Claim Missing Document
Check
Articles

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK UDANG VANAME MELALUI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA DI DESA KARANGSEWU, KECAMATAN GALUR, KABUPATEN KULON PROGO, DIY : Increasing the Productivity of White Shrimp Ponds Through Human Resources Development in Karangsewu Village, Galur District, Kulon Progo Regency, DIY Diatin, Iis; Budiardi, Tatag; Hadiroseyani, Yani; Effendi, Irzal; Widanarni, Widanarni; Vinasyam, Apriana; Astari, Belinda; Apriani, Ita
Jurnal Pepadu Vol 5 No 4 (2024): Jurnal PEPADU
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/pepadu.v5i4.5895

Abstract

Quality of human resources is a key factor in the success of cultivation. Farmers who have good technical knowledge and skills tend to be more successful in managing their ponds. Therefore, through training and mentoring programs, it is hoped that the knowledge and skills needed to increase shrimp pond productivity can be provided. The purpose of this activity is to improve farmers' understanding of effective and efficient white shrimp cultivation techniques, identify problems, and create networks between farmers to share experiences and information. The training was held in July 2024 in Karangsewu Village, Galur District, Kulon Progo Regency, D.I.Yogyakarta Province. The training attended by 35 participants consisting of white shrimp farmers, fisheries extension workers, and the surrounding community. After completing the training, participants received support in the form of mentoring for shrimp cultivation activities for three months. Pre-tests and post-tests were conducted to measure the increase in participants' knowledge. The results showed that the level of knowledge of participants increased by 6.64%. As many as 79% of participants strongly agreed that the training could improve their knowledge, 71% strongly agreed that the training they attended was relevant to their jobs, and 86% of participants stated that they could develop their potential after attending the program. The results of post-training monitoring showed that productivity of white shrimp pond increased from an average of 12 tons/ha to 23.16 tons/ha. This program not only increases productivity and business sustainability, but also has a positive impact on the economy of the surrounding community. There needs to be a follow-up program to improve shrimp farmers' understanding of financial management, marketing strategies, and the development of value-added products.
Histopathology of liver, kidney, intestine, spleen, and bile of catfish with Jaundice Asrido, Farhan; Nuryati, Sri; Widanarni, Widanarni
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 2 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.23.2.250-261

Abstract

Jaundice is a disease that can affect catfish, resulting in low or unsalable selling prices. The yellow colour in catfish is associated with tissue/organ disorders, particularly bile or liver function. This study aims to compare the histopathological structure of the liver, kidney, intestine, spleen, and bile of naturally jaundiced catfish and those injected with bacteria associated with jaundice. The study employed the observation method, using three variables: healthy catfish as a control (K), yellow catfish treated with Aeromonas spp. bacteria associated with jaundice (KP), and yellow catfish from the farm (KL). The results of the observation showed that the field scale variable (KL) had a higher level of necrosis damage in each organ compared to the laboratory scale variable (KP). The yellow colour in catfish is caused by disrupted organ tissue, particularly in the bile or liver. This can be observed in the liver, intestines, kidneys, spleen, and bile, where the field variable consistently indicates high levels of necrosis damage, with scores ranging from 1.11 to 2.48. Some of these scores indicate moderate damage, with a necrosis percentage of 40% ≤ P < 60% in the liver, kidneys, and bile organs. Keyword: Clarias sp., histopathology, jaundice, necrosis ABSTRAK Salah satu penyakit yang menyerang ikan lele adalah penyakit kuning atau dikenal juga dengan jaundice, yang dapat mengakibatkan harga jual menjadi rendah atau bahkan tidak dapat dijual. Warna kuning pada ikan lele dikaitkan dengan gangguan jaringan / organ, terutama empedu atau fungsi hati. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan struktur histopatologi organ hati, ginjal, usus, limpa, dan empedu ikan lele yang sakit kuning baik yang alami maupun yang diinjeksi dengan bakteri yang berasosiasi dengan penyakit kuning. Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan tiga variabel yaitu ikan lele sehat sebagai kontrol (K), ikan lele kuning yang diberi perlakuan injeksi dengan bakteri yang berasosiasi dengan penyakit kuning yaiatu bakteri Aeromonas spp. (KP), dan ikan lele kuning yang berasal dari farm (KL). Hasil pengamatan yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel skala lapangan (KL) memiliki tingkat kerusakan nekrosis paling tinggi pada setiap organnya dibandingkan dengan variabel skala laboratorium (KP). Warna kuning pada ikan lele berhubungan dengan terganggunya jaringan organ terutama empedu atau fungsi hati. Terlihat pada organ hati, usus, ginjal, limpa, dan empedu bahwa variabel lapangan selalu mendapatkan skor tingkat kerusakan nekrosis yang tinggi dengan kisaran nilai skoring 1,11-2,48 yang sebagian tergolong kerusakan sedang dengan persentase nekrosis 40% ≤ P<60% pada organ hati, ginjal, dan empedu. Kata kunci: Clarias sp., histopatologi, nekrosis, penyakit kuning
Characterization of probiotic Bacillus sp. NP5 metabolites and their effect on female catfish broodstock re-maturation Enzeline, Valensia; Widanarni, Widanarni; Sudrajat, Agus Oman; Alimudin, Alimudin
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 24 No. 1 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.24.1.58-70

