal of Nursing and Health Science The Indonesian Journal of Health Science Journal of Telenursing (JOTING) Indonesian Journal of Global Health research Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Masker Medika Jurnal Ilmu Kesehatan Journal of Health and Nutrition Research JHeS (Journal of Health Studies) Eduvest - Journal of Universal Studies Jurnal Keperawatan Padjadjaran Acute Care Nursing Journal (PACNJ) Warta LPM Prosiding SIMKESNAS Jurnal Berita Ilmu Keperawatan Svāsthya: Trends in General Medicine and Public Health Medical-Surgical Journal of Nursing Research Holistik Jurnal Kesehatan NERS Jurnal Keperawatan
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search
Journal : Jurnal Keperawatan Padjadjaran

Pengalaman Hidup Orang Terinfeksi Filariasis Lilis Lismayanti; Kusman Ibrahim; Lia Meilianingsih
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.457 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v1i1.48

Abstract

Filariasis merupakan penyakit yang kurang diperhatikan, karena penderita cenderung mengalami stigma negatif. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi pengalaman hidup orang terinfeksi filariasis. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Tujuh partisipan berpartisipasi dalam penelitian ini. Analisis data menggunakan pendekatan Collaizi. Hasil penelitian mendapatkan lima tema dan 16 subtema. Pertama, pengalaman pertama kali terinfeksi filariasis dengan subtema kaget, bingung, dan perasaan tidak menentu. Kedua, pengalaman orang terinfeksi filariasis selama menjalani gejala klinisnya dengan subtema demam, nyeri, bengkak, keterbatasan aktivitas, dan kelelahan. Ketiga, gangguan emosi dan psikologis dengan subtema malu, jengkel, dan pasrah. Keempat, adanya beban sosial ekonomi dengan subtema menarik diri dari interaksi sosial dan kesulitan ekonomi. Kelima, pengalaman orang terinfeksi filariasis dalam mengakses pelayanan kesehatan dengan subtema penyakit yang tidak kunjung sembuh setelah beberapa kali berobat ke pelayanan kesehatan, mencari alternatif pengobatan, pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan dan harapan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan komunitas, baik pada kelompok yang sakit, yang beresiko dan yang sehat, dengan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.Kata kunci: Fenomenologi, filariasis, pengalaman hidup AbstractFilariasis is a disease that is less noted, because people with filariasis tend to experience negative stigma. This study aims to explore the lived experience of people infected with filariasis. This study is descriptive qualitative with phenomenological approach. Seven (7) participants involved in this study. Data was analized using Collaizi’s approach to analysis. The results of this study found 5 themes with 16 subthemes. First, the experience at first infected with filariasis with subthemes: shock, confusion, and feeling uncertain. Second, filariasis infected people experience during their clinical symptoms with subtheme: Fever, pain, swelling, lack of activity, and fatigue. Third, filariasis infected people experience of emotional and psychological disturbance with subthemes: Shame, irritated, and surrender. Fourth, Socioeconomic burden with subthemes: withdraw from social interaction and economic hardship. Fifth, filariasis infected people experience in accessing health services with subthemes: Never recovered after several times getting treatment by health professional, seeking alternative treatment, unsatisfactory with health services and expectation of better health care. The results of this study can be used as a reference to improve community nursing services, either at hospital group, risk and healthy people, with promotive, preventive, curative and rehabilitative.Key words: Filariasis, lived experience, phenomenology
Efek Spiritual Emotional Freedom Techniqueterhadap Cemas dan Depresi, Sindrom Koroner Akut Derison Marsinova Bakara; Kusman Ibrahim; Aat Sriati
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (683.89 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v1i1.51

