Claim Missing Document
Check
Articles

EVALUASI PEMBERIAN PROBIOTIK BACILLUS PADA MEDIA PEMELIHARAAN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN HISTOPATOLOGI IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) YANG DIINFEKSI Aeromonas hydrophila Angela Mariana Lusiastuti; Mohammad Faizal Ulkhaq; Widanarni Widanarni; Tri Heru Prihadi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 11, No 2 (2016): (Juni 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (665.736 KB) | DOI: 10.15578/jra.11.2.2016.171-179

Abstract

The aim of this study was to evaluate the addition of a probiotic Bacillus on culture medium through growth rate and histopathological change in African Catfish who was infected by Aeromonas hydrophila. The study consisted of five treatments such as the addition of probiotic Bacillus ND2, Bacillus P4I2, Bacillus ND2 + Bacillus P4I2 (Kom), positive control (K+) and negative control (K-) (without probiotic addition). African Catfish (13.354±2.8 g) was maintained in 15 aquariums (40 L in volume) with 30 fishes each for 30 days. Probiotic bacteria was applied in water once a day, whereas pathogenic bacteria A. hydrophila  (103 CFU/mL) were added once in earlier treatment (except for the negative control) as assumption that A. hydrophila will shape up quorum sensing in unfortunate condition. The result showed that the highest spesific growth rate in the treatment of Bacillus ND2 probiotics (1,708 ± 0.114%). Histopathology showed that damaged of liver dan kidney in probiotics treatment were lightner than positive control (K+).  The addition of Bacillus P4I1 (104 CFU/mL) efective to increased the spesific growth rate of African Catfish and prevent the damage of liver and kidney of African Catfish was infected by Aeromoniasis.
SELEKSI BAKTERI PROBIOTIK UNTUK BIOKONTROL VIBRIOSIS PADA LARVA UDANG WINDU, Penaeus monodon MENGGUNAKAN CARA KULTUR BERSAMA Widanarni Widanarni; I. Tepu; Sukenda Sukenda; Mia Setiawati
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (April 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (880.757 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.1.2009.95-105

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bakteri probiotik yang mampu menghambat pertumbuhan Vibrio harveyi mengggunakan metode kultur bersama. Sebanyak 51 isolat kandidat probiotik berhasil diisolasi dari larva udang dan lingkungan pemeliharaannya di Balai Pengembangan Benih Ikan Air Payau dan Udang (BPBILAPU), Pangandaran serta hatcheri udang PT Biru Laut Khatulistiwa dan tambak udang intensif di Lampung. Dari total isolat tersebut setelah diseleksi secara in vitro menggunakan metode kultur bersama dipilih 3 isolat kandidat probiotik yang paling potensial dalam menekan atau menghambat pertumbuhan V. harveyi MR 5399 RfR yakni 1Ub, P20Bf, dan 10a. Ketiga isolat tersebut selanjutnya digunakan pada uji patogenisitas dan uji tantang pada larva udang windu. Hasil uji patogenisitas dengan konsentrasi bakteri 106 CFU/mL menunjukkan bahwa ketiga isolat tersebut tidak bersifat patogen pada larva udang windu. Hasil uji tantang pada larva udang juga menunjukkan bahwa ketiga isolat tersebut mampu meningkatkan sintasan larva udang windu. Nilai sintasan larva pada perlakuan yang selain diinfeksi dengan V. harveyi MR5399 RfR juga ditambah probiotik 1Ub, P20Bf, dan 10a masing-masing adalah 90,0%; 86,7%; dan 78,3% sedangkan pada perlakuan yang hanya diinfeksi dengan V. harveyi MR5399 RfR tanpa probiotik nilai sintasannya hanya mencapai 73,3%. Populasi bakteri V. harveyi pada perlakuan dengan penambahan bakteri probiotik lebih rendah dibanding perlakuan tanpa probiotik, hal ini menunjukkan kemungkinan adanya kompetisi antara bakteri V. harveyi dengan 1Ub.This research was aimed to obtain probiotic bacteria that can be used to inhibit the growth of Vibrio harveyi using co-culture method. This method succeeded in isolating 51 probiotic bacteria candidates from shrimp larva and their rearing environment in Balai Pengembangan Benih Ikan Laut Payau dan Udang (BPBILAPU), Pangandaran and shrimp hatchery of PT Biru Laut Khatulistiwa and intensively managed shrimp pond in Lampung. After in vitro selection of the total isolates using co-culture method, three most potential probiotic bacteria candidates in inhibiting or suppressing growth of V. harveyi MR 5399 RfR bacteria were chosen. The three isolates were then used in pathogenicity and challenge test in tiger shrimp larva. Results of pathogenicity test at the concentration of 106 CFU/mL bacteria showed that the three isolates were not pathogen to tiger shrimp larvae. Challenge test results in shrimp larvae also showed that the three isolates could increase survival rates of tiger shrimp larva. Larva survival rate value of treatment using V. harveyi MR5399 RfR with 1Ub, P20Bf, dan 10a probiotic were 90.0%, 86.7% dan 78.3%, respectively; whereas infection treatment merely using V. harveyi MR5399 RfR without probiotic only gave 73.3% survival rate. V. harveyi population in treatment with addition of probiotic bacteria were lower than that of without probiotic. This suggested the existence of possible competition between V. harveyi and 1Ub bacteria.
PERFORMA PERTUMBUHAN DAN RESPONS IMUN IKAN LELE (Clarias sp.) DENGAN PEMBERIAN PROBIOTIK, PREBIOTIK, DAN SINBIOTIK Iis Sumartini; Widanarni Widanarni; Munti Yuhana; Ayi Santika
Jurnal Riset Akuakultur Vol 13, No 4 (2018): (Desember 2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.738 KB) | DOI: 10.15578/jra.13.4.2018.329-336