Abstract

Probiotics are believed to contain active components that influence fish reproduction. This study aimed to evaluate the metabolite compounds present in the probiotic Bacillus sp. NP5 and their effect on female catfish broodstock re-maturation. The first step involved analyzing the metabolite content of the probiotic using liquid chromatography with tandem mass spectrometry (LCMS/MS). Subsequently, feed supplementation with the probiotic was implemented at concentrations of 106 CFU/g (P6), 108 CFU/g (P8), and control (C). Parameters observed included the metabolite content of Bacillus sp. NP5, gonadosomatic index (GSI), hepatosomatic index (HSI), gonad histology, gonad maturity rate, fecundity, number of matured eggs, distribution of egg diameter, fertilization rate (FR), hatching rate (HR), larval survival rate (SR), re-maturation period, and percentage of matured broodstock. The results showed that metabolites such as resveratrol (22.45%) and indoline (7.11%) are likely to influence the fish reproduction directly. Other metabolites, such as oxyresveratrol (22.95%) and vestitol (4.14%), are also thought to play an indirect role in reproduction. The supplementation demonstrated the best reproductive performance at 108 CFU/g treatment, with an increased GSI (14.74%), HSI (1.65%), gonad maturity rate, percentage of mature eggs (86.00%), re-maturation period (4 weeks), percentage of matured broodstock (100%), fecundity (243,605 eggs/broodstock), FR (98.74%), HR (80.62%), and SR (87.31%). The application of probiotic Bacillus sp. NP5 can accelerate re-maturation and enhance reproductive performance of female catfish broodstock. Probiotics contain metabolites that positively affect reproduction and can serve as an alternative to improve reproductive performance in female catfish broodstock. Keywords: Bacillus sp. NP5, female catfish, metabolites, probiotics, re-maturation ABSTRAK Probiotik diyakini mengandung komponen aktif yang berpengaruh terhadap kinerja reproduksi ikan. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi senyawa metabolit yang terkandung dalam bakteri probiotik Bacillus sp. NP5 dan pengaruhnya terhadap rematurasi induk ikan lele betina. Tahapan pertama adalah analisis kandungan metabolit probiotik Bacillus sp. NP5. dengan metode liquid chromatography with tandem mass spectrometry LCMS/MS. Selanjutnya dilakukan suplementasi pakan dengan perlakuan probiotik pada konsentrasi 106 CFU/g (P6), 108 CFU/g (P8), dan kontrol (K). Parameter yang diamati meliputi kandungan metabolit Bacillus sp. NP5, indeks gonadosomatik (IGS), indeks hepatosomatik (IHS), histologi gonad, tingkat kematangan gonad (TKG), fekunditas, jumlah telur matang, sebaran frekuensi diameter telur, derajat pembuahan (FR), derajat penetasan (HR), sintasan larva (SR), periode rematurasi, dan persentase induk matang gonad. Hasil penelitian memperlihatkan kandungan metabolit seperti resveratrol (22,45%) dan indoline (7,11%) diduga secara langsung berpengaruh terhadap reproduksi. Metabolit lain yang ditemukan seperti oxyresveratrol (22,95%) dan vestitol (4,14%) juga diduga berperan secara tidak langsung. Hasil suplementasi menunjukkan bahwa performa reproduksi terbaik didapat pada perlakuan 108 CFU/g pakan dengan peningkatan nilai IGS (14,74%), IHS (1,65%), TKG, persentase telur matang (86,00%), periode rematurasi (4 minggu), proporsi induk matang gonad (100%), fekunditas (243,605 butir telur/kg bobot induk), FR (98,74%), HR (80,62%), dan SR larva (87,31%). Pemberian probiotik Bacillus sp. NP5 dapat mempercepat rematurasi dan meningkatkan kinerja reproduksi induk ikan lele betina. Probiotik mengandung bahan-bahan metabolit yang berpengaruh positif terhadap reproduksi dan dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan performa reproduksi pada induk ikan lele betina. Kata kunci: Bacillus sp. NP5, ikan lele betina, metabolit, probiotik, rematurasi
Penanaman Mangrove dan Cemara Laut Sebagai Upaya Pelestarian Lingkungan di Pantai Wonogoro Pudjiastuti, Widanarni; Maria, Evi; Rahmawati, Rina; Hariadi, Sugeng; Aryani, Dwi Nita; Bunyamin, Bunyamin; Munfaqiroh, Siti
Jurnal ABM Mengabdi Vol 11 No 2 (2024): Desember
Publisher : STIE Malangkucecwara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31966/jam.v11i2.1487