Abstract

Sindrom koroner akut (SKA) merupakan penyakit jantung penyebab kematian. Gejala depresi, kecemasan, dan stres meningkat pada pasien SKA. Gejala ini dapat memengaruhi proses pengobatan dan penyembuhan serta menimbulkan komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh SEFT terhadap penurunan gejala depresi, kecemasan, dan stres pada pasien SKA yang dirawat di ruang rawat intensif jantung. Rancangan penelitian menggunakan quasi eksperimen, teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling,sebanyak 42 orang. Penetapan jumlah responsden untuk kontrol dan kelompok intervensi menggunakan number ramdom trial, sehingga ditetapkan kelompok intervensi berjumlah 19 responsden dan untuk kelompok kontrol berjumlah 23 responsden. Kelompok intervensi dan kelompok kontrol diukur tingkat depresi, kecemasan, dan stres mengunakan kuesioner The Depression Anxiety Stres Scales 21(DASS 21) kemudian pada kelompok intervensi diberikan intervensi SEFT satu kali selama 15 menit dan diukur kembali tingkat depresi, kecemasan, dan stres pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Data dianalisis dengan Wilcoxon dan Mann Whitney. Hasil menunjukkan perbedaan yang bermakna antara tingkat depresi, kecemasan, dan stres sebelum dan sesudah intervensi SEFT antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p<0.05). Intervensi SEFT membantu menurunkan depresi, kecemasan, dan stres pada pasien SKA.Kata kunci:Depresi, intervensi SEFT, kecemasan, stres AbstractAcute coronary syndrome (ACS) is a cause of heart disease deaths. Symptoms of depressi on anxiety, and stres is increased in patients with ACS. These symptoms may affect treatment and healing processand cause complications. This study aims to determine the effect of intervention Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) to decrease depression, anxiety, and stres in patients with ACS who were treated in the cardiac intensive care unit. The research design was quasi-experimental, and using consequtive sampling as sampling technique, 42 responsdents were divided into intervention and control groups. Determination the number of responsdents for the control and intervention groups using a number ramdom trial, 19 responsdents intervention group and 23 responsdents the control group. Intervention group and control group measure levels of depression, anxiety, and stres using questionnaires The Depression Anxiety Stres Scales 21 (DASS 21) later in the intervention group was given SEFT intervention once for 15 minutes and measured return rates of depression, anxiety, and stres in the intervention group and the control group. Data were analyzed with the Wilcoxon and Mann Whitney. Results show significant differences between levels of depression, anxiety, and stres before and after the intervention SEFT between the intervention group and the control group (p<0.05). SEFT interventions help reduce depression, anxiety, and stres in patients with ACS. Limitations of this study is the difficulty in controlling the characteristics of the responsdents as a confounding variable. This research benefits that SEFT interventions can be used to reduce depression, anxiety, and stres in patients with ACS, and can be consider as one intervention.Key words: Anxiety, depression, stres, SEFT Intervention
Makna Spiritualitas pada Klien dengan Sindrom Koroner Akut Aan Nuraeni; Kusman Ibrahim; Hana Rizmadewi
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 2 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (634.082 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v1i2.55

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka kematian dan kecacatan di dunia akibat sindrom koroner akut (SKA). Perawatan klien dengan SKA masih terfokus pada aspek fisik, sedangkan aspek spiritualitas banyak dilupakan.Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali secara mendalam makna spiritualitas yang dipersepsikan oleh klien dengan SKA yang menjalani perawatan di ruang intensif jantung RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif, dengan jumlah partisipan sebanyak sepuluh orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan content analysis.Berdasarkan hasil penelitian teridentifikasi empat kategori makna spiritualitas dengan sepuluh buah tema, yaitu: (1) Spiritual adalah hubungan dengan diri sendiri dengan dua buah tema antara lain, menerima penyakit sebagai suatu teguran atau cobaan, dan hidup menjadi lebih baik; (2) Spiritual adalah hubungan dengan Tuhan dengan lima buah tema yaitu: kepasrahan pada Tuhan, ibadah atau komunikasi dengan Tuhan, harapan, permohonan ampunan (pertobatan), dan rasa syukur; (3) Spiritual adalah hubungan dengan orang lain dengan dua buah tema yaitu: perhatian, cinta, dan kasih sayang dari orang lain, serta keberhasilan keluarga, memberikan manfaat bagi sesama; dan (4) Spiritual adalah hubungan dengan alam dengan satu buah tema yaitu menyalurkan hobi atau aktivitas di alam. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan perawat lebih sensitif terhadap makna spiritualitas klien dan mendorong penggunaan sumber spiritualitasnya untuk proses penyembuhan klien. Institusi pendidikan diharapkan mampu mempersiapkan perawat yang peka terhadap kebutuhan spiritualitas klien serta diperlukan penelitian lebih lanjut dan lebih luas dalam lingkup perawatan spiritualitas.Kata kunci:Persepsi, spiritualitas,sindrom koroner akut AbstractThis research was conducted due to the high of mortality and disability rate in the world caused by Acute Coronary Syndrome (ACS), however the treatment of ACS’ clients are still focusing on physical aspects rather than spirituality aspects. Actually, these aspects are equally important. Through awareness of the meaning of spirituality, the clients can achieve spirituality comfort. Spiritual comfort can give peacefulness and positive impact to clients’ health. The purpose of the study was to explore the meaning of spirituality in clients with ACS who undergone treatment in the cardiac intensive care RSHS Bandung. The study used a descriptive exploratory design with 10 participants. The data was collected through interviews and observations. The data were analysed using content analysis the data analysis performed using content analysis. The result identified four categories of the meaning of spirituality followed by 10 themes, namely : (1) Spirituality was self-relationship that consists of two themes, include a. Accepted of disease as a reproach or temptation b. Better in life; (2) Spirituality was relationship between human and God, it consists of five themes, namely : a. Self-reliance, b. Worship or communication with God, c. Hope, d. Asking forgiveness or repentance, e. Grateful; (3) spirituality was a relationship with others, it consists of two themes, namely : a. caring, love, affection from others, and the success of the family b. Giving to others; (4) Spirituality was relationship between human with nature, consist of one theme, namely : doing personal interest or activity in the nature environment. Based on the results, nurses are expected to be more understood to the meaning of clients’ spirituality and encouraging them to use their spirituality sources for their healing process. Educational institutions are expected to prepare the student with high sensitivy of clients’ spirituality needs, and then further research of spirituality care is needed with broader scopesKey words: Acute Coronary Syndrome, perception, spirituality
Pengalaman Hidup Pasien Stoma Pascakolostomi La Rangki; Kusman Ibrahim; Aan Nuraeni
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 2 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (646.634 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v2i2.70