Abstract

Penerapan sistem budidaya intensif seringkali dihadapkan pada penurunan performa pertumbuhan dan kejadian infeksi penyakit. Upaya untuk meningkatkan status kesehatan ikan agar dapat tumbuh dengan baik dan tahan terhadap serangan penyakit sangat diperlukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian probiotik Bacillus sp. ND2 dan prebiotik madu terhadap performa pertumbuhan dan respons imun ikan lele (Clarias sp.). Ikan lele dengan bobot awal 20,94 ± 1,13 g dipelihara pada akuarium volume 60 L dengan kepadatan 15 ekor per akuarium. Ikan diberi empat jenis pakan yaitu pakan kontrol (+) dan (-) (tidak ada penambahan Bacillus sp. ND2 dan madu), probiotik Bacillus sp. ND2 1%; prebiotik madu 0,5%; dan sinbiotik (Bacillus sp. ND2 1% + madu 0,5%). Setelah 45 hari masa pemeliharaan, 10 ekor ikan dari masing-masing akuarium diuji tantang dengan A. hydrophila 107 cfu mL-1 kecuali kontrol (-). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang diberi sinbiotik memiliki nilai laju pertumbuhan harian (LPH) paling tinggi (3,00 ± 0,04%) dan nilai feed convertion ratio (FCR) paling rendah (1,00 ± 0,01) (P<0,05). Aktivitas lisozim (52,59 ± 2,57 UI mL-1 menit-1) dan respiratory burst (0,61 ± 0,05) menunjukkan nilai yang paling tinggi pada perlakuan sinbiotik (P<0,05). Ekspresi gen IL-1b meningkat pada perlakuan prebiotik (1,25 ± 0,10) pada hari ke-45. Semua perlakuan menunjukkan peningkatan ekspresi pada hari ke-52 dengan nilai tertinggi pada perlakuan sinbiotik (5,50 ± 2,77). Perlakuan sinbiotik memiliki sintasan yang paling tinggi (86,67 ± 5,77%) setelah diuji tantang dengan A. hydrophila. Aplikasi sinbiotik (Bacillus sp. ND2 1% dan madu 0,5%), mampu meningkatkan performa pertumbuhan, respons imun, serta resistensi ikan lele terhadap A. hydrophila. Intensive aquaculture system is continually challenged with some problems such as a decrease in growth performance and disease infection incidences. A substantial effort is needed to improve fish health status to improve the growth performance and disease resistance of cultured fish. To overcome the problems, a feeding trial was conducted to investigate the effects of dietary Bacillus sp. ND2 and honey on the growth performance, immune responses, and disease resistance of Clarias sp. Fish with an initial body weight of 20.94 ± 1.13 g were fed with four practical diets: control diet (+) and (-) (no addition of Bacillus sp. ND2 and honey), probiotic Bacillus sp. ND2 1%, prebiotic honey 0.5%, and synbiotic diets (Bacillus sp. ND2 1% + honey 0.5%). After 45 days of feeding experimental period, ten fish per aquarium were challenged with A. hydrophila except for control (-). The results showed that fish fed with synbiotic produced the highest specific growth rate (SGR) (3.00 ± 0.04%) and had the lowest feed conversion ratio (FCR) (1.00 ± 0.01) which were significantly different from the control (P<0.05). The immune assay showed that fish fed with synbiotic produced the highest lysozyme activity (52.59 ± 2.57 UI mL-1 minute-1), respiratory burst activity (0.61 ± 0.05) which were significantly different from the control groups (P<0.05). The fish IL-1b gene expression was enhanced in prebiotic (1.25 ± 0.10) treatment at the end of the culture period. All treatments showed the enhancement of IL-1b gene expression at the end of A. hydrophila-challenge test, with the highest value attained by fish treated with synbiotic treatment (5.50 ± 2.77). Fish fed with synbiotic diet showed the highest survival rate (86.67 ± 5.77%) after seven days infected with A. hydrophila. In conclusion, synbiotic treatment (Bacillus sp. ND2 1% and honey 0.5%) could improve growth performance, immune responses and disease resistance of Clarias sp. against A. hydrophila infection. 
PEMANFAATAN MADU UNTUK MENINGKATKAN RESPONS IMUN DAN RESISTANSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) TERHADAP INFEKSI White Spot Syndrome Virus Widanarni Widanarni; Muhamad Gustilatov; Sukenda Sukenda; Diah Ayu Satyari Utami
Jurnal Riset Akuakultur Vol 14, No 1 (2019): (Maret, 2019)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.738 KB) | DOI: 10.15578/jra.14.1.2019.59-69

