Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana integrasi bahasa afektif oleh guru PAUD mendukung pembelajaran mendalam (deep learning) serta perkembangan emosional dan regulasi diri anak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan data dikumpulkan melalui observasi naturalistik dan wawancara semi-terstruktur terhadap empat guru PAUD di kota Makassar. Hasil analisis tematik mengidentifikasi lima peran instrumental bahasa afektif dalam praktik pedagogis: (1) sebagai kurikulum tersembunyi yang secara implisit menanamkan nilai empati; (2) sebagai model regulasi emosi yang ditiru secara langsung oleh anak; (3) sebagai penghubung krusial antara wacana afektif dengan peningkatan keterlibatan kognitif; (4) sebagai mediator esensial dalam pembelajaran kolaboratif untuk mengelola interaksi sosial; dan (5) sebagai pilar pendekatan holistik yang mengintegrasikan dukungan emosional dan kognitif. Temuan ini menegaskan bahwa bahasa afektif bukan sekadar alat komunikasi transaksional, melainkan sebuah instrumen pedagogis fundamental untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman secara emosional dan merangsang secara intelektual bagi anak usia dini. Implikasi temuan ini mendorong pengembangan pelatihan profesional bagi pendidik usia dini dalam penggunaan bahasa afektif, serta membuka peluang penelitian lebih lanjut untuk mengkaji dampaknya dalam konteks yang lebih luas dan beragam