Abstract

Mangrove and sea cypress planting activities at Wonogoro Beach, Malang, East Java, are environmental conservation activities carried out by the STIE Malangkucecwara Community Service Team and international students from the International Community Service (ICS). This activity aims to overcome coastal erosion problems, preserve coastal ecosystems, improve air quality, enhance tourism potential and increase international cooperation. The implementation method includes socialising with the surrounding community and planting mangrove and sea cypress seedlings in the coastal area. This activity has been successfully implemented and positively received by the Wonogoro Beach community. Although there are several obstacles, the Community Service Team has tried to overcome them. Recommendations include continuous socialisation, monitoring and evaluation of plant growth, and collaboration with related parties to increase the effectiveness of the activities.
PERKEMBANGAN ENZIM PENCERNAAN LARVA IKAN PATIN, Pangasius hypophthalmus sp. Effendi, Irzal; Widanarni, .; Augustine, D.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 1 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.744 KB) | DOI: 10.19027/jai.2.13-20

Abstract

Development of digestive enzymes; protease, lipase and amylase were observed in patin catfish, Pangasius hypophthalmus, larvae.  The 1 day old larvae (day after hatching), with 3,37-3,97 mm length and 0,62-0,79 mg weight, were reared in aquarium 60x50x40 cm with stocking  density of 20 fish/l.  Larvae were fed  Artemia dan tubificid worms 2-8 dan 7-15 days after hatching (dAH),  respectively (schedule I);  2-6 and  5-15 dAH (schedule II); and 2-4 and 5-15 dAH (schedule III).  Chlorella was ready to eat by larvae at the entirely rearing.  For enzyme assay, larvae were sampled from each aquarium at stages of 1, 2, 3, 5, 7, 10 and 15 dAH.    Protease and lipase activity were detected in digestive tract of  1 dAH larvae.   Digestive enzymes development have a similar pattern in larvae for all feeding schedules.  Protease activity  decreased with the increasing of age until 3 dAH, then increased  until the larvae reached 7 dAH, and sharply decreased until 10 dAH and then slowly decreased thereafter. Lipase activity tended to increase slowly with age up to 3 dAH, and increased sharply until 5 dAH, and then decreased sharply until 7 dAH  before decreased again up to the end of rearing.  Amylase activity in larvae increased slowly with the increasing of age up to 5 dAH, then increased sharply until 7 dAH, and decreased thereafter.  In dimly lighted larvae, amylase activity decreased before increased up to 12 d AH, then decreased thereafter.  