Abstract

Jumlah pasien pasca kolostomi akibat kanker kolon dan rektal di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Kolostomi menyebabkan masalah fisik, psikososial dan spiritual serta ekonomi. Tenaga kesehatan terutama perawat perlu memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien pasca kolostomi secara menyeluruh. Penelitian kualitatif terhadap pasien kolostomi sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengungkap secara mendalam pengalaman hidup pasien pasca kolostomi dan menemukan new insight, sehingga dapat menambah pengetahuan perawat dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data didapatkan dengan wawancara mendalam terhadap delapan informan yang merupakan pasien rawat jalan, terdiri dari lima laki-laki dan tiga perempuan, usia antara 30 tahun sampai dengan 73 tahun. Lamanya hidup dengan kolostomi antara empat bulan sampai dengan enam tahun. Analisis hasil wawancara menggunakan metode Colaizzi. Tema yang didapatkan dari pengalaman hidup pasien kolostomi antara lain: keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, perubahan psikososial informan, perubahan dalam perilaku ibadah dan distres spiritual, perubahan pada aktivitas seksual, sumber-sumber dukungan bagi informan, upaya menjalani hidup dengan kolostomi, adaptasi terhadap perubahan yang terjadi, serta penyulit dalam menjalani hidup dengan kolostomi. Individu yang hidup dengan kolostomi mengalami keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, termasuk perubahan psikososial, distres spiritual dan masalah ekonomi. Berdasarkan penelitian ini, perawat disarankan memberikan dukungan dan dan perhatian pada pasien pasca kolostomi.Kata kunci:Kanker kolorektal, kolostomi, pengalaman hidup AbstractThe number of patient with colostomy that it caused by colorectal cancer has been increasing significantlyin Indonesia. Colostomy was affected to physical, psychosocial, spiritual and economic of patients. Health providers, especially nurses need to provide holistic care for post colostomy patients. The aims of this qualitative study were to describe the life experience of post colostomy patients and to explore new insight of nursing interventions. The new insight would increase nurses’ knowledge and improve the quality of nursing care. This phenomenological study was obtained data using in-depth interviews to 8 informants. The informants consist of 5 men and 3 women. The characteristic of informants included age between 30-73 years, and the length of time living with a colostomy between 4 months to 6 years. The data were analyzed using the Colaizzi method. This study found several themes such as limited daily activities, psychosocial changes; spiritual distress; changes in sexualactivities;sources of support;live with a colostomy; live adaptation; the burdens living with a colostomy. Living with a colostomy faced problems including the limitation to fulfill their needs, psychosocial changes, spiritual distress, and economic problems. Based on those problems, nurses can give support and attention for post colostomy patients.Key words: Colorectal cancer, colostomy, life experiences
Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unitterhadap Perawatan Pasien Menjelang Ajal Meilita Enggune; Kusman Ibrahim; Hana Rizmadewi Agustina
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.266 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v2i1.80

