Articles
The Adaptive Performance Model of Marines: The Role of Job Demands and Crafting Strategy
Dwi Warih Untari;
Fendy Suhariadi;
Andreas Budihardjo
Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 9, No 1 (2022): PSYMPATHIC
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/psy.v9i1.10031
The success of the Marine Corps organization depends on the ability of its personnel to respond positively and overcome environmental challenges, acquire the new required skills, take official orders assiduously, and exhibit the adaptive performance from assigned tasks. Therefore, this study aims to analyze the adaptive performance model suitable for Marine Corps personnel by using job demands and crafting strategy as predictor and mediator variables, respectively. A quantitative method was used with cross-sectional and purposive sampling techniques. The model was tested using a sample of 230 Marine Intermediate Officers. The goodness of fit of the adaptive performance model is quite positive, with RMR = .05, CFI = .926, and TLI= .908. The results of the Structural Equation Model (SEM) analysis with AMOS 22 showed that: 1) the adaptive performance model offered for Marine Intermediate Officers is quite fit. 2) Job demands have a strong direct effect on adaptive performance. 3) Job crafting acts as a partial mediator between work demands and adaptive performance.
Confirmatory Factor Analysis of the Personal Growth Initiative Scale-II in Indonesian Women Leaders
Dhini Rama Dhania;
Fendy Suhariadi;
Fajrianthi Fajrianthi
Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 9, No 1 (2022): PSYMPATHIC
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/psy.v9i1.12390
This study aimed to examine the 16 items of the Personal Growth Initiative Scale-II (PGIS-II) psychometric traits among women holding corporate leadership positions in Indonesia. It used quantitative methods and was conducted on 181 women in various management positions. Confirmatory factor analysis (CFA) was used to analyze the PGIS-II instrument factorial validity comprising four dimensions and to determine the factor structure suitability. Furthermore, internal reliability and convergent validity were analyzed from the total and subscale scores. The results showed that the maximum likelihood estimation (MLE) matched scores with different ranges. PGIS-II's internal reliability indicated the intentional planning dimensions and behavior that require modifying the items’ measurement and analysis. In terms of validity, the Intentional Behavior (IB2) indicator does not meet the standard loading factor (SLF). However, these findings suggest that the PGIS-II scale could be used to study female figures in Indonesia.
Tantangan Perguruan Tinggi Negeri dalam Kesiapan untuk Berubah
Neka Erlyani;
Fendy Suhariadi;
Rakhman Ardi;
Ahmad Alim Bachri
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20527/ilung.v2i2.4746
Era global menuntut segala sektor bersiap menghadapi era VUCA tak kecuali Perguruan Tinggi Negeri (PTN). PTN tidak hanya sebagai pusat ilmu pengetahuan, pusat penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat tetapi juga suatu entitas korporasi penghasil ilmu yang perlu bersaing untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Banyak PTN sudah melakukan reformasi tata Kelola Pendidikan untuk menjadi PTN yang berdaya saing. Tiga jenis statuta tata Kelola PT yaitu Satker, PTN BLU, dan PTN BH. Kesiapan untuk berubah menjadi kunci dalam rangka PTN untuk menanggapi dengan cepat dan berhasil berubah. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan terkait kesiapan untuk berubah PTN. Metode kegiatan berupa seminar online melalui aplikasi Zoom Meetings dengan tema “Tantangan Perguruan Tinggi Negeri dalam Kesiapan untuk Berubah” terbagi menjadi 3 sesi penyampaian materi. Peserta berasal dari pegawai PTN di Indonesia yang berjumlah 105 orang. Hasil dari kegiatan ini adalah peserta memahami konsep kesiapan untuk berubah dan aplikasinya dalam rangka menuju perubahan status PTN. Kegiatan ini penting dilaksanakan karena untuk melakukan perubahan status PTN salah satunya dengan memberikan pemahaman kepada Sumber Daya Manusia akan pentingnya perubahan karena SDM merupakan faktor penentu dalam kesuksesan perubahan organisasi.