The amount of food organisms in larval gut, body weight and length, and survival rate of larvae were also measured and discussed.Key Words:  Digestive enzymes, development, larvae, patin catfish, Pangasius hypophthalmus ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan enzim protease, lipase dan amilase saluran pencernaan larva ikan patin akibat perubahan skedul pemberian pakan.  Larva ikan patin (panjang 3,77–3,97 mm dan bobot 0,62-0,79 mg) berumur 1 hari dipelihara di akuarium 60x50x40 cm dengan kepadatan 20 ekor/l.  Larva diberi pakan dengan tiga skedul pemberian; skedul I, Artemia dan cacing diberikan ketika larva ikan patin berumur masing-masing 2-8 dan 7-15 hari; skedul II, Artemia 2-6 hari dan cacing 5-15 hari; skedul III, Artemia 2-4 hari dan cacing 5-15 hari. Chlorella diberikan sepanjang pemeliharaan larva. Contoh larva umur 1, 2, 3, 5, 7, 10 dan 15 hari diambil sebanyak 0,5 g setelah dipuasakan selama 4 jam.  Asai protease, lipase dan amilase terhadap homogenate larva  dilakukan dengan menggunakan masing-masing substrat kasein 1%,  minyak kelapa sawit dan pati 1%.  Anatomi, isi saluran pencernaan, pertumbuhan bobot dan kelangsungan hidup larva juga diamati.  Tidak terdapat perbedaan pertumbuhan larva yang diberi pakan dengan skedul berbeda, namun larva yang diberi Artemia lebih lama (skedul I) memiliki kelangsungan hidup lebih baik.  Larva ikan patin umur 1 hari setelah menetas ternyata sudah mengandung enzim protease dan lipase di saluran pencernaannya.  Perkembangan enzim pencernaan memiliki pola yang hampir sama pada setiap skedul pemberian pakan.  Aktivitas protease menurun pada larva umur 3 hari, selanjutnya meningkat tajam hingga larva umur 7 hari, kemudian menurun tajam hingga larva umur 10 hari dan akhirnya menurun landai.  Aktivitas lipase meningkat lambat hingga larva umur 3 hari, kemudian meningkat tajam hingga larva umur 5 hari, selanjutnya menurun tajam hingga larva umur 7 hari dan akhirnya menurun landai.  Aktivitas amilase semakin meningkat lambat dengan bertambahnya umur larva hingga 5 hari, selanjutnya meningkat tajam hingga larva berumur 7 hari dan kemudian menurun.  Perkembangan enzim pencernaan larva ikan patin ini sejalan dengan perkembangan (diferensiasi) anatomi saluran pencernaan.  Saluran pencernaan larva berisi Artemia, cacing dan plankton dengan jumlah yang semakin meningkat dengan bertambahnya umur larva.  Kata kunci:  Enzim pencernaan, perkembangan, larva, ikan patin, Pangasius hypophthalmus
Reusing of Organic Waste from Tubifex sp. Substrate in nature Shafruddin, D.; Efiyanti, W.; Widanarni, .
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 2 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.305 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.97-102

