Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan gejala klinis dan gambaran CT-scan kepala dengan luaran klinis pada pasien meningoensefalitis di Rumah Sakit dr. Zainoel Abidin dengan harapan bahwa penting nya ketersediaan ct scan kepala bisa dilakukan segera untuk mempercepat terdiagnosa dan penanganan cepat terhadap kasus meningoensefalitis ini sehingga dapat menurunkan angka kematian. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional retrospektif dengan rancangan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh, pada bulan Mei – Juli 2024. Data penelitian menggunakan data rekam medis pasien. Dalam penelitian ini, besar sampel adalah seluruh pasien terdiagnosis infeksi meningoensefalitis di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Pada penelitian ini, ditemukan bahwa skor GCS menunjukkan hubungan signifikan dengan mortalitas – pasien dengan skor GCS lebih rendah memiliki risiko mortalitas yang lebih tinggi (OR 95% CI = 1,698 (1,310 – 2,202); p < 0,001). Selain itu, adanya penurunan kesadaran juga terkait signifikan dengan mortalitas (OR 95% CI = 6,417 (1,837- 22,415); p = 0,004) – dengan adanya penurunan kesadaran, risiko mortalitas semakin tinggi. Edema otak dan hidrosefalus menunjukkan hubungan signifikan dengan mortalitas – dengan adanya edema otak pada gambaran CT-scan pasien, risiko mortalitas semakin tinggi (OR 95% CI = 2,887 (1,072 – 7,78); p = 0,034) dan dengan adanya hidrosefalus, risiko mortalitas semakin tinggi (OR 95% CI = 5,236 (1,334 – 20,543); p = 0,018. Berdasarkan temuan penelitian, direkomendasikan untuk segera menerapkan protokol triase berbasis risiko di IGD yang secara otomatis mengkategorikan pasien meningoensefalitis dengan skor GCS rendah (misalnya ≤ 12), penurunan kesadaran, atau tanda edema serebral/hidrosefalus pada CT-scan sebagai pasien risiko mortalitas tinggi. Kategori ini harus memicu respons cepat berupa: percepatan waktu tunggu pemeriksaan penunjang (seperti CT-scan), perujukan langsung ke unit perawatan intensif (ICU/HCU) untuk pemantauan neurologis ketat, dan konsultasi segera dengan tim spesialis saraf dan bedah saraf guna menilai kebutuhan intervensi lebih lanjut seperti terapi dekompresi atau pemasangan shunt, guna meningkatkan luaran keseluruhan pasien.