Claim Missing Document
Check
Articles

PERBANDINGAN KARAKTER MERISTIK PADA Varanus salvator macromaculatus Deraniyagala, 1944 DARI POPULASI WILAYAH SUMATERA Sri Catur Setyawatiningsih; Evy Ayu Arida; Dedy Duryadi Solihin; Arief Boediono; Wasmen Manalu
ZOO INDONESIA Vol 24, No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v24i2.680

Abstract

Karakter meristik (hitung sisik) merupakan karakter pendiagnosa dalam mencandra biawak, termasuk Varanus salvator complex. V. s. macromaculatus tersebar paling luas di antara anak jenis Biawak Air sehingga diduga memiliki variasi morfologi. Hal tersebut ditunjukkan adanya ketumpangtindihan hitung sisik V.s. macromaculatus dengan anak jenis lainnya. Maka hitung sisik bukan sebagai karakter pendiagnosa yang mandiri. Oleh karenya digunakan pola warna sebagai karakter pendiagnosa lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakter hitung sisik dan pola warna tubuh V.s. macromaculatus asal Pulau Sumatera dan pulau-pulau satelitnya serta Pulau Jawa untuk melihat kekonsistenan dan kemandirian karakter meristik pada anak jenis tersebut. Kami juga mengidentifikasi karakter hitung sisik yang membedakan dua anak jenis, yaitu V.s. macromaculatus dan V.s. bivittatus. Karakter hitung sisik di bagian tengah tubuh (karakter S) dan pola warna tubuh dapat digunakan untuk membedakan populasi Biawak Air asal Pulau Simeulue dengan setiap populasi yang diteliti (populasi asal Pulau Sumatera, Pulau Batam, Pulau Kundur, dan Pulau Jawa). Karakter S bersifat konsisten dan bukan sebagai karakter pendiagnosa mandiri. Hitung sisik di sekitar pangkal ekor (karakter Q) dapat membedakan anak jenis Biawak Air, yaitu V.s. macromaculatus dan V.s. bivittatus dalam penelitian ini.
ETHOGRAM PERILAKU ALAMI INDIVIDU TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer Robinson and Kloss, 1916) DALAM LABORATORIUM Agus Wahyana Anggara; Dedy Duryadi Solihin; Wasmen Manalu; Irzaman Irzaman
ZOO INDONESIA Vol 24, No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v24i2.739

Abstract

Perilaku merupakan respons senso-motorik makhluk hidup terhadap beragam stimulus dan fluktuasi kondisi lingkungan. Pengamatan terhadap perilaku alami tikus sawah telah dilakukan pada kondisi laboratorium. Tikus sawah tersebut ditangkap dari lapangan. Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan perilaku alami tikus sawah. Semua aktivitas tikus percobaan dipantau kamera CCTV dan dilakukan pengamatan saksama untuk membuat ethogram. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas normal tikus sawah sepanjang periode aktifnya pada malam hari meliputi perilaku keluar-masuk lubang sarang, mengendus, mengawasi, menjelajah, makan dan minum, merawat diri, istirahat, dan menggali tanah. Sebagian besar aktivitas dilakukan pada pukul 17:30-22:00 WIB sehingga dapat dinyatakan bahwa periode tersebut merupakan waktu puncak aktivitas tikus sawah. Hasil percobaan diharapkan dapat menjadi standar perilaku alami tikus sawah untuk dibandingkan dengan respons tikus uji ketika dipaparkan kembali vokalisasi alaminya. Vokalisasi yang memberikan perbedaan respon perilaku tikus dianggap sebagai suara
VOKALISASI BIOAKUSTIK TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer Robinson and Kloss, 1916) PADA RENTANG SUARA TERDENGAR DI AGROEKOSISTEM SAWAH IRIGASI SUKAMANDI, SUBANG, JAWA BARAT Agus Wahyana Anggara; Dedy Duryadi Solihin; Wasmen Manalu; Irzaman Irzaman
ZOO INDONESIA Vol 23, No 2 (2014): Desember 2014
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v23i2.347