Abstract

Wabah penyakit white spot diseases (WSD) akibat infeksi white spot syndrome virus (WSSV) menyebabkan penurunan produksi udang global. Alternatif pencegahan infeksi WSSV dapat dilakukan melalui peningkatan respons imun udang dengan aplikasi madu sebagai prebiotik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pemberian madu dalam meningkatkan respons imun dan resistansi udang vaname (Litopenaeus vannamei) terhadap infeksi WSSV. Penelitian ini terdiri atas lima perlakuan dan tiga ulangan yang meliputi perlakuan kontrol positif (tanpa pemberian madu dan diuji tantang dengan WSSV), kontrol negatif (tanpa pemberian madu dan tanpa uji tantang dengan WSSV), pemberian madu pada dosis 0,2%; 0,4%; dan 0,6%; serta diuji tantang dengan WSSV. Udang vaname berukuran 0,4 ± 0,11 g diberi pakan komersial dengan penambahan madu selama 10 minggu sebelum diuji tantang dengan WSSV, kemudian udang diuji tantang dengan WSSV dan diamati sintasan, serta parameter respons imunnya selama tujuh hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter respons imun udang yang diberi perlakuan madu meliputi total haemocyte count (THC), aktivitas fagositik (AF), respiratory burst (RB), dan phenoloxidase (PO), baik sebelum maupun setelah uji tantang dengan WSSV lebih baik (P<0,05) dibanding kontrol. Pada akhir uji tantang, sintasan udang yang diberi perlakuan madu pada dosis 0,4% dan 0,6% masing-masing mencapai 66,67%; sedangkan pada perlakuan kontrol positif hanya mencapai 36,67%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian madu pada dosis 0,4% efektif meningkatkan respons imun dan resistansi udang vaname terhadap infeksi WSSV.White spot disease (WSD) outbreaks due to white spot syndrome virus (WSSV) infection cause the decline of the global shrimp production. The alternative prevention method against WSSV infection can be done by the improvement of immune responses through the application of honey as a prebiotic. This study aimed to evaluate the effectiveness of the administration of honey in improving immune responses and resistance of Pacific white shrimp (Litopenaeus vannamei) against WSSV infection. This study consisted of five treatments and triplicates including positive control (without the administration of honey and challenged by WSSV); negative control (without the administration of honey and without the challenge test with WSSV); the administration of honey at doses of 0.2%, 0.4%, and 0,6% and challenged by WSSV. Pacific white shrimp sized 0.4 ± 0.11 g were fed commercial feed with the addition of honey for 10 weeks before challenged by WSSV, then the shrimp were challenged by WSSV and were observed their survival and immune responses parameters for seven days. The results of the study showed that immune responses parameters of the shrimp treated by honey treatments including total haemocyte count (THC), phagocytic activity (PA), respiratory burst (RB), and phenoloxidase (PO), both before and after the challenge test with WSSV were better (P<0.05) compared to control. At the end of the challenge test, the survival of the shrimp treated with honey treatments at doses of 0.4% and 0.6% reached 66.67%, while that of positive control treatment only reached 36.67%. These results indicated that the administration of honey at a dose of 0.4% was effective to improve immune responses and resistance of Pacific white shrimp against WSSV infection.
PEMIJAHAN INDUK, PROFIL KOLESTEROL, DAN ASAM LEMAK TELUR LOBSTER PASIR (Panulirus homarus) HASIL BUDIDAYA Yudha Trinoegraha Adiputra; Muhammad Zairin Jr.; Muhammad Agus Suprayudi; Wasmen Manalu; Widanarni Widanarni
Jurnal Riset Akuakultur Vol 13, No 3 (2018): (September 2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (999.095 KB) | DOI: 10.15578/jra.13.3.2018.219-227