MOTIVASI KERJA PENYULUH ANTI KORUPSI
Cahyo Harry Sancoko;
Rini Sugiarti;
Fendy Suhariadi
JURNAL PSIKOLOGI INSIGHT Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.17509/insight.v6i1.52303
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Motivasi Kerja Penyuluh Antikorupsi dalam melakukan edukasi dan kampanye kepada masyarakat. Latar belakang dari Penyuluh Antikorupsi yang berbeda-beda sangatlah menarik untuk diketahui lebih dalam Motivasi Kerja Penyuluh Antikorupsi dalam melakukan aktiftasnya. Penelitian ini menggunakan Metode Kualitatif, dimana Informan berjumlah sebanyak 5 orang yang merupakan Penyuluh Antikorupsi yang telah mendapatkan sertifikasi dari Lembaga Sertfikasi Profesi Komisi Pemberantasan Korupsi. Strategi pendekatan fenomenologi dipilih dalam penelitian ini guna membuat deskripsi tentang kesadaran dan pengalaman yang ada dalam diri individu tentang suatu fenomena. Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu Motivasi Kerja. Pengumpulan data dilakukan melalui Wawancara dan Study Dokumen. Wawancara dilakukan secara langsung (face to face) serta melalui Telepon. Data yang sudah ada akan diproses dan dikemas dalam bentuk deskriptif sehingga bisa menjawab secara sistematis dan logis masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa Motivasi Kerja Penyuluh Antikorupsi dalam melakukan aktifitasnya antara lain; pembelajaran diri, kesadaran bahaya korupsi, keinginan menanamkan nilai-nilai integritas, ingin menjadi teladan bagi rekan kerja dan masyarakat sekitar, kepuasan melakukan Penyuluhan Antikorupsi, keinginan pelayanan publik yang baik, bantuan dan dukungan dari rekan kerja dan atasan, masih banyaknya kasus korupsi, dukungan dari Pusat Edukasi Anti Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi. Sedangkan kesimpulan dari Penelitian ini adalah ada dua kelompok Motivasi Kerja Penyuluh Antikorupsi yaitu Internal Motivasi dan Eksternal Motivasi, serta motivasi yang dimiliki oleh Penyuluh Antikorupsi berhubungan dengan kinerja yang mereka lakukan sebagai Penyuluh Antikorupsi
Spiritual Leadership dalam Organisasi: Peran dan RekomendasiPenelitian Masa Depan
Padmi Dhyah Yulianti;
Fendy Suhariadi;
Cholichul Hadi;
Endang Retno Surjaningrum;
DYP Sugiharto
Buletin Psikologi Vol 30, No 2 (2022)
Publisher : Faculty of Psychology Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (200.82 KB)
|
DOI: 10.22146/buletinpsikologi.65897
Organisasi dalam menyongsong era industri 4.0 memiliki beragam tantangan. Salah satu tantangan sosial yang dihadapi berkaitan dengan kepemimpinan. Dari banyak teori kepemimpinan, spiritual leadership merupakan salah satu gaya baru kepemimpinan yang dapat diterapkan karena lebih berorientasi pada nilai–nilai kesejahteraan. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengidentifikasi berbagai macam faktor spiritual leadership, serta 2) rekomendasi penerapan spiritual leadership untuk penelitian masa depan. Metode yang dipergunakan adalah telaah literatur. Hasil penelitian menyebutkan spiritual leadership memengaruhi beberapa variabel seperti misalnya: kualitas kehidupan kerja, kepuasan kerja, perilaku etis, penyimpangan perilaku di tempat kerja, spiritualitas di tempat kerja, perilaku keselamatan karyawan, budaya sekolah, kesuksesan akademis, kelelahan, keterlibatan kerja, niat karyawan untuk tetap bersama organisasi, serta rasa panggilan kerja. Rekomendasi penelitian spiritual leadership pada masa depan pada kajian metodologis serta pengembangan teori.
The Meaning of Integrity among Public Officers: a Phenomenology Study
Idha Rahayuningsih;
Suryanto Suryanto;
Fendy Suhariadi;
Cholichul Hadi
Journal of Educational, Health and Community Psychology Vol 11 No 4 December 2022
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.12928/jehcp.v11i4.24505
Good governance can be realized if public officials have integrity. The integrity of public officials is a source of public trust in the government's performance in providing public services. This research aims to describe the meaning of integrity and internal factors that strengthen integrity from the perspective of public officials. Our study used a qualitative method based on phenomenological philosophy. Participants were selected based on three criteria: (1) echelon II officials as Heads of Regional Government Work Units, (2) have excellent work performance, and (3) have never violated the code of ethics, regulations, and laws. We conducted face-to-face, in-depth interviews to collect the data and analyze the data using. Our findings reveal eight meanings of integrity by public officials and internal factors that strengthen integrity. Eight meanings of integrity include carrying out duties and obligations seriously; being honest in carrying out tasks; discipline, complying with procedures and regulations; consistency between values/principles and behavior; being fair; having moral courage; being a role model for subordinates; not abusing position for personal gain or specific parties. Meanwhile, internal factors that strengthen integrity include: social-oriented terminal value, moral-oriented instrument value; competency-oriented instrument value, self-awareness as a public servant, simple lifestyle, change motivation, learning motivation, and achievement motivation.