Abstract

Pertumbuhan dan daya tahan tubuh juwana kerapu bebek (Cromileptes altivelis) yang mendapatkan tambahan selenium dan terpapar cekaman lingkungan Muhaimin Hamzah; M. Agus Suprayudi; Nur Bambang Priyo Utomo; Wasmen Manalu
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 12 No 2 (2012): Desember 2012
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v12i2.122

Abstract

This study was conducted to determine the level of sodium selenite (inorganic selenium) supplementation on growth and vitality of juvenile humpback grouper (Cromileptes altivelis) exposed to environmental stress. The experiment was designed as a completely randomized design with six treatments and three replications. The treatment was Se (sodium selenite) supplementation at various levels i.e. 0, 0.025, 0.05, 0.1, 0.2, and 0.4 mg Se kg-1. The experimental juveniles humpback grouper having average initial length of 5,83+0,28 cm and body weight of 3,47+0,43 g were reared in 90 x 40 x 35 cm3 aquaria and fed artificial diet (pellet) two times daily (08.00 and 16.00) at satiation. The humpback grouper were reared for 42 days at the stocking density of 15 fishes per 100 L on sea water with salinity of 30-31 ppt and temperature of 28-29oC. At the end of the experiment, the experimental fishes were submerged in fresh water for 10 minutes to evaluate their responses to osmolarity stress. Result of this study showed that the survival rate, daily growth rate, feed intake, feed efficiency, protein retention, liver glycogen, muscle glycogen, and all parameters of blood profile were not affected by the Se supplementation. On the contrary, Se supplementation improved lipid retention, plasma GPx enzyme activity, RNA-DNA ratio, and T3-T4 ratio. The addition of sodium selenite at dose of 0,05 mg Se kg-1 increased growth performance and vitality of juvenile humpback grouper. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah penambahan sodium selenite (selenium anorganik) dalam pakan yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan tubuh juwana kerapu bebek (Cromileptes altivelis) yang terpapar pada cekaman akibat perubahan kondisi lingkungan. Percobaan didesain menggunakan rancangan acak lengkap dengan enam perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah penambahan selenium (Se) dalam bentuk sodium selenite (Se anorganik) pada berbagai dosis (0; 0,025; 0,05; 0,1; 0,2; dan 0,4 mg Se kg-1). Juwana kerapu bebek yang di-gunakan berukuran panjang awal rata-rata 5,83+0,28 cm dan bobot tubuh rata-rata 3,47+0,43 g dipelihara dalam akuarium berukuran 90 x 40 x 35 cm3 dan diberi pakan buatan berbentuk pellet frekuensi dua kali sehari (pukul 08.00 dan 16.00) at satiation. Ikan dipelihara selama 42 hari dengan padat penebaran 15 ekor per 100 liter air laut bersalinitas 30-31 ppt dan suhu 28-29 oC. Pada akhir pemeliharaan, ikan direndam di dalam air tawar selama 10 menit untuk mengetahui respons stres akibat perubahan osmolaritas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, konsumsi pakan, efisiensi pakan, retensi protein, glikogen hati, glikogen otot, dan semua parameter gambaran darah tidak dipengaruhi oleh penambahan Se. Sebaliknya, penambahan Se meningkatkan retensi lemak, aktivitas enzim GPx plasma, rasio RNA-DNA, dan rasio T3-T4. Penambahan sodium selenite dosis 0,05 mg Se kg-1 mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan dan daya tahan tubuh juwana kerapu bebek.
Perubahan plasma darah dan kematangan gonad pada ikan betina Tor soro di kolam pemeliharaan [Changes of blood plasma and gonadal maturity on female Tor soro in pond] Hesti Wahyuningsih; Muhammad Zairin Jr; Agus Oman Sudrajat; Ligaya ITA Tumbelaka; Wasmen Manalu
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v12i1.127