Abstract

This study was conducted to determine whether organic waste from the substrate of Tubifex sp. can be used as inoculants to produce them through culture.   Substrate used was the mix of mud and chicken manure by ratio of 1:1, placed on the container 80×20×15 cm, water elevation 2 cm, and water debit 300 ml/min.  Inoculants number was ranged from 57 to 60 Tubifex sp. per container. The length of Tubifex sp. body was ranged from 0.9 to 3.5 cm and an individual mean weight of 2.78 mg.   Organic waste applied was 500 g, 1000 g, and 1500 g.  Rearing was performed for 50 days.  During experiment chicken manure of 0.075 g/m2 was added into culture every day.  The results of study showed that higher population of Tubifex sp. (174,227 tails/m2; 413.7 gram wet weight) was obtained by using 1000 g of organic waste.  Thus, organic waste derived from the substrate of Tubifex sp. from the nature can be reused to culture Tubifex sp. at the controlled container. Keywords: Tubifex, organic waste, population   ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah limbah organik sisa hasil penangkapan cacing sutera dari alam dapat digunakan sebagai inokulan untuk memproduksi cacing sutera melalui kegiatan budidaya.  Substrat yang digunakan berupa campuran lumpur dan kotoran ayam dengan perbandingan komposisi masing-masing 1:1, ditempatkan dalam wadah berukuran 80×20×15 cm, debit air 300 ml/menit/wadah, dan tinggi air 2 cm.   Jumlah cacing yang ditebar antara 57 - 60 ekor, panjang cacing 0,9 - 3,5 cm, dengan bobot individu rata-rata 2,78 mg. Limbah organik sebagai inokulan awal cacing sutera masing-masing seberat 500 g, 1.000 g dan 1.500 g. Pemeliharaan dilakukan selama 50 hari.  Selama pemeliharaan dilakukan pemupukan menggunakan kotoran ayam sebanyak 0,075 g/m2 setiap hari.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi cacing tertinggi diperoleh dengan menggunakan limbah organik sebanyak 1.000 gram (174.227 ekor/m2; 413,7 g).  Dengan demikian, limbah organik substrat cacing sutera dari alam dapat digunakan kembali untuk budidaya cacing di wadah terkontrol. Kata kunci: Tubifex, limbah organik, populasi
Screening of probiotic bacteria and its role on artificial infection of Vibrio harvey in white shrimp (Litopenaeus vannamei) Sukenda, .; Sihombing, A.J.; Novianti, Fitria; Widanarni, .
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 2 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.848 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.183-189

Abstract

Probiotic was screened from 28 strains of normal bacterial flora isolated from rearing water in a Litopenaeus vannamei farm based on its inhibitory activity against the growth of Vibrio harveyi.  Antibacterial activity was also tested in vivo to V. harveyi in L. vannamei.  The result showed that  the probiotic has a antibacterial effect on V. harveyi.  The in vivo test showed that shrimps injected with probiotic previously before challenged with V. harveyi has survival higher than control.  Probiotic isolate was suspected as Vibrio furnissi. Keywords:  biocontrol, inhibitory activity, Vibrio furnissi, Vibrio harveyi, Litopenaeus vannamei   AbstraK Bakteri probiotik ditapis dari 28 strain bacteria flora yang diisolasi dari air pemeliharaan udang vaname Litopenaeus vannamei berdasarkan aktivitas penghambatannya terhadap pertumbuhan Vibrio harveyi.  Aktivitas bakteri probiotik juga diuji secara in vivo terhadap V. harveyi pada udang putih.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri probiotik isolat memiliki kemampuan antibakteria terhadap V. harveyi.  Uji in vivo menunjukkan bahwa udang yang diinjeksi probiotik sebelum diuji tantang dengan V. harveyi memiliki kelangsungan hidup lebih tinggi daripada kontrol.  Isolat probiotik tersebut diduga adalah Vibrio furnissi. Kata kunci:  biokontrol, aktivitas penghambatan, Vibrio furnissi, Vibrio harveyi, Litopenaeus vannamei
Changes of Ammonia, Nitrite and Nitrate at Recirculation System of Red Tilapia (Oreochromis sp.) Rearing Djokosetiyanto, D.; Sunarma, A.; Widanarni, .
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.737 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.13-20

