Claim Missing Document
Check
Articles

PEMBERIAN EKSTRAK VESIKULA SEMINALIS MENINGKATKAN KUALITAS SPERMATOZOA TETAPI TIDAK MEMENGARUHI KONSENTRASI SPERMATOZOA DAN TESTOSTERON TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) Tongku Nizwan Siregar; Muslim Akmal; Sri Wahyuni; Hermawaty Tarigan; Mulyadi M; Idawati Nasution
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 8, No 2 (2014): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v8i2.2620

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak vesikula seminalis terhadap kualitas spermatozoa dan konsentrasi testosteron tikus putih (Rattus norvegicus). Dalam penelitian ini digunakan 20 ekor tikus putih jantan dewasa, galur Wistar, berumur 3 -4 bulan, berat badan 250-300 g dan dibagi menjadi 4 kelompok (K1, K2, K3, dan K4), masing-masing kelompok berturut-turut diberikan 0,2 ml NaCl fisiologis, 25 μg cloprostenol, 0,2 ml ekstrak vesikula seminalis (EVS), dan 0,4 ml EVS secara intraperitoneal. Pada akhir perlakuan, seluruh tikus dikorbankan secara dislocatio cervicalis. Selanjutnya, kauda duktus epididimis dinekropsi untuk dikoleksi spermatozoanya. Pemeriksaan kualitas spermatozoa, meliputi motilitas dan konsentrasi spermatozoa. Pemeriksaan konsentrasi testosteron serum darah dilakukan menggunakan teknik enzymelinked immunosorbant assay (ELISA). Motilitas dan konsentrasi (x10 6 ) spermatozoa pada kelompok K1; K2; K3; dan K4 masingmasing adalah 3,00±0,00; 3,20±0,28; 2,00±0,86; dan 3,20±0,28 dan 146,60±71,90; 187,80±60,80; 124,20±64,70; dan 129,40±27,07. Konsentrasi testosteron pada kelompok K1; K2; K3; dan K4 masing-masing adalah 5,53+1,75; 4,68+4,56; 2,51+1,33; dan 2,40+1,60 ng/ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian EVS mampu meningkatkan motilitas spermatozoa tetapi tidak memengaruhi konsentrasi spermatozoa dan testosteron serum darah tikus putih.
DIAGNOSIS KEBUNTINGAN DINI PADA KAMBING KACANG (Capra sp.) MENGGUNAKAN ULTRASONOGRAFI TRANSKUTANEUS (Early Pregnancy Diagnosis in Dwarf Goat (Capra sp.) by Transcutaneous Ultrasonography) Arman Sayuti; Juli Melia; Ira Khubairoh Marpaung; Tongku Nizwan Siregar; Syafruddin S; Amiruddin A; Budianto Panjaitan
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 10, No 1 (2016): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v10i1.3373

Abstract

This research aimed to determine the optimum time for early pregnancy diagnosis in dwarf goat by trancutaneous ultrasonography and to determine ultrasonography imaging of dwarf goat pregnancy since insemination until embryo formation. Animal used in this research were 3 productive female goats with normal estrus cycle and 1male goat. The female goats were kept in separation pen from the male goat. The grasses were fed three times a day and additional feed were fed in the morning and afternoon with the water was given ad libitum. The goats were synchronized with intramuscular double injection of 1 ml estron®/each female goat with 11 days interval. The observation of estrus was examined using male goat following the second injection of estron®. The sign of estrus in female goats were characterized with standing immobile and allow the male goat to mount them. If the signs had been evident, the female goats were naturally mated. Pregnancy was determined by the presence of the embryonic vesicle by isoechogenic until hyperechogenic visualization surrounded by hypoechogenic of the embryonic fluid. The result of the transcutaneous ultrasonography in dwarf goat pregnancy showed the presence of embryonic vesicle on day 14 and embryo with isoechogenic visualization was detected on day 24 of pregnancy.Key words: dwarf goat, early pregnancy, transcutaneous ultrasonography
CHARACTERIZATION OF GLYCOCUNJUGATE DISTRIBUTION IN THE EPIDIDYMIS OF THE JAVAN MUNTJACS (Muntiacus muntjak muntjak) Sri Wahyuni; Hamny Sofyan; Hafizuddin Hafizuddin; I Ketut Mudite Adnyane; Gholib Gholib; Muhammad Jalaluddin; Fadli A. Gani; Mulyadi Adam; Tongku Nizwan Siregar; Srihadi Agungpriyono
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 16, No 1 (2022): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v16i1.24418