Abstract

Tor soro is an endemic species of freshwater fish in North Sumatera. Year by year the population of Tor soro tend to decrease. Currently,Torsorohashadtechnologyofdomestication. In order to support the success of breeding of Tor soro, information on the gonad development is urgently needed. Oocyte diameter and biochemistry of blood plasma of eight young females was carried out every month during a year (April 2009-March 2010). The estradiol-17p concentration was high received in July (0.9±0.8 ng ml'1), then decreased drastically in August (0.20±0.16 ng ml'1) and again increased until achieving the highest concentration in March.The highest of the estradiol-17p concentration correspond the peak of vitellogenesis towards the maturation. Biochemistry of blood plasma low in June as follow protein total 3.9±0.359 g dl-1; cholesterol 0.13±0.014 g dl-1; triglyceride 0.1±0.021 g dl-1 occurred at the time of the maximum size oocyte development. Concentration of low glucose existed in September (0.04±0.019 g dl-1) when the fish ovulated, this condition increased gradually up to optimal in February (0.12±0.003 g dl-1).Meanwhile optimal ovarian maturity occurred in June and September. AbstrakTor soro merupakan ikan endemik di Sumatera Utara dengan populasinya yang kian menurun. Saat ini, Tor soro telah mengalami teknologi domestikasi dan mampu dilakukan perbanyakan ikan pada kolam budidaya sejak tahun 2000. Informasi tentang reproduksi ikan ini masih sangat sedikit sehingga perlu adanya kajian tentang perkembangan gonad sebagai data awal pengembangan budi daya. Dalam studi ini digunakan delapan ekor betina muda. Pengukuran diameter oosit dan parameter biokimia plasma darah dilakukan sebulan sekali selama setahun (April 2009-Maret 2010). Konsen-trasi estradiol-17p yang tinggi diperoleh pada bulan Juli 2009 (0,9±0,8 ng ml-1), kemudian menurun drastis pada bulan Agustus 2009 (0,20±0,16 ng ml-1) dan kembali meningkat hingga mencapai konsentrasi tertinggi pada bulan Maret 2010. Tingginya konsentrasi estradiol-17p ini menunjukkan puncak vitelogenesis menuju maturasi. Hasil pengukuran biokimia plasma (total protein, kolesterol dan trigliserida, kecuali glukosa) yang rendah diperoleh pada bulan Juni 2009 (total protein 3,9±0,359 g dl-1; kolesterol 0,13±0,014 g dl-1; trigliserida 0,1±0,021 g dl-1) yang terjadi pada saat ukuran oosit mencapai maksimum. Konsentrasi glukosa terendah pada bulan September 2009 (0,04±0,019 g dl-1) saat ikan mengalami ovulasi, dan selanjutnya meningkat secara bertahap hingga mencapai optimal pada bulan Februari 2010 (0,12±0,003 g dl-1). Perkembangan kematangan gonad mencapai optimum pada bulan Juni dan September 2009.
PEMIJAHAN INDUK, PROFIL KOLESTEROL, DAN ASAM LEMAK TELUR LOBSTER PASIR (Panulirus homarus) HASIL BUDIDAYA Yudha Trinoegraha Adiputra; Muhammad Zairin Jr.; Muhammad Agus Suprayudi; Wasmen Manalu; Widanarni Widanarni
Jurnal Riset Akuakultur Vol 13, No 3 (2018): (September 2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (999.095 KB) | DOI: 10.15578/jra.13.3.2018.219-227

