Pemanfaatan enzim bromelain yang diperoleh dari fermentasi limbah nanas merupakan wujud pergeseran paradigma dari ekonomi linear menuju bioekonomi sirkular dan bioekonomi biru yang menautkan kesehatan manusia dengan kelestarian ekosistem maritim. Limbah kulit, inti, dan mahkota nanas, yang umumnya dipandang sebagai residu tak bernilai, sesungguhnya kaya akan enzim proteolitik bromelain yang berpotensi sebagai agen bioaktif untuk mendukung proses bone healing. Artikel ini bertujuan menelaah secara filosofis dan ilmiah potensi bromelain hasil fermentasi nanas sebagai agen adjuvan penyembuhan tulang sekaligus sebagai instrumen pengurangan beban limbah agrikultur yang bermuara ke ekosistem pesisir dan laut. Metode yang digunakan adalah telaah pustaka naratif dengan penguatan semi-sistematis melalui penelusuran literatur. Hasil telaah menunjukkan bahwa bromelain fermentasi nanas memiliki aktivitas antiinflamasi, proteolitik, dan imunomodulator yang relevan dengan fase-fase kunci penyembuhan tulang, serta berpotensi diintegrasikan ke dalam berbagai platform biomaterial seperti hidrogel dan scaffold untuk pelepasan lokal yang terkontrol. Pada saat yang sama, fermentasi limbah nanas memungkinkan skema produksi enzim yang mendekati konsep zero-waste, membuka peluang ekonomi pada skala komunitas hingga industri, dan mengurangi aliran limbah organik ke wilayah pesisir. Secara filosofis, pemanfaatan bromelain hasil fermentasi nanas dimaknai sebagai upaya “memulihkan tulang manusia tanpa merusak tulang punggung ekosistem laut”, yang menyatukan agenda inovasi terapi regeneratif, pengelolaan limbah yang berkeadilan ekologis, dan penguatan ekologi maritim berkelanjutan.