Abstract

Pembenihan lobster pasir (Panulirus homarus) belum berkembang di Indonesia karena terbatasnya teknik pemijahan induk dan belum diketahuinya tingkat keberhasilan induk betina membawa telur dan profil telur hasil pemeliharaan. Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh ablasi satu tangkai mata, metode pemijahan massal dan individual pada bulan gelap dan terang pada induk berganti kulit dan membawa telur, serta konsentrasi kolesterol dan asam-asam lemak telur pada lama pengeraman berbeda. Induk betina dan jantan dipakai secara terus-menerus saat percobaan pemijahan. Pemijahan pertama menggunakan pemijahan dengan rasio 2:1 pada bulan gelap. Percobaan kedua dan ketiga menggunakan pemijahan massal selama bulan terang dan gelap. Profil telur dibandingkan konsentrasi kolesterol dan asam lemaknya pada 1, 2, dan 3-4 minggu pengeraman. Hasil penelitian menunjukkan ablasi tangkai mata dapat menstimulasi pemijahan individual dan massal yang didahului dengan ganti kulit pada induk betina sebagai indikator pemijahan. Pemijahan massal pada bulan gelap menghasilkan induk betina membawa telur terbanyak dibandingkan pemijahan individual pada bulan gelap dan pemijahan massal pada bulan terang. Konsentrasi kolesterol dan asam-asam lemak telur mengalami perubahan mengikuti lama pengeraman oleh induk yang menunjukkan terjadinya peningkatan kematangan telur (P<0,05).Spiny lobster (Panulirus homarus) hatchery has not been developed in Indonesia. Major constraints were limited broodstock spawning techniques, low incidence of eggs-berried broodstock, and unknown eggs profile. This study aimed to evaluate the effects of eyestalk ablation, spawning methods and moon circulation to molted, the number of eggs berried of females, and eggs-berried cholesterol and fatty acids profiles. Individual and mass spawning during full and new moon were used in this studies. Female and male broodstocks were used for consecutive spawning with ratio 2:1. The first study was used individual spawning during new moon. The second and third studies were used mass spawning during full moon and new moon, respectively. Eggs-berried profile compared concentration of cholesterol and fatty acids during 1, 2, and 3-4 weeks. Results showed eyestalk ablation stimulated individual or mass spawned and molted of female as early indicator of spawning. Full moon and mass spawning supported more eggs-berried female broodstock than that of other methods. Cholesterol and fatty acids showed different concentration within 1, 2, and 3-4 weeks of eggs-berried that supported eggs maturity (P<0.05).
TOTAL HEMOSIT, GLUKOSA DAN SURVIVAL RATE UDANG MANTIS (Harpiosquilla raphidea) PASCA TRANSPORTASI DENGAN DUA SISTEM YANG BERBEDA M. Yusuf Arifin; Eddy Supriyono; Widanarni .
Jurnal Kelautan Nasional Vol 9, No 2 (2014): AGUSTUS
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.903 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v9i2.6207