Abstract

Pembenihan lobster pasir (Panulirus homarus) belum berkembang di Indonesia karena terbatasnya teknik pemijahan induk dan belum diketahuinya tingkat keberhasilan induk betina membawa telur dan profil telur hasil pemeliharaan. Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh ablasi satu tangkai mata, metode pemijahan massal dan individual pada bulan gelap dan terang pada induk berganti kulit dan membawa telur, serta konsentrasi kolesterol dan asam-asam lemak telur pada lama pengeraman berbeda. Induk betina dan jantan dipakai secara terus-menerus saat percobaan pemijahan. Pemijahan pertama menggunakan pemijahan dengan rasio 2:1 pada bulan gelap. Percobaan kedua dan ketiga menggunakan pemijahan massal selama bulan terang dan gelap. Profil telur dibandingkan konsentrasi kolesterol dan asam lemaknya pada 1, 2, dan 3-4 minggu pengeraman. Hasil penelitian menunjukkan ablasi tangkai mata dapat menstimulasi pemijahan individual dan massal yang didahului dengan ganti kulit pada induk betina sebagai indikator pemijahan. Pemijahan massal pada bulan gelap menghasilkan induk betina membawa telur terbanyak dibandingkan pemijahan individual pada bulan gelap dan pemijahan massal pada bulan terang. Konsentrasi kolesterol dan asam-asam lemak telur mengalami perubahan mengikuti lama pengeraman oleh induk yang menunjukkan terjadinya peningkatan kematangan telur (P<0,05).Spiny lobster (Panulirus homarus) hatchery has not been developed in Indonesia. Major constraints were limited broodstock spawning techniques, low incidence of eggs-berried broodstock, and unknown eggs profile. This study aimed to evaluate the effects of eyestalk ablation, spawning methods and moon circulation to molted, the number of eggs berried of females, and eggs-berried cholesterol and fatty acids profiles. Individual and mass spawning during full and new moon were used in this studies. Female and male broodstocks were used for consecutive spawning with ratio 2:1. The first study was used individual spawning during new moon. The second and third studies were used mass spawning during full moon and new moon, respectively. Eggs-berried profile compared concentration of cholesterol and fatty acids during 1, 2, and 3-4 weeks. Results showed eyestalk ablation stimulated individual or mass spawned and molted of female as early indicator of spawning. Full moon and mass spawning supported more eggs-berried female broodstock than that of other methods. Cholesterol and fatty acids showed different concentration within 1, 2, and 3-4 weeks of eggs-berried that supported eggs maturity (P<0.05).
Perkembangan Anak Tikus (F1) Asal Induk Penerima Asam Valproat sebagai Model Diabetes Mellitus HADI SUNARYO; WASMEN MANALU; ADI WINARTO; BAMBANG KIRANADI
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol 12 No 2 (2014): JIFI
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.411 KB)

Abstract

To do research and development of antidiabetic drugs, animal models of diabetes in accordance with the conditions is required. The aim of this research was to develop a diabetic model that is fit to the pathophysiology of diabetic condition. The pregnant female rats were divided into 2 groups, one group was orally treated by a single dose of valproic acid (250 mg/kg bw) on day 9th of pregnancy and the other was a control. At the ages of 8, 16 and 24 weeks the blood samples of litters (F1) were taken for glucose, insulin and triglyceride determination. At the same time, pancreatic tissues were collected under deep anesthetic condition for immunohistological study. Results of blood glucose concentrations and histological finding of litters (F1) indicated that at the age of 8 weeks both had showed a similar pattern as compared to control. At the ages of 16 and 24 weeks, blood glucose and insulin level showed a significant increase, while positive insulin cells slightly decreased in number. It can be concluded that treating rat with valproic acid on days 9 of gestation will inhibit pancreatic β cells function. There is an indication that F1 of valproic acid treated pregnant mother start showing a metabolic syndrome at 16 weeks and being pronounce by aging.
Evaluasi Aktivitas Diuretik Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) Sebagai Diuretik Alami: Kadar Natrium, Kalium, dan pH Urin ANDRIYANTO ANDRIYANTO; PONIMAN PONIMAN; ABADI SUTISNA; WASMEN MANALU
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol 11 No 1 (2013): JIFI
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1981.103 KB)