Gambaran resiliensi pada pasien pasca stroke
Nida Nur Silmi Kaffatan;
Fendy Suhariadi;
Rini Sugiarti
Psikoislamika : Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam Vol 19, No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.18860/psikoislamika.v19i2.17102
Abstract: Resilience is the human ability to face, overcome and be strong upward difficulties and problems they have. The state of stroke can affect various aspects of life a person of either social, physical or psychological aspect. Resilience in this case is important to minimize or reduce the psychological experienced in post-stroke patients. The purposes of this research are to analyze and perceive deeply about resilience in post-stroke patients. The research method used is a qualitative method with a phenomenological study approach. The method that used in retrieving data are based on interview and observation techniques which involved four respondents. The sampling technique used is purposive sampling. The data analysis used is qualitative analysis with deductive data analysis. The results of this research show that each post-stroke patient has a different way of achieving resilience. From the seven aspects of resilience, the subject can be reached 5 aspects, namely causal analysis, self-efficacy, optimism, empathy, and reaching out.Keywords: pasca stroke; phenomenological; resilienceAbstrak: Resiliensi adalah kemampuan individu untuk menghadapi, mengatasi dan menjadi kuat atas kesulitan dan permasalahan yang dihadapinya. Keadaan stroke dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang baik aspek sosial, fisik maupun psikologis. Resiliensi dalam hal ini penting untuk dapat meminimalkan atau menurunkan kondisi psikologis pada pasien pasca stroke. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memahami secara mendalam tentang gambaran resiliensi pada pasien pasca stroke. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan metode pendekatan studi fenomenologi. Teknik pengambilan data menggunakan wawancara dan observasi dengan melibatkan empat orang responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan purposive sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan analisis data secara deduktif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa setiap pasien pasca stroke memiliki cara yang berbeda-beda dalam mencapai aspek resiliensi. Dari tujuh aspek resiliensi, subjek sudah dapat mencapai 5 aspek yaitu causal analysis, self efficacy, optimis, emphaty, dan reaching out.Kata Kunci: fenomenologi; pasca stroke;resiliensi
Pemberian Pelatihan SISKa untuk Meningkatkan Kesiapan Kerja pada Siswa Kelas XII SMKN 1 Singosari
Alfin Mahasin;
Fendy Suhariadi;
Maria Eko
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 5 No. 1 (2023): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31004/jpdk.v5i1.11730
Tingginya tingkat pengangguran pada jenjang SMK saat ini menjadi tantangan yang sedang kita hadapi, hal ini disebabkan masih adanya kesenjangan antara dunia Pendidikan dan dunia kerja. Keterampilan yang dibutuhkan lulusan untuk industri dibagi menjadi dua aspek, yaitu aspek hard skill dan soft skill. Keterampilan atau soft skill menjadi salah satu faktor pendukung dalam mempersiapkan kesiapan siswa dalam menghadapi dunia kerja. Kesenjangan yang terjadi dapat dikurangi dengan melakukan Pelatihan. Aspek pelatihan SISKa mencakup 6 komponen yaitu Tanggung jawab, fleksibilitas, pandangan diri, keterampilan, komunikasi, kebersihan dan keselamatan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi intervensi pelatihan SISKa sesuai untuk meningkatkan kesiapan kerja siswa dan siswi SMKN 1 Singosari. Subjek penelitian yaitu siswa dan siswi kelas 12 SMKN 1 Singosari. Peneliti mengukur nilai kesiapan kerja melalui survei dengan jumlah total 42 orang peserta. Alat ukur kesiapan kerja menggunakan skala kesiapan kerja dari Brady (2010). Dari pengukuran menggunakan Teknik analisis paired sample t-test, ditemukan hasil bahwa terdapat perbedaan signifikan dari peserta sebelum dan setelah pelatihan SISKa (t=0,007< ? 0.05). Berdasarkan hasil analisis setiap aspek kesiapan kerja diketahui bahwa peningkatan tertinggi adalah aspek komunikasi dengan rata-rata yaitu 1,75 sedangkan yang mendapatkan peningkatan paling rendah adalah pada aspek keterampilan yaitu 0,43..