Abstract

Tingginya angka kematian yang terjadi di unit perawatan intensif, menuntut peningkatan pelayanan perawatan paliatif termasuk perawatan pasien menjelang ajal, yang melibatkan perawat perawatan kritis. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran persepsi perawat terhadap perawatan pasien menjelang ajal di ruang Neurosurgical Critical Care Unit(NCCU). Delapan perawat pelaksana di ruang NCCU RSHS Bandung dilibatkan dalam penelitian deskriptif kualitatif ini dengan rentang usia antara 27– 43 tahun, dan bekerja selama 3–20 tahun. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive samplingdan jumlah informan dibatasi setelah data jenuh. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara semi terstruktur, dan analisis yang digunakan adalah content analysis. Hasil penelitian didapatkan 4 tema dan 15 subtema yaitu: (1) Pemahaman perawat tentang perawatan pasien menjelang ajal yaitu: membantu pasien meninggal dengan tenang, menghadirkan keluarga untuk memberikan dukungan, dan lebih berfokus pada bimbingan spiritual; (2) Cara menghadapi kematian yang sering terjadi yaitu: adaptasi perawat terhadap kondisi pasien menjelang ajal, kesulitan menentukan fase menjelang ajal pasien kritis, dilema dalam pengambilan keputusan, dan empati; (3) Peran perawat dalam mempersiapkan pasien menjelang ajal yaitu: pembimbing spiritual pasien, komunikator, fasilitator, dan pemberi dukungan emosional keluarga; (4) Hal-hal yang perlu diperbaiki dalam perawatan menjelang ajal yaitu: diperlukan pelatihan perawatan paliatif pada pasien kritis, diperlukan ruangan khusus pasien menjelang ajal, diperlukan pembimbing rohani khusus, dan diperlukan standar operasional prosedur (SOP) perawatan pasien menjelang ajal. Perawat perlu memberikan perawatan yang membantu pasien meninggal dengan tenang, memberikan dukungan untuk keluarga, dan lebih difokuskan untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien.Kata kunci: Intensive Care Unit, perawatan akhir hidup, persepsi perawat AbstractThe high number of death that occurred in the Intensive Care Unit, strive to improve palliative care services including the provision of care of dying patients by critical care nurses. The purpose of this study was to obtain a perception of nurses toward the care of dying patients in the Neurosurgical Critical Care Unit ( NCCU ). Eight nurses who work at NCCU were involved in this study, age between 27- 43 and have been working from 3 to 20 years. The sampling technique used the purposive sampling method and a limited number of informants after data saturated. Data collection was done by conducting semi- structured interviews, content analysis was used to analyse the data. There are four themes with 15 sub-themes include: 1) Nurse understanding about caring for dying patients: help the patients to die peacefully, presenting the family to provide supports, and more focused on spiritual guidance. 2) Way of handling the frequent of death occurance: adaptation of nurses to dying condition, difficulty determining the critical phase of the dying patient, dilemmas in decision-making, and empathy. 3) The role of nurses in preparing for the dying patient: the patient spiritual guides, communicators, facilitators, and providers of family emotional support. 4) The Things that need to be improved in end of life care: the palliative care training is required in critically ill patients as well as separate unit for dying patients, exclusive spiritual guide, and standard operating procedures (SOP) of care for the dying patients. It can be concluded that nurses need to provide treatment that helping patients to die peacefully, and providing support for the family, which is focused on meeting the spiritual needs of patients.Key words:Intensive Care Unit, end of life care, nurses perception
Analisis Faktor-Faktor yang berhubungan Toilet Trainingpada Anak Prasekolah Septian Andriyani; Kusman Ibrahim; Sri Wulandari
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 3 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (630.631 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v2i3.84

Abstract

Anak bukan dewasa kecil, anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usianya. Toilet trainingperlu dilakukan selama anak berada dalam periode optimal untuk menghindari efek jangka panjang seperti inkontinensia dan infeksi saluran kemih (ISK). Anak yang terbiasa memakai diaper sejak kecil akan mengalami keterlambatan dalam toilet training. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan toilet trainingpada anak usia 4–5 tahun (prasekolah). Jenis penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive samplingdengan jumlah 60 responden. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan analisis regresi logistik ganda. Jumlah responden yang berhasil dalam toilet training sebanyak 36 responden (60%). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang, menerapkan pola asuh anak campuran, hampir seluruh responden mempunyai lingkungan baik dan sebagian besar anaknya berhasil dalam toilet training, terdapat hubungan antara pengetahuan, lingkungan dengan keberhasilan toilet trainingpada anak usia prasekolah. Sedangkan pola asuh tidak menunjukkan hubungan dengan keberhasilan toilet training. Faktor yang paling dominan memengaruhi keberhasilan toilet trainingadalah faktor lingkungan dengan nilai OR 29,615 dan p value0.005. Perawat sebagai tenaga kesehatan diharapkan dapat menjadi edukator kepada orangtua tentang pentingnya toilet trainingpada anak dengan memerhatikan aspek lingkungan baik fisik maupun psikologis dalam menunjang proses toilet training.Kata kunci: Keberhasilan toilet training, lingkungan, pola asuh, pengetahuan, toilet training AbstractChildren are not early adult, they describe their growth and development as their age. Toilet training is one of development tasks in preschooler whom needed to be given to the children for avoid problem in urinating such as incontinence urine infection in urinary tract. The children are used diaper early they must be done toilet training. The aim of the research is to identify and test factors that interrelates with the success of toilet training arrange 4 to 5 years old (preschooler). This research used quantitative descriptive with cross sectional design, and used purposive sampling technique. Data were collected using quesioner and analized with double logistic regression. This research using sample are 60 mothers with children age 4-5 years old who came to pediatric policlinic of Dustira`s hospital. It ‘s has result indicates that most respondents have lacked of knowledge,used mix parental style, most of the sample has good environment considered their succeed in toilet training. There are related between knowledge, environment and succeed in toilet training for children age 4-5 years old. Dominant factor influenced the success of toilet training is environmental factor with score 29,615 and p value 0.005. It suggestion that recommended nurse role as health power to expected whom can be educator to the parents for promoting the importance of toilet training in children by paying attention on environmental aspect both physical and psychological in providing toilet training process. Key words: Toilet training, environment, Parental style, knowledge
Pengalaman Pasien Mengalami Serangan Jantung Pertama Kali yang dirawat di Ruang CICU Didi Kurniawan; Kusman Ibrahim; Ayu Prawesti
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 2 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (714.605 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i2.102

