Jatinegara Kaum merupakan salah satu wilayah binaan unggulan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang terletak di Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur. Kawasan ini merupakan salah satu kawasan bersejarah di Jakarta karena terdapat beberapa peninggalan benda cagar budaya, yaitu Masjid Assalafiyah, Makam Pangeran Jayakarta, dan Makam Pangeran Sanghyang yang berada dalam satu kawasan. Kesakralan cagar budaya ini membuat kawasan ini dijadikan sebagai tempat wisata rohani. Berdasarkan analisis situasi, ditemukan permasalahan prioritas, yaitu promosi cagar budaya dan literasi informasi yang belum optimal. Bidang promosi cagar budaya dan literasi informasi sangat berkaitan erat karena keduanya membutuhkan aspek kebahasaan sebagai media penguatan. Oleh karena itu, kegiatan ini bertujuan untuk memanfaatkan aspek kebahasaan sebagai sarana untuk mengedukasi dan mempromosikan keberadaan serta nilai penting Cagar Budaya Jatinegara Kaum. Fokus kajian diarahkan pada pengolahan produk kreatif kebahasaan yang berbasis pada pemanfaatan struktur sintaksis sebagai landasan dalam menciptakan teks yang efektif, komunikatif, dan estetis. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini ialah pendekatan interdisipliner dan pemberdayaan sumberdaya lokal untuk mengembangkan produk kreatif. Kegiatan ini menghasilkan sejumlah produk kebahasaan yang tidak hanya memperkuat identitas budaya Jatinegara Kaum, tetapi berpotensi membuka peluang wirausaha berbasis bahasa. Abstract Jatinegara Kaum, located in Kecamatan Pulogadung, East Jakarta, has been designated as one of the flagship community development areas of Universitas Negeri Jakarta (UNJ). The area holds historical and cultural significance as it is home to several heritage sites, including Masjid Assalafiyah, Makam Pangeran Jayakarta, and Makan Pangeran Sanghyang, all of which are situated within one complex. The sacred character of these sites has elevated Jatinegara Kaum into a destination for spiritual tourism. However, a situational analysis revealed pressing challenges, particularly the limited promotion of cultural heritage and the inadequate development of information literacy. These two issues are interrelated since both rely heavily on linguistic dimensions as a medium for strengthening public awareness and engagement. In response, this program seeks to employ linguistic approaches as a strategic tool for educating communities and promoting the significance of Jatinegara Kaum’s cultural heritage. The focus is directed toward the creation of creative linguistic products that are grounded in syntactic structures, enabling the production of texts that are effective, communicative, and aesthetically engaging. The method adopted combines an interdisciplinary approach with the empowerment of local resources. The program generated various linguistic products that not only reinforce the cultural identity of Jatinegara Kaum but also open potential pathways for language-based entrepreneurship.