Abstract

Udang mantis (Harpiosquilla raphidea) merupakan salah satu krustasea yang bernilai ekonomis tinggi. Saat ditransportasi udang cenderung mengalami stres, oleh sebab itu dibutuhkan teknologi transportasi untuk meminimalisir tingkat stres. Tujuan dari penelitian ini untuk membandingkan efek stres pada udang mantis dari dua metode transportasi yang berbeda yaitu, transportasi sistem kering dan transportasi basah. Respon stress yang diamati adalah jumlah total hemosit (THC), konsentrasi glukosa dan kelangsungan hidup. Sampel diambil pada waktu 0, 1, 3, 6, 12, 24, 72, 168 dan 336 jam pasca transportasi. Data dianalisis dengan Uji-T. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah THC lebih tinggi pada sistem kering dibanding sistem basah terutama pada jam ke-72. Konsentrasi glukosa dengan sistem basah lebih tinggi dari sistem kering pada jam ke-0 dan jam ke-24. Tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi pada sistem kering dari pada sistem basah. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa transportasi sistem kering lebih baik karena menghasilkan respon stress yang lebih rendah dan waktu pulih yang lebih cepat.
Kinerja Pertumbuhan dan Respons Imun Larva Udang Vaname yang diberi Probiotik Pseudoalteromonas piscicida dan Prebiotik Mannanoligosakarida melalui Bioenkapsulasi Artemia sp. Hamsah Hamsah; Widanarni Widanarni; Alimuddin Alimuddin; Munti Yuhana; Muhammad Zairin Junior
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 5 (2018): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL V KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (745.734 KB)

Abstract

Pemberian probiotik, prebiotik, dan sinbiotik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan dan respons imun pada ikan, udang, dan organisme akuatik lainnya. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja pertumbuhan dan respons imun larva udang vaname yang diberi probiotik Pseudoalteromonas piscicida (1Ub), prebiotik mannanoligosakarida (MOS), dan sinbiotik (kombinasi probiotik 1Ub dan prebiotik MOS) melalui bioenkapsulasi Artemia sp. Bioenkapsulasi dilakukan dengan cara menambahkan probiotik 1Ub konsentrasi 106 CFU/mL, prebiotik MOS 12 mg/L, dan sinbiotik (kombinasi 106 CFU/mL 1Ub dengan 12 mg/L MOS) pada media pemeliharaan Artemia sp. selama 4 jam. Pemberian Artemia sp. hasil bioenkapsulasi ke larva udang dilakukan selama 13 hari (Mysis3 sampai PL12). Pertumbuhan panjang dan bobot tubuh larva udang vaname diamati pada awal dan akhir penelitian, sedangkan rasio RNA/DNA, aktivitas enzim pencernaan, kelangsungan hidup, jumlah total bakteri, dan respons imun larva udang meliputi total hemosit (THC), aktivitas phenoloxidase (PO), dan aktivitas respiratory burst (RB) dianalisa pada akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan laju pertumbuhan harian (DGR), panjang mutlak, rasio RNA/DNA, aktivitas enzim, kelangsungan hidup, jumlah total bakteri, dan respons imun pada larva udang yang diberi probiotik, prebiotik, dan sinbiotik berbeda nyata (p˂0,05) dibandingkan dengan kontrol. Pemberian sinbiotik menunjukkan hasil terbaik dengan DGR (24.39±0.31% per hari), panjang mutlak (13.00±0.50 mm), rasio RNA/DNA (0.6369±0.0094), aktivitas enzim pencernaan (protease 0.033±0.0007; lipase 0.047±0.0010; amilase 0.853±0.008; mananase 0.148±0.004 U/mL/menit), kelangsungan hidup (92.67±1.26%), jumlah total bakteri (6.7 x 107 CFU/0.1g larva), THC (7.6 x 106 sel/mL), aktivitas PO (0.19±0.002 OD 490 nm), dan aktivitas RB (0.67±0.028 OD 630 nm) yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya dan kontrol. Kata Kunci: probiotik, prebiotik, sinbiotik, Artemia sp., udang vaname. 
Ablasi Tangkai Mata Mempercepat Pematangan Ovari Lobster Pasir (Panulirus homarus) pada Musim Pemijahan Yudha Trinoegraha Adiputra; Muhammd Zairin Junior; Muhammad Agus Suprayudi; Wasmen Manalu; Widanarni Widanarni
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 5 (2018): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL V KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.391 KB)