Abstract

Serangan jantung merupakan peristiwa terhambatnya aliran darah pada arteri koroner yang menyebabkan otot jantung kekurangan oksigen sehingga terjadi kerusakan irreversibel miokard, reaksi tidak percaya, penolakan, marah, dan takut akan kematian. Serangan jantung pada pasien dapat berdampak pada aspek fisik dan psikologis pasien tersbut dan keluarganya. Staf pelayanan kesehatan termasuk perawat perlu lebih memahami perubahan yang terjadi sepanjang perjalanan hidup pasien yang mengalami serangan jantung pertama kali agar tercapai asuhan keperawatan holistik.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologis terhadap empat laki-laki dan tiga perempuan yang berusia antara 42–68 tahun melalui wawancara mendalam. Analisis hasil wawancara menggunakan metode Colaizzi. Pengalaman hidup pasien yang mengalami serangan jantung pertama kali dikelompokkan ke dalam tiga tahapan. Tahap pertama yaitu sebelum serangan; situasi yang mencetuskan dan menyebabkan serangan jantung. Tahap kedua yaitu saat terjadi serangan jantung; nyeri dada seperti dihimpit beton, takut meninggal dunia, tidak percaya mengalami serangan jantung, pentingnya kehadiran keluarga saat serangan, dan putus asa mencari pelayanan kesehatan. Tahap ketiga yaitu selama perawatan; merasa sudah sembuh karena tidak nyeri dada lagi, pasrah dan berdoa serta menganggap sakit sebagai cobaan dari Tuhan, keinginan tetap beribadah meskipun sakit, kebahagiaan memeroleh kehidupan ke dua dari Tuhan, gangguan tidur selama perawatan, dan kesulitan pembayaran biaya rumah sakit.Penelitian menemukan wawasan baru yaitu putus asa mencari pelayanan kesehatan, merasa sudah sembuh karena tidak nyeri dada lagi, dan kebahagiaan memeroleh kesempatan hidup kedua dari Tuhan. Berdasarkan hasil temuan maka perlu membuat sistem pertolongan yang cepat pada korban serangan jantung,  meningkatkan pemahaman pasien melalui pendidikan kesehatan mengenai serangan jantung yang dialami sehingga tercapai pelayanan yang paripurna.Kata kunci: Koroner, pengalaman, serangan jantung pertama.Life Experiences of First-Time Heart Attack Patients who are Hospitalised in CICUAbstractA heart attack is an inhibition of blood flow in the coronary arteries that causes oxygen deficiency to the heart muscles, causing irreversible myocardial damage as well as disbelief, denial, anger, and fear of death in patients. A heart attack affects the physical and psyhological aspects of the patient and their family. This situation requires doctors and nurses to better understand the changes in the lives of patients who have their first heart attack in order to reach holistic nursing care. This study uses qualitative method with phenomenological approach. Data was collected by in-depth interviews with 4 men and 3 women between the age of 42 to 68. Data were analyzed with Colaizzi method. Life experiences of patients who have their first heart attack are categorised into 3 phases. The first phase is before heart attack occurs, i.e. circumstances that triggered heart attack. The second phase is when heart attack occurs, e.g. chest pain as if being squeezed by a piece of concrete, fear of death, disbelief, the importance of family during the attack, and desperately seeking medical services. The third phase is during treatment, e.g. feeling better because chest pain has subsided, resignation, praying, considering pain as a test from God, the intention to keep practicing religion in spite of being sick, feeling relieved and happy to receive a second chance from God, sleep disorder during treatment, and difficulty to pay hospital costs.This study discovered new forms of life experiences, including desperately seeking medical care, feeling better because chest pain has subsided, and feeling happy to receive a second chance from God. The findings of this study suggest the need for timely medical response for people having a heart attack, increased involvement of family during the treatment of early heart attack, visits from clergy and improved understanding of patients through health education, in order to develop an excellent medical service.Key words: Heart attack, life experience, phenomenology.
Manajemen Mitigasi Bencana dengan Teknologi Informasi di Kabupaten Ciamis Etika Emaliyawati; Ayu Prawesti; Iyus Yosep; Kusman Ibrahim
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (934.972 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i1.139