Abstract

The presence of glycoconjugates in caput, corpus, and cauda epididymis of the Javan muntjacs was performed using lectin histochemical method. The epididymis organs were obtained from two adult male Javan muntjacs in hard antler stage and then immediately fixed in Bouin’s solution and processed in histological manner. Six types of biotinylated lectins namely Peanut agglutinin (PNA), Soybean agglutinin (SBA), Wheat germ agglutinin (WGA), Ricinus communis agglutinin (RCA), Concanavalin A (Con A), and Ulex europaeus agglutinin I (UEA I) were applied to detect the specific glycoconjugates in the epididymal tissue of muntjacs. The result showed the presence of glycoconjugates were detected by five types of lectins except UEA I in caput, corpus, and cauda epididymis with specific distribution and also the intensity of lectins binding. Glycoconjugates β-galactose, β-glucose, mannose, N-acetyl-galactosamine, N-acetyl-glucosamine, and sialic acid were stained with various intensity in epithelial cells, basal cells, stereocilia, spermatozoa, and stroma of caput, corpus, and cauda epididymis. The presence of sialic acid on the surface of spermatozoa detected by WGA are thought to be play a role on sperm protection during their maturation and transit along epididymal lumen. In conclusion, the difference of glycoconjugates distribution pattern and lectin binding in the epididymal caput, corpus, and cauda of the Javan muntjac indicates the regional differences in epididymal function in spermatozoa maturation.
PENINGKATAN AKTIVITAS LUTEOLITIK SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK VESIKULA SEMINALIS SAPI PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) Rahmandi r; Tongku Nizwan Siregar; Muslim Akmal; Teuku Armansyah; Syafruddin s
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 7, No 1 (2013): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v7i1.576

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak vesikula seminalis terhadap penurunan konsentrasi progesteron serta diameter korpus luteum pada tikus putih. Dalam penelitian ini digunakan 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) betina dewasa, galur Wistar, berumur 3-4 bulan dengan berat badan antara 200-250 g dan dibagi atas dua kelompok (K1 dan K2) masing-masing diberi 25 μg cloprostenol dan 0,2 cc ekstrak vesikula seminalis secara intravaginal pada hari ke-7 kebuntingan. Tiga ekor tikus masing-masing kelompok dibunuh pada jam ke-0, 3, 6, 12, dan 26. Pemeriksaan progesteron dilakukan menggunakan metode enzymelinkedimmunosorbantassay (ELISA). Konsentrasi progesteron pada kelompok perlakuan PGF2α dan ekstrak vesikula seminalis pada lima periode waktu pengukuran yakni jam ke-0, 3, 6, 12, dan 26 memperlihatkan perbedaan yang signifikan (P0,05). Ekstrak vesikula seminalis mempunyai kemampuan yang sama dengan PGF2α komersial dalam menurunkan diameter korpus luteum yang ditandai secara mikroskopis dengan berkurangnya vaskularisasi darah menuju ovarium (P0,05). Disimpulkan bahwa ekstrak vesikula seminalis mempunyai kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan PGF2α komersial dalam menurunkan konsentrasi progesteron tikus putih dan mempunyai kemampuan yang sama dengan PGF2α komersial dalam menurunkan diameter CL.
PEMBERIAN EKSTRAK EPIDIDIMIS BERPOTENSI MENINGKATKAN KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING JANTAN LOKAL Muslim Akmal; Tongku Nizwan Siregar; Sri Wahyuni; Muhammad Hambal; Sugito S; Amiruddin A; Syafruddin S; Roslizawaty R; Zainuddin Z; Mulyadi Adam; Gholib G; Cut Dahlia Iskandar; Rinidar R; Nuzul Asmilia; Hamny H; Joharsyah J; Suriadi S
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 9, No 2 (2015): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v9i2.2839