Abstract

Musim pemijahan alami lobster pasir di perairan Pesisir Barat Lampung terjadi pada Juli-September yang ditandai dengan hasil tangkapan induk betina yang membawa telur mendominasi saat ditangkap. Pelarangan penangkapan lobster pasir ukuran kecil diduga akan menganggu produksi penangkapan sehingga perlu dimulai pembenihan yang memperlukan teknik pemeliharaan dan maturasi ovari induk betina lobster pasir hasil tangkapan alam. Tujuan penelitian ini mempelajari cara pemeliharaan induk dan pengaruh ablasi satu tangkai mata pada maturasi ovari lobster pasir (Panulirus homarus). Empatpuluh delapan ekor lobster pasir digunakan dan dipisahkan menjadi 2 kelompok yaitu ablasi satu tangkai mata dan tanpa ablasi tangkai mata. Tiga ekor diambil dari setiap kelompok pada hari ke-1:3:7:10:14:21 dan 27 untuk evaluasi perubahan anatomi ovari dan gonadosomatik indeks (GSI). Hasil penelitian menunjukkan seleksi selama masa adaptasi induk dapat meniadakan kematian induk karena ablasi mata. Anatomi ovari menunjukkan terjadinya maturasi ovari yang meningkat dari matang awal menjadi matang berlebih dengan ablasi mata pada hari ke-3 setelah ablasi sampai hari ke-27. Berbeda dengan perlakuan diatas, induk betina tanpa ablasi mata tidak dapat mematangkan ovari secara spontan. Setelah 27 hari, ovari secara serentak mencapai matang berlebih yang diasumsikan karena nutrien dari pakan yang diberikan dapat mendukung maturasi ovari. Perbedaan GSI antara perlakuan ablasi satu tangkai mata berbeda nyata (P<0,05) dengan tanpa ablasi tangkai mata. Hal ini menunjukkan hilangnya hormon penghambatan vitelogenesis (VIH) dan terpacunya hormon stimulasi vitelogenesis (VSH) karena ablasi tangkai mata. Studi merekomendasikan adaptasi untuk seleksi induk, ablasi untuk memperoleh maturasi ovari yang singkat dibandingkan dengan tanpa ablasi mata meskipun dengan nutrien pakan yang berkualitas. Kata Kunci: ablasi mata, GSI, lobster pasir, maturasi ovari, musim pemijahan 
EFEK PROBIOTIK Bacillus megaterium PTB 1.4 DAN Pediococcus pentosaceus E2211 TERHADAP REPONS IMUN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN LELE (Clarias sp.) SELAMA UJI TANTANG Aeromonas hydrophila Muhammad Subhan Hamka; Anja Meryandini; Widanarni Widanarni; Ardana Kurniaji
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 5, No 3 (2021): JFMR VOL 5 NO.3
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2021.005.03.9