Abstract

Jawa Barat merupakan wilayah rentan kejadian bencana. Kabupaten Ciamis merupakan daerah yang mempunyai tingkat kerawanan cukup tinggi terhadap kejadian bencana alam tanah longsor dan banjir berdasarkan pemetaan secara global 2012-2029. Namun demikian, penanganan bencana belum tertangani secara optimal. Penanganan korban pada kondisi bencana belum tertangani dengan baik karena minimnya koordinasi, data layanan kesehatan yang tidak memadai sehingga menyebabkan tidak tertanganinya korban akibat bencana. Penggunaan sistem informasi dalam penanganan bencana sangat diperlukan khususnya untuk aspek layanan kesehatan. Tujuan penelitian ini terbentuknya sistem informasi kesehatan khususnya dalam penanganan bencana di Kabupaten Ciamis untuk memudahkan dalam koordinasi penanganan korban dimulai dari lokasi bencana, evakuasi dan transportasi korban ke tempat layanan kesehatan yang sangat tergantung dari kondisi korban, sarana dan prasarana fasilitas kesehatan, logistik yang dibutuhkan, jarak dan waktu tempuh ke tempat layanan kesehatan, serta sumber daya manusia di tempat layanan kesehatan. Penelitian menggunakan metode riset terapan, menggunakan sistem informasi geografis (SIG) dengan perangkat lunak arcgis. Hasil penelitian ini yaitu terbentuknya prototipe sistem informasi kesehatan di Kabupaten Ciamis yang diberi nama “Sistem Informasi Bencana Padjadjaran (SIMBARAN)” berisi elemen kesehatan yang diperlukan selama bencana meliputi layanan kesehatan terdekat di sekitar kejadian, sumber daya manusia yang tersedia, saranan prasarana, penanggung jawab program dan sistem rujukan sehingga memudahkan dalam koordinasi penanganan korban yang nantinya diharapkan dapat menurunkan angka kematian korban akibat bencana ataupun kejadian kecelakaan lainnya. Direkomendasikan agar setiap kabupaten di wilayah Jawa Barat memiliki model Sistem Informasi Bencana karena wilayah Jawa Barat yang rentan terhadap kejadian bencana.Kata kunci: Aspek kesehatan, mitigasi, sistem informasi, “simbaran”. Disaster Mitigation Management use Information Technology in CiamisAbstractWest Java is one of region with susceptible disaster. Ciamis is an area that has a fairly high level of vulnerability to natural disasters as landslides and floods based mapping globally from 2012 to 2029. However, disaster management has not handled optimally. Handling of victims in the disaster condition is not handled properly due to lack of coordination, health services data is inadequate, causing no casualties from the disaster Settlement. Using of information systems in disaster management is indispensable, especially for health services aspects. The study purpose is establishment of health information systems, especially in disaster management in Ciamis to facilitate the coordination of the handling of victims starting from the disaster site, evacuation and transportation of victims to the health service that is highly depend on the condition of the victim, facilities and infrastructure of health facilities, logistics required, distance and time to the health service, and human resources in the health service. The research method applied research, using a geographic information system (GIS) software ArcGIS. The results of this study is the formation of a prototype health information system in Ciamis, named “Information System Disaster Padjadjaran (SIMBARAN)” contains the elements necessary health during disasters include the nearest health service in the vicinity of the incident, the human resources available, the proposition infrastructure, responsible program and a referral system to facilitate the coordination of the handling of victims who might be expected to decrease the death toll from the disaster or other accident scene. This study being recommended for each district in West Java has a Disaster Information System model because West Java region that is susceptible to disaster events.Keywords: Information systems, health aspects, mitigation, “simbaran”.
Kualitas Hidup Pasien Pasca Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK) Ida Rosidawati; Kusman Ibrahim; Aan Nuraeni
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1048.578 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i2.238