Abstract

High rearing density of fish in an intensive culture system require  high amount of feed which may result in the accumulation of organic materials in the water to a higher level. The accumulation of organic materials can  be toxic for fish, generate mineralization of nutrient from organic materials and cause high oxygen expenditure.  Recirculation system is an aquaculture system which aimed to maintain water quality at an appropriate level for fish to survive and grow,   Theammonia concentration in recirculation system with biofilter tended to decrease sharply while there was only a slightly decrease in that without biofilter. Conversion efficacy of ammonia nitrogen (NH3-N)  and nitrite nitrogen (NO2-N) of   biofilter compiled with aeration system was 46.20% and 30.68%, while in an unaerated system was 39.31% and 8.53%, respectively.  The use of aquatic plant was found to be an effective way to reduce nitrate nitrogen (NO3-N).  A higher conversion efficacy of nitrate (50.15%) in the tank containing aquatic plant was observed by using aeration before biofilter. Keywords: ammonia, nitrite, nitrate, recirculation system, red tilapia, Oreochromis sp.   ABSTRAK Padat penebaran tinggi pada sistem budidaya intensif menuntut tingginya jumlah pakan yang diberikan kepada ikan sehingga mengakibatkan penumpukan bahan organik dalam wadah. Akumulasi bahan organik akan menyebabkan terjadinya pembentukan senyawa-senyawa yang beracun bagi ikan, mineralisasi nutrien dari bahan organik dan penyerapan oksigen yang tinggi. Untuk mempertahankan kualitas air sehingga tetap layak bagi ikan, digunakan sistem resirkulasi dalam proses pemeliharaannya. Kecenderungan penurunan konsentrasi ammonia terlihat tajam pada filter biologis pada unit yang menggunakan filter biologis, sedangkan tanpa filter biologis hanya terjadi penurunan konsentrasi ammonia yang kecil sehingga efektifitas pengubahannya menjadi kecil.  Efektivitas pengubahan ammonia (NH3-N) pada filter biologis pada unit tanpa perlakuan aerasi hanya sebesar 39,31% dengan efektivitas pengubahan nitrit (NO2-N) sebesar 8,53%. Sedangkan pada unit yang meggunakan proses aerasi sebelum filter biologis, efektivitas pengubahan ammonia dan nitrit masing-masing mencapai 46,20% dan 30,68%. Penggunaan tanaman akuatik efektif untuk menurunkan konsentrasi nitrat (NO3-N). Efektifitas pengubahan nitrat pada wadah tanaman akuatik tertinggi sebesar 50,15% dicapai oleh unit yang menggunakan sistem aerasi sebelum filter biologis. Kata kunci: ammonia, nitrit, nitrat, resirkulasi, nila merah,  Oreochromis sp.
Development of Digestive Enzyme of Patin Pangasius hypohthalmus Larvae Effendi, I.; Augustine, D.; Widanarni, .
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.131 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.41-49

Abstract

Culture of patin Pangasius hypophthalmus especially larval rearing  very depends on the supply of natural food as energy source.  Artemia is the main natural food for fish larvae as a starter food, but its price is high.  To reduce production cost, farmers tend to reduce the feeding frequency and shorten  the Artemia feeding period.  Altering feeding regime however may reduce fry quality. This relate to the availability of digestive enzymes.  The objective of this study was  to examine digestive enzymes activity in patin larvae fed with  different feeding regime.  By shorten feeding period with Artemia to 2-4 days and Tubifex,substitution, the enzymes activity of protease, lipase and amylase were revealed similar pattern   The enzymes activity tends to increase and reach the peak at day 7 , and decrease later on until day 15 after hatching.  Survival rate of fish were varied for each treatment, and the highest survival rate was obtained when larvae were fed by Artemia for 8 days.  Blood worm were not fully digested by patin larvae at early stage. Keywords: enzyme, digestion, patin, Pangasius hypophthalmus   ABSTRAK Proses budidaya ikan patin, Pangasius hypophthalmus terutama pembenihan sangat tergantung oleh ketersediaan pakan alami sebagai sumber energinya. Artemia merupakan pakan alami yang banyak diberikan pada saat larva ikan mulai makan, namun harganya relatif tinggi. Untuk menekan biaya produksi, petani ikan patin cenderung mengurangi frekuensi pemberian Artemia dan mempersingkat waktu pemberiannya. Penggeseran jadwal ini diduga mengakibatkan penurunan kualitas benih ikan patin yang dihasilkan yang berhubungan dengan kesiapan enzim pencernaannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas enzim pada larva ikan patin dengan jadwal pemberian pakan yang berbeda. Dengan memotong waktu pemberian Artemia 2 - 4 hari dan disubstitusi dengan Tubifex, aktifitas enzim protease, lipase dan amilase pada larva ikan patin, memiliki pola yang sama. Aktifitas enzim cenderung meningkat dan mencapai puncak pada umur 7 hari, selanjutnya terus menurun sampai larva berumur 15 hari. Kelangsungan hidup ikan selama penelitian berbeda-beda untuk setiap perlakuan dengan nilai tertinggi dicapai oleh larva yang diberi pakan Artemia sampai berumur 8 hari. Larva ikan patin belum siap sepenuhnya untuk menerima pakan berupa cacing sutera sejak stadia awalnya. Kata kunci: Enzim, Pencernaan, Patin, Pangasius hypophthalmus
Effect of Different Medium on Survival Rate and Growth of Chironomus sp. Larvae Widanarni, .; Mailana, D.D.; Carman, O.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.503 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.113-118