Abstract

Previous study reported that Averrhoa bilimbi fruits had a potency as a natural diuretic. This research was conducted to examine the effects of ethanolic extract of Averrhoa bilimbi fruits on diuretic activity, urine sodium and potassium concentrations, and pH of urine male rats Sparague-Dawley. Fifteen rats were divided into 5 groups and 3 replications. Group 1 was given saline (negative control), group 2 was given furosemide 20 mg/kg bw (positive control), group 3 was given extract of Averrhoa bilimbi 0.44 g/kg bw, group 4 was given extract of Averrhoa bilimbi 0.88 g/kg bw, group 5 was given extract of Averhoa bilimbi 1.75 g/kg bw. Averrhoa bilimbi extract, saline, and furosemide were administred orally. The diuretic activity was determined by measuring cumulative urine volume for 10 hours post administration. The result showed that the extract of Averrhoa bilimbi at dosages of 0.88 and 1.75 g/kg bw increased sodium and potassium excretion by 18-36% and 22-27%, respectively. On the other hand, the increased diuretic activity and sodium and potassium excretion dramatically decreased urine pH. It was concluded that extract of Averrhoa bilimbi at dosages of 0.88 and 1.75 g/kg bw increased diuretic activity with enchanced sodium and potassium excretion in urine. The extract of Averrhoa bilimbi cosisted of alkaloid, flavonoid, and saporin that were assumed to have synergic activities as natural diuretics.
PERBANDINGAN KARAKTER MERISTIK PADA Varanus salvator macromaculatus Deraniyagala, 1944 DARI POPULASI WILAYAH SUMATERA Sri Catur Setyawatiningsih; Evy Ayu Arida; Dedy Duryadi Solihin; Arief Boediono; Wasmen Manalu
ZOO INDONESIA Vol 24, No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v24i2.680

Abstract

Karakter meristik (hitung sisik) merupakan karakter pendiagnosa dalam mencandra biawak, termasuk Varanus salvator complex. V. s. macromaculatus tersebar paling luas di antara anak jenis Biawak Air sehingga diduga memiliki variasi morfologi. Hal tersebut ditunjukkan adanya ketumpangtindihan hitung sisik V.s. macromaculatus dengan anak jenis lainnya. Maka hitung sisik bukan sebagai karakter pendiagnosa yang mandiri. Oleh karenya digunakan pola warna sebagai karakter pendiagnosa lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakter hitung sisik dan pola warna tubuh V.s. macromaculatus asal Pulau Sumatera dan pulau-pulau satelitnya serta Pulau Jawa untuk melihat kekonsistenan dan kemandirian karakter meristik pada anak jenis tersebut. Kami juga mengidentifikasi karakter hitung sisik yang membedakan dua anak jenis, yaitu V.s. macromaculatus dan V.s. bivittatus. Karakter hitung sisik di bagian tengah tubuh (karakter S) dan pola warna tubuh dapat digunakan untuk membedakan populasi Biawak Air asal Pulau Simeulue dengan setiap populasi yang diteliti (populasi asal Pulau Sumatera, Pulau Batam, Pulau Kundur, dan Pulau Jawa). Karakter S bersifat konsisten dan bukan sebagai karakter pendiagnosa mandiri. Hitung sisik di sekitar pangkal ekor (karakter Q) dapat membedakan anak jenis Biawak Air, yaitu V.s. macromaculatus dan V.s. bivittatus dalam penelitian ini.
ETHOGRAM PERILAKU ALAMI INDIVIDU TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer Robinson and Kloss, 1916) DALAM LABORATORIUM Agus Wahyana Anggara; Dedy Duryadi Solihin; Wasmen Manalu; Irzaman Irzaman
ZOO INDONESIA Vol 24, No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v24i2.739

