Biksu memiliki cara mereka sendiri, dengan menggunakan atribut-atribut untuk berkomunikasi dengan umat dan berkomunikasi dengan khalayak lainnya sebagai bukti identitas diri sebagai seorang tokoh agama. Penelitian ini menganalisis peran komunikasi non-verbal Biksu dengan komunitas Buddha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku komunikasi non-verbal Biksu saat berkomunikasi dengan umat. Penelitian ini dilaksanakan di Vihara Sasanadipa Makassar, menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunkan pendekatan fenomenologi deskriptif. Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi kemudian dianalisis dengan menggunkan analisis data deskriptif. Penentuan informan menggunkan teknik purposive sampling yakni menentukan informan sesuai pada karakteristiknya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Biksu saat berkomuniaski dengan umat Buddha menampilkan 7 bentuk komunikasi non verbal yaitu gerakan badan dengan melakukan salam dengan marapatkan kedua telapak tangan, gerakan mata yakni menjaga pandangan mata, sentuhan dengan membatasi kontak fisik, paralanguange dengan menjaga tekanan suara, kedekatan dan ruang menjaga jarak 4 kaki dengan umat, artifak dan visualiasi tampil dengan penampilan rambut botak dan penggunaan jubah Biksu, dan terakhir waktu dengan menjadwalkan setiap aktivitas baik saat waktu dengan bertemu bersama umat. Temuan ini berkontribusi memberikan pemahaman perilaku komunikasi non-verbal dalam gaya komunikasi Biksu, yang dapat membantu umat ataupun masyarakat umum memaksimalkan komunikasi mereka Bersama Biksu. Studi ini menggarisbawahi pentingnya Impilikasi penggunaan atribut dalam komunikasi sebagai bagian upaya interpretasi lingkungan sekitar, perilaku individu, dan komunikasi interpersonal individu mampu memperkuat hubungan.