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak epididimis (EE) terhadap peningkatan kualitas spermatozoa kambing jantan  lokal. Dalam penelitian ini digunakan 12 ekor kambing jantan lokal, berumur 1,5 tahun dengan bobot badan 10-15 kg dan dibagi atas empat kelompok (K0, KP1, KP2, dan KP3). Kelompok K0, hanya diinjeksi dengan NaCl fisiologis sedangkan kelompok KP1, KP2, dan KP3 diinjeksi EE masing-masing 1, 2, dan 3 ml/ekor selama 13 hari berturut-turut. Pada hari ke-14, dilakukan pengambilan semen kambing dengan elektroejakulator dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan kualitas spermatozoa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian EE dengan dosis 1 dan 3 ml/ekor EE selama 13 hari berturut-turut menyebabkan peningkatan kualitas spermatozoa dibanding kelompok kontrol. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa EE berpotensi meningkatkan kualitas spermatozoa pada kambing jantan lokal.
INHIBIN B MENURUNKAN KONSENTRASI FOLLICLE STIMULATING HORMONE (FSH) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus): UPAYA PENGEMBANGAN KONTRASEPSI HORMON PRIA BERBASIS PEPTIDA Muslim Akmal; Aulanni’am A; M. Aris Widodo; Sutiman B. Sumitro; Basuki B. Purnomo; Tongku Nizwan Siregar; Muhammad Hambal; Amiruddin A; Syafruddin S; Dwinna Aliza; Arman Sayuti; Mulyadi Adam; T. Armansyah; Erdiansyah Rahmi
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 9, No 1 (2015): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v9i1.2788

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui efek injeksi inhibin B terhadap penurunan konsentrasi follicle stimulating hormone (FSH) di dalamserum pada tikus putih (Rattus norvegicus). Dalam penelitian ini digunakan 24 ekor tikus putih berjenis kelamin jantan dengan strain Wistar berumur 4 bulan dengan bobot badan 150-200 g. Tikus-tikus dikelompokkan secara acak ke dalam 4 kelompok, yaitu KK0, KP1, KP2, dan KP3, masing-masing kelompok terdiri atas 6 ekor. Kelompok KK0 merupakan kelompok kontrol hanya diinjeksi dengan phosphate buffer saline (PBS), sedangkan kelompok KP1, KP2, dan KP3 diinjeksi dengan inhibin B dengan dosis berturut-turut 25, 50, dan 100 pg/ekor. Injeksi inhibin B dilakukan secara intraperitoneum sebanyak 5 kali selama 48 hari dengan interval waktu 12 hari. Injeksi pertama inhibin B dilarutkan dengan0,05 ml PBS dan 0,05 ml Freud’s complete adjuvant (FCA). Injeksi kedua sampai kelima, inhibin B dilarutkan dengan 0,05 ml PBS dan 0,05 ml Freud’s incomplete adjuvant (FICA). Pada hari ke-6 setelah injeksi inhibin B terakhir, tikus dikorbankan secara dislocatio cervicalis,lalu darah dikoleksi langsung dari jantung dan didiamkan hingga didapatkan serum untuk pemeriksaan konsentrasi FSH dengan menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa injeksi inhibin B dengan dosis 100 pg/ekor menurunkan konsentrasi FSH secara nyata (P0,05) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hal tersebut, inhibin B berpeluang untuk dikembangkan sebagai kandidat kontrasepsi pria hormon berbasis peptida.
KINERJA REPRODUKSI KAMBING LOKAL YANG DIINDUKSI SUPEROVULASI DENGAN ANTISERUM INHIBIN Hamdan h; Dian Nurcahaya; Tongku Nizwan Siregar; budianto Panjaitan; Husnur rizal
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 6, No 1 (2012): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v6i1.345