Abstract

Penyakit Jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyebab utama dan pertama angka kematian di negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Angka kematian akibat PJK yang semakin meningkat perlu mendapatkan perhatian khusus. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan tindakan Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK) yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Pasien pasca BPAK mengalami perubahan dalam hal bio-psiko-sosio-spiritual yang dapat memengaruhi kualitas hidup. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup selama ini masih umum dan mengacu pada budaya dan pelayanan kesehatan di luar negeri, padahal kualitas hidup dipengaruhi oleh budaya setempat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplor kualitas hidup pasien pasca BPAK di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan jumlah partisipan sebanyak 6 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara semi terstruktur yang mengacu pada intrumen Short Form36. Analisa data menggunakan content analysis. Hasil Penelitian yaitu secara fisik semua partisipan masih merasakan nyeri di bekas luka operasi seperti kesemutan dan baal, tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-harinya. Secara emosional semua partisipan mengungkapkan rasa bahagia karena sudah terbebas dari penyakitnya, walaupun tidak sembuh secara total tetapi semua partisipan menerima keadaan dirinya. Secara Sosial semua partisipan mengungkapkan bahwa dukungan keluarga dan dukungan orang sekitar sangat dibutuhkan. Bentuk spiritualitas pada penelitian ini adalah partisipan merasa lebih dekat dengan Tuhan dan lebih mensyukuri keadaannya sekarang. Berdasarkan hasil penelitian terdapat aspek baru yang didapatkan dari hasil penelitian ini yaitu pentingnya spiritualitas dalam kualitas hidup partisipan. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam proses asuhan keperawatan.Kata kunci:Bedah Pintas Arteri Koroner, Kualitas Hidup,Short Form36.Quality of Life among Patients with Post Coronary Artery Bypass SurgeryAbstractCoronary Artery Diseases (CAD) remains one of the major problems lead to a high mortality rate in many countries including Indonesia. Thus, treatment such as coronary artery bypass surgery is considered as a common treatment to reduce the fatal risks. However, post-surgical problems may arise which can diminish the patient’s quality of life regardless cultural and contextual causal factors. This descriptive qualitative study aimed to explore the quality of life among patients undergone the coronary artery bypass surgery in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung. Data were collected using an individual semi-structured interview following the Short Form 36 instrument (SF-36) with six participants were recruited. Content analysis was employed to analysis the transcribed data. Findings revealed that all participants have experienced pain, numbness and tingling sensations particularly on the surgical sites without the presence of any daily activity living disturbances. They expressed more positive emotional feelings because of having freedom from their illness. The presence of strong social supports given by families and relatives has motivated the patients to face their recovery phase. In addition, participants expressed the need to have spiritual care which can help them to feel getting closer to the Lord and being more grateful for whatever situations they may have at the moment. Findings have further emphasised the importance of spirituality in the achievement of good quality of life among the participants. The result is expected to contribute to the improvement of best quality of post-operative nursing care plan. Keywords: Coronary Arterial By-Passed Surgery, post-operative care, quality of life, spirituality.
Pengkajian Nyeri pada Pasien Kritis dengan Menggunakan Critical Pain Observation Tool(CPOT) di Intensive Care Unit(ICU) Ayu Prawesti Priambodo; Kusman Ibrahim; Nursiswati N
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (700.731 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i2.239

