AArtikel ini membahas tantangan moderasi Islam di tingkat lokal melalui studi kasus terhadap Gerakan Nur Al-Mu’min di Kalimantan Barat yang mengklaim pemimpinnya sebagai Imam Mahdi. Fenomena ini menunjukkan adanya tarik menarik antara paham keagamaan lokal dan prinsip moderasi beragama yang diusung negara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi pustaka dan observasi lapangan untuk menelaah bagaimana gerakan ini berkembang dan bagaimana respons masyarakat serta negara terhadapnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa klaim Imam Mahdi oleh gerakan ini berpotensi menimbulkan eksklusivisme dan resistensi terhadap nilai-nilai kebangsaan, sehingga menjadi tantangan serius bagi implementasi moderasi Islam di tingkat lokal.