Abstract

Perilaku merupakan respons senso-motorik makhluk hidup terhadap beragam stimulus dan fluktuasi kondisi lingkungan. Pengamatan terhadap perilaku alami tikus sawah telah dilakukan pada kondisi laboratorium. Tikus sawah tersebut ditangkap dari lapangan. Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan perilaku alami tikus sawah. Semua aktivitas tikus percobaan dipantau kamera CCTV dan dilakukan pengamatan saksama untuk membuat ethogram. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas normal tikus sawah sepanjang periode aktifnya pada malam hari meliputi perilaku keluar-masuk lubang sarang, mengendus, mengawasi, menjelajah, makan dan minum, merawat diri, istirahat, dan menggali tanah. Sebagian besar aktivitas dilakukan pada pukul 17:30-22:00 WIB sehingga dapat dinyatakan bahwa periode tersebut merupakan waktu puncak aktivitas tikus sawah. Hasil percobaan diharapkan dapat menjadi standar perilaku alami tikus sawah untuk dibandingkan dengan respons tikus uji ketika dipaparkan kembali vokalisasi alaminya. Vokalisasi yang memberikan perbedaan respon perilaku tikus dianggap sebagai suara
Co-Authors - Hernawati . Safrida ., Chairul A Yani ABADI SUTISNA Abdul Zahid Adawiah . Ade Sunarma Ade Sunarma Adi Winanto Adi Winarto Adi Winarto Adi Winarto Agik Suprayogi Agus Oman Sudrajat Agus Wahyana Anggara Agus Wahyana Anggara Agus Wahyana Anggara, Agus Wahyana Ahmad Subhan Ahmad Yani ahmad yani Aisjah Girindra Alfred O. M. Dima Alifiana Fitrianingrum Amrozi Andi Mu’nisa Andri Yanto Andriyanto Andriyanto Andriyanto Andriyanto . Andriyanto A Andriyanto Andriyanto Andriyanto Andriyanto Andriyanto Andriyanto Andriyanto Andriyanto Andriyanto Andriyanto Andriyanto Andriyanto Andriyanto Andriyanto Andriyanto Anita Esfandiari Anuraga Jayanegara Arief Boediono Aryani Satyaningtijas Aswani, Tuti Aulia Andi Mustik Aulia Andi Mustika Aulia Andri Mustika Awaludin Azam B. Zaidy B P Purwanto B. P. Purwanto Bagus Priyo Purwanto Bambang Gunadi Bambang Gunadi Bambang Gunadi Bambang Kiranadi Bambang Kiranadi BAMBANG KIRANADI Bambang Pontjo Priosoeryanto Benny Heltonika Bondan Achmadi Cece Sumantri Chairul - Chairul Chairul Chairun Nisa Christina Clarice Leksono Cut Dara Dewi Damiana Rita Ekastuti Debby Jacqualine Jochebed Rayer Dedy D. Solihin Deni Noviana Deni Radona, Deni Desrial DEWI APRI ASTUTI Dewi Ratih Agung Priyono Dewi Ratih Agungpriyono Dewi Ratih Agungpriyono Dewi Ratih Agungpriyono Diah Nugrahani Pristihadi Diky Yuliansah Diky Yuliansah Dwi Gunadi Dwi Setyaningsih Dwi Utari Rahmiati Dyah Iswantini Edwin Ligia Sastra Ekowati Handharyani Elpita Tarigan Elpita Tarigan Elpita Tarigan Elpita Tarigan Elpita Tarigan Erli Chandra Etih Sudarnika Evy Ayu Arida EVY AYU ARIDA Fachriyan H. Pasaribu Firda Agustin Firda Agustin Firda Agustin, Firda Fitra Aji Pamungkas Fitra Aji Pamungkas Fitra Aji Pamungkas Fitria Senja Murtiningrum Friska Mery Montolalu Ganjar Maulana Nugraha HADI SUNARYO Hamdika Yendri Hamdika Yendri Hamdika Yendri Hamdika Yendri Hamdika Yendri Putra Hamdika Yendri Putra Hamdika Yendri Putra Hamdika Yendri Putra Hamdika Yendri Putra Hamny Sofyan Henni Syawal HERA MAHESHWARI Hera Maheswari, Hera Hernawati Hernawati Hesti Wahyuningsih Huda Shalahudin Darusman Hurip Pratomo Hurip Pratomo Husna, Hanifati I Ketut Mudite I Komang Gede Wiryawan Iman Hernaman