Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat menimbulkan gangguan saluran nafas atau MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis). Gejala yang dirasakan oleh pasien tuberkulosis paru, seperti batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2020, kejadian TB di dunia menjukkan sebanyak 10 juta kasus yang meliputi 5,6 juta terjadi pada pria, 3,3 juta terjadi pada wanita, dan pada anak-anak sebanyak 1,1 juta kasus. Terjadi peningkatan 600.000 kejadian TB pada tahun 2021 (6 juta kasus pada pria, 3,4 juta kasus pada wanita, dan pada anak-anak sebanyak 1, 2 juta kasus). Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit yang jumlah kasusnya cukup tinggi di dunia. Indonesia sendiri merupakan negara urutan ketiga untuk penderita Tuberkulosis tertinggi di dunia. Data Kemenkes tahun 2020 ditemukan kasus TB sebesar 393.323 kasus di Indonesia. Meningkat sebesar 443.236 kasus ditahun 2021. Semakin meningkat hingga mencapai 824.000 kasus pada tahun 2022. Faktor kondisi fisik rumah seperti tingkat pencahayaan, kepadatan hunian, luas ventilasi, dan jenis tanah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberadaan bakteri penyebab tuberkulosis paru. Resistensi bakteri penyebab tuberkulosis paru di dalam rumah tergantung pada keberadaan sinar matahari, jenis tanah dan kepadatan apartemen. Selain itu, tinggal atau bekerja di lingkungan yang padat penduduk, tingkat insiden tinggi, dan ventilasi buruk dapat meningkatkan risiko paparan Mycobacterium tuberculosis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah literature review, Penelitian ini menggunakan data dari hasil penelitian yang sudah diedarkan pada jurnal online dari tahun 2017 – 2023. Peneliti melakukan pencarian jurnal penelitian yang dipublikasikan diinternet menggunakan Google Scholar dan Research Gate. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari 10 jurnal (sepuluh) jurnal yang dianalisis ditemukan bahwa 9 (Sembilan) jurnal menyatakan terdapat hubungan antara pencahayaan, kelembaban, kepadatan hunian rumah, suhu, ventilasi, jenis dinding, jenis lantai, dan sanitasi lingkungan dengan kejadian TB Paru. dari 10 jurnal (sepuluh) jurnal yang dianalisis ditemukan bahwa 7 (Tujuh) jurnal menyatakan tidak ada hubungan antara ventilasi, pencahayaan, jenis lantai, kepadatan hunian, jenis dinding, dan suhu dengan kejadian TB Paru. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dengan metode literature review Faktor Risiko Kondisi Fisik Rumah seperti kepadatan hunian rumah, pencahayaan yang kurang, kelembaban rumah yang tinggi, ventilasi yang tdak memadai, jenis dinding rumah, jenis lantai rumah, dan suhu ruangan sangat mendukung kejadian Tuberkulosis Paru.