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian antiserum inhibin terhadap kinerja reproduksi kambing lokal. Dalam penelitian ini digunakan 12 ekor kambing betina lokal yang dibagi dalam 2 kelompok, kelompok kontrol dan perlakuan (KI dan KII), masing-masing terdiri atas 5 dan 7 ekor kambing. Seluruh kambing diinjeksi dengan 0,5 ml PGF2α (LutalyzeTM) secara intramuskulus, 2 kali injeksi dengan interval 10 hari. Pada kelompok perlakuan (KII), kambing diinjeksi dengan 500 μg antiserum inhibin pada hari ke-9 siklus dan diikuti penyuntikan 0,5 ml PGF2α 48 jam kemudian. Inseminasi dilakukan 10 jam setelah awal berahi dan diulang 12 jam kemudian. Parameter yang diamati adalah persentase berahi, kebuntingan, kelahiran, kelahiran kembar, jumlah anak total, dan jumlah anak per kelahiran. Hasil penelitian menunjukkan semua kambing (100%) pada kedua kelompok memperlihatkan berahi. Persentase kebuntingan pada KI dan KII masing-masing adalah 60,0 dan 57,1%. Angka kelahiran KI dan KII masing-masing adalah 100% dan persentase kelahiran kembar masing-masing adalah 0,0 dan 50,0%. Total jumlah anak pada KI dan KII masing-masing adalah 3 dan 6, dan rata-rata jumlah anak per kelahiran masing-masing adalah 1,0 dan 1,5 ekor. Perlakuan dengan antiserum inhibin dapat meningkatkan kinerja reproduksi kambing lokal.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK HIPOFISA SAPI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM PETELUR PADA FASE AKHIR PRODUKSI Amiruddin A; Tongku Nizwan Siregar; Azhari A; Jalaluddi J; Zulkifli Z; Andre Afriadi Rahman; Hamdan H
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 8, No 1 (2014): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v8i1.1267

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penyuntikan dan dosis optimal ekstrak hipofisa sapi terhadap peningkatan produktivitas ayam petelur fase akhir produksi. Sebanyak 60 ekor ayam petelur berumur 22-44 bulan yang telah mengalami penurunan produksi sekitar 50-60% yang terdapat pada peternakan ayam petelur Jantho Farm, Aceh Besar digunakan dalam penelitian ini. Seluruh ayam dibagi 6 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri atas 10 ekor ayam petelur. Kelompok I, II, III, IV, V, dan VI masing-masing disuntik dengan 0,1 ml NaCl fisiologis, 15 IU PMSG; 0,1 ml ekstrak hipofisa sapi; 0,2 ml ekstrak hipofisa sapi; 0,3 ml ekstrak hipofisa sapi; dan 0,4 ml ekstrak hipofisa sapi. Injeksi dilakukan secara intramuskular pada otot dada setiap dua minggu sekali selama enam minggu.Total rata-rata produksi telur pada kelompok I; II; III; IV; V; dan VI masing-masing adalah 5,81+1,10; 4,28+1,04; 4,60+2,04; 5,43+1,45; 6,29+1,34; dan 5,74+1,17 butir. Total rata-rata berat telur pada kelompok I; II; III; IV; V; dan VI masing-masing adalah 65,27+1,61; 63,66+1,86; 65,38+3,51; 64,01+3,91; 66,20+1,67; dan 65,21+1,91 g sedangkan total rata-rata ketebalan cangkang telur pada kelompok I; II; III; IV; V; dan VI masing-masing adalah 0,43+0,02; 0,42+0,03; 0,43+0,02; 0,42+0,02; 0,43+0,02; dan 0,42+0,02 mm. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak hipofisa sapi dapat meningkatkan produktivitas ayam petelur pada fase akhir produksi dan dosis optimal ekstrak hipofisa adalah 0,3 ml.
STUDI HISTOKIMIA LEKTIN PADA SEL-SEL SPERMATOGENIK TESTIS MUNCAK (Muntiacus muntjak muntjak) (Lectin Histochemical Study of Testicular Spermatogenic Cells in Muntjak (Muntiacus muntjak muntjak)) Sri Wahyuni; Srihadi Agungpriyono; I. Ketut Mudite Adnyane; Hamny Hamny; Muhammad Jalaluddin; Gholib Gholib; Muslim Akmal; Mulyadi Adam; Dwinna Aliza; Tongku Nizwan Siregar
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 10, No 1 (2016): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v10i1.3396