Abstract

Penyakit bakterial pada kegiatan budidaya ikan sudah menjadi masalah yang sering dihadapi pembudidaya. Salah satu jenis bakteri yang menyebabkan penyakit pada ikan lele (Clarias sp.) adalah bakteri Aeromonas hydrophila. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi efek pemberian probiotik B. megaterium PTB 1.4 dan P. pentosaceus E2211 terhadap respons imun dan kelangsungan hidup ikan lele selama uji tantang dengan bakteri A. hyrophila. Probiotik yang digunakan adalah kombinasi 0,5% B. megaterium PTB 1.4 dan 0,5%  P. pentosaceus E2211. Pemberian probiotik dilakukan pada hari ke-0 hingga hari ke-30 melalui pakan. Uji tantang dilakukan pada hari ke-30 hingga hari ke-40. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian probiotik dapat berpengaruh terhadap respons imun dan kelangsungan hidup ikan lele dalam menekan infeksi A. hydrophila. Total eritrosit, hemoglobin, hematokrit, total leukosit, aktivitas fagositik dan aktivitas lisozim signifikan (P<0,05) teramati meningkat pada hari ke-35 dan menurun pada hari ke-40. Kelangsungan hidup ikan lele berhasil dipertahankan pada 87,62±4,83%. Total bakteri A. hydrophila meningkat pada hari ke-35 dan menurun pada hari ke-40. Pemberian probiotik B. megaterium PTB 1.4 dan P. pentosaceus E2211 pada dosis 0,5% dapat menekan pertumbuhan bakteri A. hydrophila dan meningkatkan status kesehatan ikan lele.
ANALYSIS OF THE PATHOGENESIS OF Aeromonas hydrophila IN THE AFRICAN CATFISH, Clarias gariepinus AND INVOLVEMENT OF THE TNF-a IN RESPONSE TO THE INFECTION Tatik Mufidah; Sukenda Sukenda; Widanarni Widanarni; Huda Salahudin Darusman; Angela Mariana Lusiastuti
Indonesian Aquaculture Journal Vol 17, No 1 (2022): (June, 2022)
Publisher : Center for Fisheries Research, Agency for Marine and Fisheries Research and Human Resource

