Penelitian ini menganalisis potensi dan perkembangan ekspor non-migas Indonesia ke lima negara ASEAN Singapura, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Thailand—selama 2014–2024 dengan pendekatan kuantitatif berbasis data panel. Data sekunder mencakup nilai ekspor non-migas, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita, tingkat inflasi, penanaman modal asing (PMA), dan nilai tukar (kurs) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan World Bank. Estimasi menggunakan regresi data panel melalui perangkat lunak EViews. Hasil menunjukkan bahwa PDB, inflasi, PMA, dan kurs secara simultan memengaruhi ekspor non-migas, tetapi secara parsial hanya kurs yang signifikan. Koefisien determinasi yang rendah menandakan sebagian besar variasi ekspor dipengaruhi faktor eksternal, seperti harga komoditas internasional, permintaan global, kualitas produk, dan kebijakan perdagangan. Temuan ini menegaskan bahwa peningkatan output domestik, stabilitas harga, dan arus investasi asing belum secara langsung mendorong ekspor, sementara fluktuasi kurs menjadi penentu utama daya saing produk Indonesia. Implikasinya, pemerintah perlu menjaga stabilitas rupiah, memperluas produk bernilai tambah melalui manufaktur dan hilirisasi, mengoptimalkan perjanjian perdagangan intra-ASEAN, dan memberi insentif PMA berorientasi ekspor.