Abstract

The objective of this study was to identify the type of specific glycoconjugates and its distribution in testicular spermatogenic cells in muntjak (Muntiacus muntjak muntjak) based on lectins histochemistry. An adult male muntjak aged 4-5 years old in hard antler period was used in this study. Testicular tissue was fixed in Bouin solution and processed histologically. Histochemistry method was performed using six types biotinylated lectins such as peanut agglutinin (PNA), soybean agglutinin (SBA), wheat germ agglutinin (WGA), ricinus communis agglutinin (RCA), concanavalin A (Con A), and ulex europaeus agglutinin I (UEA I) with 20 µg/ml of concentration for PNA lectins and 15µg/ml for other type of lectins. The results showed that glycoconjugates were detected by all type of lectins except UEA I in testicular spermatogenic cells with variation in distribution pattern and also the intensity of lectins binding. Glycoconjugates β-galactose, β-glucose, mannose, Nacetylgalactosamine, N-acetylglucosamine and sialic acid were stained intensely by lectins in golgy-cap phase and acrosomal phase of spermatids. Glycoconjugate N-acetylgalactosamine was the sugar residues which distributed abundantly that marked by positive reaction with PNA, SBA, and RCA lectins. In conclusion, glycoconjugates are detected in testicular spermatids cells of muntjak indicated that glycoconjugates have an important role in spermatogenesis particularly in spermiogenesis. Key words: glycoconjugates, lectins, spermatid, spermatozoa, muntjak
GAMBARAN INVOLUSI UTERUS KAMBING KACANG (Capra sp.) BERDASARKAN PENGAMATAN DENGAN ULTRASONOGRAFI TRANSKUTANEUS Ginta Riady; Tongku Nizwan Siregar; Juli Melia; Hamdan H; Reni Ayunanda
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 9, No 1 (2015): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v9i1.2780

