Penelitian ini membahas tradisi mandi-mandi tujuh bulanan masyarakat Banjar di Banjarmasin dari tahun 1860 hingga 2023, dengan fokus pada nilai-nilai aqidah yang terkandung di dalamnya. Tradisi ini merupakan perpaduan antara warisan budaya lokal dan prinsip-prinsip Islam, terutama yang berkaitan dengan tauhid, syukur, tawakkal, serta pentingnya doa dan sedekah dalam kehidupan. Penelitian menggunakan metode sejarah dengan pendekatan deskriptif, mengandalkan data primer dari wawancara dan observasi, serta data sekunder dari literatur terkait. Teknik analisis dilakukan secara historis untuk menelusuri perubahan tradisi dari masa ke masa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun tradisi mandi-mandi ini mengalami perubahan signifikan, esensi aqidah seperti pengakuan terhadap keesaan Allah (tauhid), rasa syukur atas kehamilan, dan sikap tawakkal dalam menghadapi persalinan tetap terjaga. Tradisi ini juga berfungsi sebagai media untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah di masyarakat. Fleksibilitas ajaran Islam dalam mengakomodasi kearifan lokal tercermin dalam keberlanjutan tradisi ini, meskipun menghadapi tantangan modernisasi dan globalisasi. Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana nilai-nilai aqidah dapat terus hidup dalam tradisi lokal. This study discusses the tradition of bathing every seven months of the Banjar community in Banjarmasin from 1860 to 2023, focusing on the values of faith contained therein. This tradition is a blend of local cultural heritage and Islamic principles, especially those related to monotheism, gratitude, resignation, and the importance of prayer and alms in life. The study uses a historical method with a descriptive approach, relying on primary data from interviews and observations, as well as secondary data from related literature. The analysis technique was carried out historically to trace changes in tradition over time. The results of the study show that although this bathing tradition has undergone significant changes, the essence of faith such as recognition of the oneness of Allah (tawhid), gratitude for pregnancy, and an attitude of resignation in facing childbirth are maintained. This tradition also functions as a medium to strengthen Islamic brotherhood in society. The flexibility of Islamic teachings in accommodating local wisdom is reflected in the sustainability of this tradition, despite facing the challenges of modernization and globalization. This study provides insight into how the values of faith can continue to live in local traditions.