GAMBARAN WORK-LIFE BALANCE PADA PROFESI PERAWAT SELAMA MASA PANDEMI COVID-19, DI RUMAH SAKIT DI JABODETABEK
Samuel Nugraha;
Rini Sugiarti;
Fendy Suhariadi
KOLONI Vol. 1 No. 2 (2022): JUNI 2022
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (408.625 KB)
|
DOI: 10.31004/koloni.v1i2.33
At this time, the world is still facing a global pandemic, and one of them is Indonesia. It’s causes of the global pandemic was caused by the virus disease 2019, or Covid-19. The impact of the global pandemic in the world, has resulted in a high case fatality rate. Nurses have an important role in efforts to treat patients who have infected COVID-19 virus. The soaring number of infection cases makes nurses have to work extra in an effort to treat patients optimally. In addition to serving as nurses, they also serve as heads of families who are responsible for their own families. These two roles demand a balanced performance. A balance between work and personal life is needed so that individuals can balance work with other activities outside of work. The purpose of this study was to describe the work-life balance of nurses during the COVID-19 pandemic in hospitals in Jabodetabek. This research is expected to be able to contribute to the science of psychology, especially those related to work-life balance in the context of health workers. This study used a qualitative approach with purposive sampling technique, involving 2 nurses aged 35 years old and 37 years old. Data were obtained using in-depth interviews (in-depth interviews). The results showed that of the four dimensions of work-life balance, 2 of them indicated the achievement of balance. The unbalanced dimensions are WIPL (work Interference with Personal Life) and PLIW (Personal Life Interference with Work). Thus, the subject has not been optimal in balancing his work life with his personal life due to the type of work as a nurse during this pandemic who must be prepared when receiving an emergency call. This subject tends to be difficult to divide time proportionally between work life and personal life. Keyword: work-life balance, qualitative, nurse, pandemic COVID-19
Implementation of "Morals" in Cultural Values and Organizational Behavior: Interventions for Reducing and Aligning Cultural Values in BUMN
Helsa Evania Prastowo;
Fendy Suhariadi
Psikostudia : Jurnal Psikologi Vol 12, No 1 (2023): Volume 12, Issue 1, Maret 2023
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30872/psikostudia.v12i1.9491
Organizational sustainability predicted by the implementation of cultural values which operationalized in work behavior. To improve sustainable performance, core value “AKHLAK” was created as the identity of all BUMN institutions. PT. X as part of BUMN, must adjust with those values by aligning their values. The purpose of this study is to develop an intervention for cascading-aligning PT. X's cultural values with AKHLAK and preparing work behavior’s guidelines which will be used as behavior-based performance appraisal. This study refers to a research & development method (Sugiyono, 2010) for testing the effectiveness of the intervention design. Research subjects are employees in the HR department and corporate culture. Data collection methods use document analysis and interviews. Data analysis was carried out by validating the intervention design with a subject matter expert. The results of the research show that there are some values that are deleted, but new values are also raised as a form of adjustment. The intervention was declared accepted by the user. Keberlangsungan organisasi diprediksi dari implementasi nilai budaya dalam perilaku kerja anggotanya. Dalam rangka peningkatan kinerja berkelanjutan, Kementerian BUMN mencetuskan core value AKHLAK sebagai identitas dan perekat budaya kerja bersama. Penyesuaian nilai budaya dengan menyelaraskan nilai budaya khas yang dimiliki tiap organisasi perlu dilakukan. Tujuan penelitian adalah menyusun intervensi penurunan dan penyelarasan nilai budaya PT.X dengan core value AKHLAK termasuk penyusunan panduan perilaku sebagai dasar penilaian kinerja berbasis perilaku. Penelitian ini menggunakan metode research & development sebagai dasar pengujian efektivitas rancangan intervensi. Subjek penelitian adalah karyawan jabatan struktural departemen SDM dan corporate culture. Metode pengumpulan data berupa analisis dokumen dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan memvalidasi desain intervensi ada subject matter expert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa nilai yang dihapuskan, namun juga nilai baru dimunculkan sebagai bentuk penyesuaian. Intervensi yang dilakukan dinyatakan diterima oleh user.