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran involusi uterus kambing kacang berdasarkan pengamatan dengan ultrasonografi (USG) transkutaneus. Hewan yang digunakan adalah 1 ekor kambing kacang betina pascapartus dengan status melahirkan normal dan melahirkan satu ekor anak. Kambing diperiksa dalam posisi berbaring (lateral recumbency). Pengamatan involusi uterus dilakukan setiap hari, dimulai dari hari pertama pascapartus sampai tidak ada lagi pengurangan diameter lumen kornua uterus. Pada hari pertama sampai hari ke-7, gambaran karunkula (hypoechoic), lokia (anechoic), lapisan miometrium, dan endometrium (hypoechoic) yang dipisahkan oleh lapisan pembuluh darah (anechoic) terlihat jelas dengan diameter lumen kornua uterus menurun dari 87,6 menjadi 52,8 mm. Pada hari ke-8 diameter lumen 45,4 mm menurun menjadi 38,4 mm pada hari ke-14. Lokia dan lapisan miometrium masih terlihat sedangkan lapisan pembuluh darah dan karunkula sudah tidak terlihat. Pada hari ke-15 diameter lumen 35,5 mm menurun menjadi 19,3 mm pada hari ke-20 dengan lapisan uterus, lokia, lapisan pembuluh darah, dan karunkula sudah tidak terlihat. Ukuran diameter lumen kornua uterus mengalami penurunan setiap hari dan berhenti mengalami penurunan pada hari ke-20 dengan diameter 19,3 mm. Penelitian ini memperlihatkan bahwa proses involusi uterus kambing dapat diamati dengan metode USG transkutaneus.
Co-Authors Abbas, Muhammadar Abdullah Abdul Harris Adhea Prestiya Ahsan, Muhammad Maulana Aisyah Fadillah Tunnisa Al Azhar Al-Azhar - Amalia Sutriana Amiruddin - Amiruddin A Amiruddin A Andre Afriadi Rahman Anwar Anwar Anwar Anwar Arie Febretrisiana Aris munandar Arman Sayuti Arman Sayuti Arman Sayuti Aulanni'am, Aulanni'am Azhari A Azhari Azhari Bagus Setyawan Basuki B. Purnomo Budianto Panjaitan Budianto Panjaitan Budianto Panjaitan Budianto Panjaitan Budianto Panjaitan Citra Chyntia Helwana Cut Dahlia Iskandar Cut Nila Thasmi Cut Nila Thasmi Cut Nila Thasmi Daffa Gustia Putra Akbar Daisy Wowor, Daisy Dasrul Dasrul Dasrul Dasrul Delli Lefiana Dewi Ratna Sari Dian Masyitah Dian Nurcahaya Dwinna Aliza Dwinna Aliza Dwinna Aliza Eka Meutia Sari Eka Meutia Sari Elfi Satria Suryani Erdiansyah Rahmi Erdiansyah Rahmi Fadli A. Gani Farida Athaillah Fuza Khoiriah Gholib Gholib Ginta Riady Ginta Riady Hafizuddin Hafizuddin Hafizuddin Hafizuddin Hafizuddin Hafizuddin Hafizuddin Hafizuddin Hafnati Rahmatan Hamdan . Hamdan H Hamdan h Hamdan Hamdan Hamdan Hamdan Hamdan Hamdan Hamny Sofyan Hasanuddin Hasanuddin Hermawaty Tarigan Herrialfian . Herrialfian Herrialfian Husnur rizal Husnurrizal Husnurrizal . Husnurrizal Husnurrizal Husnurrizal Husnurrizal Husnurrizal, Husnurrizal Idawati Nasution Iin Agustina Indah Kesuma Siregar Ira Khubairoh Marpaung Jalaluddi J Jalaluddin - Joharsyah J Juli Melia KARTINI ERIANI Ketut Adnyane Mudite Khairil Khairil Lilis Suryani M. Aris Widodo Mahdi Abrar Mahdi Abrar Mauridatun Ramli Mefrianti Efendi Muhammad Adlim Muhammad Fathan Rizky Athallah Muhammad Hambal Muhammad Hambal Muhammad Jalaluddin Muhammad Rifki Mulkan Mulkan Mulyadi Adam Mulyadi Adam Mulyadi Adam Mulyadi Adam Mulyadi M Muslim Akmal Muslim Akmal Muslim Akmal Muslim Akmal Nanda Yulian Syah Nazaruddin Nazaruddin Nellita Meutia Novi Afriani Nur Afriani Nur Novika Ayuni Rambe Nuzul Asmilia Putra, Dedi Fazriansyah R Roslizawaty Rahmandi r Raihatul Jannah Rasmaidar . Rasmaidar Rasmaidar Razali Daud Razali Daud Razali Razali Reni Ayunanda Riani Desky Rinidar R Roslizawaty R Roslizawaty Roslizawaty Roslizawaty Roslizawaty Rusli Sulaiman S Syafrudddin S Syafruddin Saifan Nur Satria Tanjung Siti Rizki Hardyana Siregar Sri Wahyuni Sri Wahyuni Sri Wahyuni Sri Wahyuni Sri Wahyuni Sri Wahyuni Srihadi Agungpriyono Sugito Sugito Sugito Sugito Suriadi S Susi Darmayanti Sutiman B. Sumitro Syafruddin - Syafruddin S Syafruddin S Syafruddin Syafruddin Syafruddin Syafruddin Syafruddin Syafruddin Syafruddin Syafruddin T. Armansyah T. Armansyah Teuku Armansyah Teuku Armansyah Tria Deviana Putri Wahyuni, Sri Wenny Novita Sari Wida Puspita Arum Yezi Gita Rahayu Yusmadi Yusmadi YUSRA YUSRA Zainuddin Z ZK Abdurahman Baizal Zuhrawati Zuhrawati Zulkifli Z Zuraidawati -