Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menjadi katalis utama dalamtransformasi sistem pelayanan kesehatan global, termasuk di Indonesia.Di era digital di manakecepatan dan akurasi diperlukan, data adalah fondasi utama untuk keputusan klinis dan konduktivitasyang efektif. Artikel ini membahas secara komprehensif bagaimana pemanfaatan TIK, terutamamelalui sistem digital seperti Rekam Medis Elektronik (RME), Sistem Informasi Manajemen RumahSakit (SIMRS), dan Clinical Decision Support System (CDSS), berkontribusi terhadap peningkatankualitas data dan pengambilan keputusan di bidang kesehatan.TIK memungkinkan pencatatan data pasien yang lebih akurat, real-time, dan terstandar, sehinggamengurangi kesalahan akibat pencatatan manual serta meningkatkan kontinuitas informasi antarfasilitas kesehatan. Selain itu, integrasi data dari berbagai sumber memungkinkan pendekatanpelayanan yang lebih holistik, prediktif, dan preventif. Misalnya, dengan memanfaatkan analitik bigdata, institusi kesehatan dapat mengidentifikasi tren penyakit, mengantisipasi wabah, danmerumuskan intervensi yang lebih tepat sasaran. Telemedicine pun menjadi solusi inovatif dalammenjangkau layanan kesehatan ke wilayah terpencil dan memperluas akses masyarakat terhadappelayanan medis tanpa batas geografis.Namun, artikel ini juga menggaris bawahi sejumlah tantangan dalam implementasi TIK di sektorkesehatan, antara lain keterbatasan infrastruktur, kesenjangan digital antar wilayah, serta rendahnyaliterasi digital di kalangan tenaga medis. Di samping itu, isu privasi dan keamanan data pasienmenjadi sorotan penting, mengingat data kesehatan bersifat sangat sensitif. Risiko kebocoran akibatserangan siber atau pengelolaan data yang kurang tepat dapat berdampak pada etika, hukum, dankepercayaan publik terhadap sistem kesehatan digital.Ketergantungan berlebih pada teknologi juga dikhawatirkan dapat mengurangi peran analisis klinismanusia, serta menimbulkan tantangan baru dalam menjaga keseimbangan antara efisiensi dan empatidalam pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, penting bagi sistem TIK dirancang sebagai alat bantukeputusan, bukan sebagai pengganti fungsi kritis tenaga kesehatan.Artikel ini juga mengeksplorasi strategi implementasi yang diperlukan untuk memastikan integrasiTIK yang optimal dan berkelanjutan dalam sistem kesehatan. Strategi tersebut mencakup penguatankapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan peningkatan literasi digital, pengembanganregulasi yang mendukung keamanan data, serta pembangunan infrastruktur yang merata, khususnya didaerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Keterlibatan aktif lintas sektor, termasuk pemerintah,akademisi, dan masyarakat, menjadi prasyarat penting dalam membangun ekosistem kesehatan digitalyang inklusif dan adil.Pemanfaatan TIK juga berperan dalam memperkuat transparansi dan akuntabilitas pelayanan.Dashboard kinerja berbasis data, sistem pelaporan online, dan pelibatan pasien melalui aplikasikesehatan digital menjadi bagian dari transformasi tata kelola kesehatan yang lebih modern. Konseppatient-centered care pun semakin terealisasi melalui layanan digital yang dipersonalisasi, yang memfasilitasi keterlibatan aktif pasien dalam proses perawatan mereka sendiri.Sebagai kesimpulan, Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) bukan lagi sekadar pilihan, melainkankebutuhan strategis dalam menghadapi tantangan kompleks di bidang kesehatan, baik dalam kontekspenyakit menular, penyakit tidak menular, hingga krisis sistemik seperti pandemi. Dengan dukungankebijakan yang kuat, kapasitas SDM yang memadai, dan kolaborasi lintas sektor yang sinergis,pemanfaatan TIK memiliki potensi besar dalam membentuk sistem kesehatan yang cerdas, tangguh,dan berorientasi pada pasien. Artikel ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademik danpraktis dalam mendorong pemahaman serta penerapan TIK secara menyeluruh di sektor kesehatan,khususnya bagi mahasiswa dan pemangku kepentingan di bidang teknologi informasi kesehatan.