Abstract

In the ornamental fish and fish for food culture, feeding by natural feed is very suitable since they are easy to digest and their size is suitable with  to larval mouth.  One of natural foods is blood worm Chironomus sp. larvae that has high protein content (till  65.2% of  protein). Until now, blood worm is obtained from nature and their stock depends on the weather.  That problem  may be overcome by culturing blood worm in appropriate culture medium.  Naturally, Chironomus sp. grows well in the water containing sago waste.  This study was carried out to examine the growth of Chironomus sp. reared in the medium containing mud, solid sago waste, solid tapioca wastes and water with no waste in depth of 0.5 cm. After 35-day rearing, survival rate of Chironomus sp was different among the treatments, while growth in length was similar. The best survival rate, 58.93% was obtained in the media containing solid sago waste.   Keywords: Chironomus, blood worm, sago waste, tapioca waste   ABSTRAK Dalam usaha budidaya ikan hias maupun ikan konsumsi, pemberian pakan alami sangat cocok karena mudah dicerna dan sesuai dengan bukaan mulut larva. Salah satu contoh pakan alami adalah Chironomus sp. (blood worm) yang mempunyai kandungan protein mencapai 65,2%. Selama ini cacing darah diperoleh dari alam dan suplainya tergantung pada kondisi musim. Hal ini mungkin dapat diatasi dengan membudidayakan cacing darah dengan  media yang sesuai sebagai tempat hidupnya. Secara alami, Chironomus sp. dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada limbah sagu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan Chironomus sp. yang dipelihara pada media berupa lumpur, limbah sagu padat, limbah tapioka padat dan air tanpa limbah dengan ketebalan media 0,5 cm. Setelah 35 hari masa pemeliharaan, diketahui bahwa penggunaan media limbah padat sagu, limbah padat tapioka, lumpur dan air tanpa limbah pada pemeliharaan Chironomus sp. masing-masing menghasilkan tingkat kelangsungan hidup yang berbeda nyata, sedangkan pertumbuhan panjang mutlak adalah sama. Tingkat kelangsungan hidup larva Chironomus sp. terbaik mencapai 58,93% diperoleh pada pemeliharaan yang menggunakan limbah padat sagu. Kata kunci : Chironomus, cacing darah, limbah sagu, limbah tapioka
Co-Authors . Sunarto A. Sunarma A. Suwanto A. SUWANTO A.J. Sihombing Achmad Farouq Ade Dwi Sasanti ADNI OKTAVIANA Afiff , Usamah Agus Oman Sudrajat Aldy Mulyadin Alfabetian Harjuno Condro Haditomo Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimudin Alimudin, Alimudin Alit Brilliant Angela Mariana Kusumastuti, Angela Mariana Angela Mariana Lusiastuti Angela Mariana Lusiastuti Angela Mariana Lusiastuti Angela Mariana Lusiastuti Angela Mariana Lusiastuti Angela Mariana Lusiastuti Angela Mariana Lusiastuti Anis Al Rosjidi Anis Zubaidah Anja Meryandini Anja Meryandini Anjarweni, Vika Atinia Annisa Astri Anggraeni Antonius Suwanto Apriani, Ita Ardana Kurniaji Arief Muhammad Arini Resti Fauzi Aris Tri Wahyudi Asri Sutanti, Asri