Abstract

Penggunaan alat ukur pengkajian nyeri yang sistematik dan terstandar pada pasien kritis yang tidak mampu untuk melaporkan rasa nyeri adalah suatu hal yang perlu diperhatikan. Behavioural pain scales(BPS) adalah alat ukur yang lebih dini dan banyak digunakan di area keperawatan kritis. Critical pain observation tools(CPOT) adalah alat yang dikembangkan menggunakan unsur-unsur rasa nyeri yang ada pada beberapa alat ukur pengkajian nyeri, termasuk BPS, namun CPOT belum banyak dikenal dan digunakan. Tujuan penelitian adalah melihat kesesuaian alat ukur CPOT dengan alat ukur BPS. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan Crosssectional dengan sampel pasien GICU (General Intensive Care Unit) dengan penurunan kesadaran dan menggunakan ventilasi mekanik sebanyak 48 pasien. Teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Pengkajian dilakukan dengan observasi skala nyeri menggunakan BPS dan CPOT pada saat pasien kondisi istirahat dan positioninguntuk melihat keandalan alat ukur nyeri. Hasil uji beda dan korelasi pada hasil pengukuran nyeri pada BPS dan CPOT adalah bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa BPS dan CPOT dapat mengukur perbedaan intensitas nyeri saat istirahat dengan saat positioning. Hasil uji kesesuaian (kappa) pengukuran BPS dengan CPOT memiliki nilai kesesuaian yang bermakna, dengan nilai kesesuaian (kappa) BPS-CPOT pada kondisi istirahat sebesar 0,937, sedangkan nilai kesesuaian (Kappa)BPS-CPOT pada kondisi positioning sebesar 0,265. BPS dan CPOT adalah alat penilaian nyeri yang dapat digunakan dalam menilai rasa sakit dan meningkatkan manajemen nyeri pada pasien kritis. CPOT lebih mudah digunakan dan aplikatif karena memiliki definisi operasional yang jelas. Kata kunci : Behavioural pain scale, Critical pain observation tool, pasien kritis.Pain Assessment among Critically Ill Patients using the Critical Pain Observation Tool (CPOT) in the Intensive Care Unit AbstractA systematic and standardised tool to assess pain experienced by critically ill patients has been previously highlighted. The BPS is the common tool used in the intensive care setting which can be used. But, the Critical Pain Observation Tool (COPT) has not been used extensively in the hospital. Thus, the efficacy of this tool needs to be examined. This descriptive observational study aimed to find an agreement of CPOT with BPS using a cross-sectional method recruited 48 participants with consecutive sampling technique. Pain assessment was performed during a resting and positioning period to check the agreement of the tools. Data was analysed using Cohen’s Kappa index analysis. Findings demonstrated a significance difference of pain intensity measured by BPS and CPOT during the period of resting (κ = 0.937) and positioning (κ = 0.265). Thus, BPS and CPOT are reliable scales to measure pain intensity. It is expected that those tools can help nurses to improve pain management for critically ill patients. However, CPOT is considered more applicable and user-friendly compared to the BPS.Keywords: Behavioral Pain Scale, Critical Pain Observation Tool, critical nursing care
Co-Authors Aan Nur&#039;aini Aan Nuraeni Aan Nur’aeni Aan Nur’aini Aat Sriati Aat Sriati Abdul Rahman Adnyana , I Made Dwi Mertha Alfian Alfian Amelia, Iftikar Salma Amelia, Vira Amirah, Shakira ANA IKHSAN HIDAYATULLOH Andri Nugraha, Andri Anita Setyawati Aria Nurahman Hendra Kusuma Arlette Suzy Puspa Pertiwi Asadul Islam Astilia, Astilia Ayu Prawesti Priambodo Baiq Emi Nurmalisa Cabanes, Ria C Cahyo Nugroho, Cahyo Cecep Eli Kosasih Christina Listha Citra Windani Mambang Sari Cruz, Zito Viegas da Derison Marsinova Bakara Desy Indra Yani Dian Adiningsih Didi Kurniawan Dwi Pudjonarko Dwinka Syafira Eljatin Dyah Setyorini Dyah Setyorini Earlyana Octavia limbong Ermiati Ermiati Etika Emaliyawati Etika Emliyawati Eva Nurlaela Faizal Idrus Fauziyyah, Raden Nabilah Putri Fera Imelia Agustin Gina Nurdina Habsyah Saparidah Agustina Hadi Nasbey Hana Rizmadewi Agustina Hardhono Susanto Harmita, Devi Hartiah Haroen Harun, Hasniatisari Harun, Hasniatisari Harun, Hasniatisari Harwadi, Hendra Hasanah, Ulung Hayaty, Helmi Helmi Hayaty Hendra Harwadi Heri Budiawan Herliani, Yusshy Kurnia HIDAYATULLOH, ANA IKHSAN Ida Maryati Ida Rosidawati Ihda Al Adawiyah Mz Ikeu Nurhidayah Ikeu Nurhidayah Ikeu Nurhidayah Imas Rafiyah Indriono Hadi Inriyana, Ria Iqbal Pramukti Ita Vusfita Iyus Yosep Jabareen, Raifa Jain, Oktavia Nur Azizah Jayalangkara Tanra Kesumawati, Rianti Kombong, Rita La Rangki La Rangki La Rangki Laili Rahayuwati Lia Meilianingsih Lilin Rosyanti Lilis Lismayanti Lilis Lismayanti Lilis Mamuroh limbong, Earlyana Octavia Lin, Chung-Ying Luh Nik Armini Luthfi, Wazirul Made Yos Kresnayana Mamat Lukman, Mamat Manumara, Theophylia Melisa Maria komariah Maria Komariah Maulana, Sidik Maziyya, Nur Meidiana Dwidiyanti Meilita Enggune Meita Dhamayanti Mochammad Hatta Mustari Aji, Nandang Nia Kurniasih Nita Arisanti Novi Malisa, Novi Nur Chayati Nur Maziyya Nursiswati Nursiswati Oktavia Nur Azizah Jain Olivia, Claudia Pramukti, S.Kp., MsC, Iqbal Purwo Suwignyo Raden Nabilah Putri Fauziyyah Raden Nabilah Putri Fauziyyah Raden Nabilah Putri Fauziyyah Rahmah, Tira Nur Rahmi Muthia Raini Diah Susanti Ramadani, Regina Cahya Restuning Widiasih Ria Bandiara Ria Inriyana Riri Amalina Riri Amalina Ristina Mirwanti, Ristina Rudi Kurniawan Rudi Wisaksana Rudi Wisaksana Sandra Pebrianti Saritessa, Nining Septian Andriyani, Septian Setiyawan Setiyawan siti romadoni Siti Ulfah Rifa’atul Fitri Slamet Riyanto Sri Elis Rohaeti Sri Hartati Pratiwi Sri Hendrawati Sri Hendrawati Sri Hendrawati SRI WULANDARI Stevani Basry Suryani Suryani Titin Mulyati Titin Sutini, Titin Titis Kurniawan Titis Kurniawan Titis Kurniawan Titis Kurniawan Tuti Anggriani Utama Tuti Pahria Umar, Tungki Pratama Untung Sujianto Upit Pitriani Urip Rahayu Urip Rahayu Urip Rahayu, Urip Veny Hadju Waluya, Ady Waluya, Jajang Ganjar Widaningsih, Ida Windiramadhan, Alvian Pristy Witdiawati Witdiawati Witdiawati Witdiawati, Witdiawati Witdiawati, Witidiawati Yanny Trisyani Yeni Yulianti Yovita Hartantri Yusshy Kurnia H Yusshy Kurnia Herliani Yusshy Kurnia Herliani Zahara Farhan