Iman Supriatna Ira Agustina Dewi Gandasari Irfan Nurhidayat Irma Herawati Suparto Irzaman, Irzaman Isdoni Bustaman Jakaria Jakaria Jihan Fadilah Rachman Nurullah Jola J.M.R. Londok Joni Haryadi, Joni Kapelle, Imanuel B. D. Kardiyo Praptokardiyo Karin katina Hasya Kasiyati Kasiati Kharisma Mardathilah Kharisma Mardathilah Kiranadi Bambang koekoeh santoso Koekoeh Santoso Koekoeh Santoso Koeswinarning Sigit Komariah Komariah Komariah Krido Brahmo Putro Kusdiantoro Mohamad Kusumorini Nastiti La Eddy La Jumadin Leliana Nugrahaning Widi Leliana Nugrahaning Widi Leliana Nugrahaning Widi Leliana Nugrahaning Widi Leliana Nugrahaning Widi Leliana Nugrahaning Widi Leliana Widi Leliana Widi Lendrawati Lendrawati Leo Sapelani Soinbala Lies Parede Lina Noviyanti Sutardi Lis Rosmanah Lis Rosmanah Livana Dethris Rawung Lucia Johana Lambey Lynette Ong Huey M. Zairin Junior M.Y Sumaryadi Mas Yedi Sumaryadi Masriani . Meillisa Carlen Mainassy Mien Th. R. Lapian Mohamad Hasil Tamzil Mohamad Yamin Mohamad Yogie Hendrawan Mohammad Miftahurrohman Mokhamad Fakhrul Ulum, Mokhamad Muhaimin Hamzah MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI Muhammad Darjat Darulfalah Muhammad Junior Zairin Muhammad Zairin Jr Muhammad Zairin Jr. Muhammad Zairin Junior Murniaty Simorangkir Nabila Martha Ludi Miftahurahma Nahrowi Nahrowi Nastiti Kusomorini Nastiti Kusumorini Nastiti Kusumorini NASTITI KUSUMORINI NASTITI KUSUMORINI Nelda Fliza Zora Ni Made Ria Isriyanthi Nur Bambang Priyo Utomo Nur Bambang Priyo Utomo Nurhidayat - Nurhidayat, Nurhidayat Odang Carman Pollung Hasiholan Siagian PONIMAN PONIMAN Pudji Achmadi Purwantiningsih Sugita Putut I. Pudjiono R G Sianturi Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi Rahminiwati, Min Rarah Ratih Adjie Maheswari Resi Milna Revolson Mege Riasari Gail Sianturi Riasari Gail Sianturi Riasari Gail Sianturi Ridi Arif RIDWAN AFFANDI Rindy Fazni Nengsih Rindy Fazni Nengsih Rindy Fazni Nengsih Rindy Fazni Nengsih Rindy Fazni Nengsih Risna Anggraeni Ronald Tarigan Ronald Tarigan Ronald Tarigan Ronny Rachman Noor Rosdianto, Aziiz Mardanarian Rosdianto, Aziiz Mardanarian Rudi Priyanto Rudi Priyanto Rudy Priyanto Rukmiasih Rukmiasih Ruqiah Ganda Putri Panjaitan Sabri Mustafa Safrida Safrida SATA YOSHIDA SRIE RAHAYU Sattabongkoch Maneewong Sela Septima Mariya Sharon Aurelia Sharon Aurelia Sharon Aurellia Silmy Kamila Widyanti Silmy Kamila Widyanti Sitti Wajizah Sri Catur Setyawatiningsih Sri Catur Setyawatiningsih Sri Nuryati Sri Subekti Subangkit, Mawar Suhendro, Ikhsan Sumiati Sumiati Sumiati Sumiati Sumiaty Aiba Sunarno . Sunarno s Sunarno Sunarno Sutiastuti Wahyuwardani Sutiastuti Wahyuwardani SYAHRUN HAMDANI NASUTION TARUNI SRI PRAWAST MIEN KAOMINI ANY ARYANI DEDY DURYADI SOLIHIN TATI NURHAYATI Tiltje Andretha Ransaleleh TOHA SUTARDI Toto Toharmat Tri Budhi Murdiati Tri Budhi Murdiati Tuti Aswani Tutik Wresdiyati Umi Cahyaningsih Uus Saepuloh Wahyuni, Sri Wida Lesmanawati Widanarni Widanarni WIDANARNI WIDANARNI Wiranda G Piliang Wiranda G Piliang Wiranda G. Piliang Wiwin Winarsih Y. Hadiroseyani Yayuk Sri Rahayu Yetmaneli, Yetmaneli Yudha Trinoegraha Adiputra Yudha Trinoegraha Adiputra Yulia Yellita Yulvian Sani yuri, Nurasmi yuri Yusa Irarang Yusa Irarang Yusa Irarang Yusa Irarang Yusa Irarang Yusfiati Yusfiati Yuvensius Yuvensius Zulfa Zakiah