Asrido, Farhan Astari, Belinda Ayi Santika B. W. LAY Bagus Ansani Takwin Bako, Surandha Benny Heltonika Bunyamin Bunyamin Catur A. Pebrianto D. Augustine D. Djokosetiyanto D. Meha D. Shafruddin D.D. Mailana D.T. Soelistyowati Daniel Djokosetiyanto DEBY YUNIASARI DEDI JUSADI Dendi Hidayatullah, Dendi Dewi Nurhayati Dewi Rahmi DIAH AYU SATYARI UTAMI DIANA ELIZABETH WATURANGI Dinamella Wahjuningrum Dinar Tri Soelistyowati Dwi Agung Saputra Dwi Nita Aryani E. Ayuzar Eddy Supriyono Edi Sudiarto Eko Sudjawoto Elizabeth Waturangi, Diana Enang Harris Enang Harris Enzeline, Valensia Evi Maria Fahmi Rajab Fauzi, Arini Resti Ferymon Mahulette Ferymon Mahulette, Ferymon Fiska Puspita Fitria Novianti Frid Agustinus Gentiga Muhammad Zairin Ghita Ryan Septiani Gustilatov, Muhamad H.J. Bugri Hamida Pattah Hamsah Hamsah Hamtini - Hamtini Hany Handajani Hariadi, Sugeng Harton Arfah Hasan Nasrullah Huda Salahudin Darusman Huda Shalahudin Darusman I. Effendi I. Tepu Iis Diatin Iis Sumartini Iman Rusmana Inem Ode Iqbal Kurniawinata, Mohamad Irma Melati Irzal Effendi Istiqomah, Amalia Ita Apriani Jeanni Indah Noermala Julie Ekasari Julyantoro, Pande Gde Sasmita Kautsar, Badar Kukuh Nirmala Lastriliah, Mira Lilik Setiyaningsih Linuwih Aluh Prastiti M. Tri Djoko Sunarno M. Yusuf Arifin M. Zairin Junior M.A. Lidaenni M.S. Arifin Marli, Marli Mas Tri Djoko Sunarno, Mas Tri Djoko Maulana, Fajar Mia Setiawati Mohammad Faizal Ulkhaq MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI Muhammad Junior Zairin Muhammad Subhan Hamka Muhammad Zairin Jr. Mulyasari Mulyasari Mulyasari Mulyasari MUNTI YUHANA Nasri Julaini Nasrullah, Hasan NISA RACHMANIA MUBARIK Nur Bambang Priyo Utomo Nuri Kamaliah, Syarifah O. Carman Ode, Inem Prassetyo Dwi Dhany Wijaya Puguh Widagdo Putra, The Best Akbar Esa Rahmi, Kurnia Anggraini Rakhmawati, Rakhmawati, Ramadhani, Dian Eka Reza Samsudin Rifqah Pratiwi Rina Rahmawati, Rina Rio Yusufi Subhan Rizki Praseto, Rizki Rizkiyanti, Ita Rr. Bellya Anasti Maharani Ruku Ratu Borut S. Sarah Safira Qisthina Ayuningtyas, Safira Qisthina Salamah Salamah Samsu Adi Rahman Saputra, Damar Auliawan Saputri, Rika Ani Septiani, Ghita Ryan Siregar, Khoirotun Nisa SITI MARYAM Siti Munfaqiroh Sri Nuryati Sri Nuryati Suci antoro Sudrajat, R Herman Sugiyo Hadi Pranoto Sujaka Nugraha Sujono Sujono Sukenda Sukenda . Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda SUKENDA SUKENDA Suleman, Gabriella Augustine Suprianto, Dedi Suryadi Saputra Tambun, Andreas Tatag Budiardi Tatik Mufidah Tatik Mufidah Taufiq Abdullah Titin Kurniasih Tri Heru Prihadi Tri Rezeki, Nanda Tsani Untsa, Agista Turnip, Enita Romasni Vinasyam, Apriana W. Efiyanti Wahyu Afrilasari WAODE MUNAENI Wasmen Manalu Wicaksono, Baref Agung Wida Lesmanawati Wijaya, Sella Septian Windu Sukenda Wira H Saputra Wiyarni Wiyarni Y. Hadiroseyani Yani Aryati Yanti Inneke Nababan Yeni Elisdiana Yudha Trinoegraha Adiputra Yudha Trinoegraha Adiputra Yuke Eliyani Yuke Eliyani Yunarty Yunarty Zafril Imran Azwar Zairin Jr., Muhammad