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/iaj.17.1.2022.73-85

Abstract

This research aimed to study the pathogenesis of Aeromonas hydrophila infection through two different routes of infection in African catfish and to find out the involvement of TNF-a in response to the infection. The experimental infection model was performed by clipping the caudal fin and immersing the fish in a medium with A. hydrophila and by intramuscular injection. Total plate count were used to investigate total and the distribution of A. hydrophila in the organs and TNF-a were observed using immune histochemistry. The results showed that the two types of infection were able to show typical A. hydrophila symptoms in experimental fish. Histological observation indicated that the two types of experimental infection resulted in systemic aeromoniasis infection. Total bacterial count results showed that A. hydrophila were detected three hours post-infection (hpi) in all organs, except for the kidney, in which detection started since hour 0, both in control and challenge fish. TNF-a were detected in all experimental fish and influenced by the number of bacteria, the function and tissue structure and of the organs. It can be concluded that artificial infection by clipping the caudal fin of Clarias gariepinus and immersing the fish in a medium with active A. hydrophila isolates cause systemic aeromoniasis infection in organs. Acute infection with Aeromonas hydrophila causes an increase in TNF-a production.
Co-Authors . Sunarto A. Sunarma A. SUWANTO A. Suwanto A.J. Sihombing Achmad Farouq Ade Dwi Sasanti ADNI OKTAVIANA Afiff , Usamah Agus Oman Sudrajat Aldy Mulyadin Alfabetian Harjuno Condro Haditomo Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimudin Alimudin, Alimudin Alit Brilliant Angela Mariana Kusumastuti, Angela Mariana Angela Mariana Lusiastuti Angela Mariana Lusiastuti Angela Mariana Lusiastuti Angela Mariana Lusiastuti Angela Mariana Lusiastuti Angela Mariana Lusiastuti Angela Mariana Lusiastuti Anis Al Rosjidi Anis Zubaidah Anja Meryandini Anja Meryandini Annisa Astri Anggraeni Antonius Suwanto Apriani, Ita Ardana Kurniaji Arief Muhammad Arini Resti Fauzi Aris Tri Wahyudi Asri Sutanti, Asri Asrido, Farhan Astari, Belinda Ayi Santika B. W. LAY Bagus Ansani Takwin Bako, Surandha Benny Heltonika Bunyamin Bunyamin Catur A. Pebrianto D. Augustine D. Djokosetiyanto D. Meha D. Shafruddin D.D. Mailana D.T. Soelistyowati Daniel Djokosetiyanto DEBY YUNIASARI DEDI JUSADI Dendi Hidayatullah, Dendi Dewi Nurhayati Dewi Rahmi DIAH AYU SATYARI UTAMI DIANA ELIZABETH WATURANGI Dinamella Wahjuningrum Dinar Tri Soelistyowati Dwi Agung Saputra Dwi Nita Aryani E. Ayuzar Eddy Supriyono Edi Sudiarto Eko Sudjawoto Elizabeth Waturangi, Diana Enang Harris Enang Harris Enzeline, Valensia Evi Maria Fahmi Rajab Ferymon Mahulette Ferymon Mahulette, Ferymon Fiska Puspita Fitria Novianti Frid Agustinus Gentiga Muhammad Zairin Ghita Ryan Septiani Gustilatov, Muhamad H.J. Bugri Hamida Pattah Hamsah Hamsah Hamtini - Hamtini Hany Handajani Hariadi, Sugeng Harton Arfah Hasan Nasrullah Huda Salahudin Darusman Huda Shalahudin Darusman I. Effendi I. Tepu Iis Diatin Iis Sumartini Iman Rusmana Inem Ode Iqbal Kurniawinata, Mohamad Irma Melati Irzal Effendi Istiqomah, Amalia Ita Apriani Jeanni Indah Noermala Julie Ekasari Julyantoro, Pande Gde Sasmita Kautsar, Badar Kukuh Nirmala Lastriliah, Mira Lilik Setiyaningsih Linuwih Aluh Prastiti M. Tri Djoko Sunarno M. Yusuf Arifin M. Zairin Junior M.A. Lidaenni M.S. Arifin Maulana, Fajar Mia Setiawati Mohammad Faizal Ulkhaq MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI Muhammad Junior Zairin Muhammad Subhan Hamka Muhammad Zairin Jr. Mulyasari Mulyasari Mulyasari Mulyasari MUNTI YUHANA Nasrullah, Hasan NISA RACHMANIA MUBARIK Nur Bambang Priyo Utomo Nuri Kamaliah, Syarifah O. Carman Ode, Inem Prassetyo Dwi Dhany Wijaya Puguh Widagdo Putra, The Best Akbar Esa Rahmi, Kurnia Anggraini Rakhmawati, Rakhmawati, Ramadhani, Dian Eka Rifqah Pratiwi Rina Rahmawati, Rina Rio Yusufi Subhan Rizki Praseto, Rizki Rr. Bellya Anasti Maharani Ruku Ratu Borut S. Sarah Safira Qisthina Ayuningtyas, Safira Qisthina Salamah Salamah Samsu Adi Rahman Saputra, Damar Auliawan Siregar, Khoirotun Nisa SITI MARYAM Siti Munfaqiroh Sri Nuryati Sri Nuryati Suci antoro Sudrajat, R Herman Sugiyo Hadi Pranoto Sujaka Nugraha Sujono Sujono Sukenda Sukenda . Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda SUKENDA SUKENDA Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Suleman, Gabriella Augustine Suryadi Saputra Tambun, Andreas Tatag Budiardi Tatik Mufidah Tatik Mufidah Titin Kurniasih Tri Heru Prihadi Tri Rezeki, Nanda Tsani Untsa, Agista Turnip, Enita Romasni Vinasyam, Apriana W. Efiyanti Wahyu Afrilasari WAODE MUNAENI Wasmen Manalu Wida Lesmanawati Wijaya, Sella Septian Windu Sukenda Wira H Saputra Wiyarni Wiyarni Y. Hadiroseyani Yani Aryati Yanti Inneke Nababan Yeni Elisdiana Yudha Trinoegraha Adiputra Yudha Trinoegraha Adiputra Yuke Eliyani Yuke Eliyani Yunarty Yunarty Zafril Imran Azwar Zairin Jr., Muhammad